Abdullah As Saffah Pendiri Dinasti Abbasiyah
Siapa itu Abdullah As Saffah?
Abdullah As Saffah adalah pendiri dan khalifah pertama Dinasti Abbasiyah yang memerintah dari tahun 750 M hingga wafatnya pada tahun 754 M. Ia lahir di Humaymah, Suriah pada tahun 721/722 dengan nama asli Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Kerap dipanggil Abdullah As Saffah atau Abu Al Abbas Al Saffah.
Baca Juga: Dinasti Abbasiyah: Sejarah, Kejayaan, dan Kejatuhannya
As-Saffah atau Al Saffah adalah gelar yang diberikan padanya yang memiliki arti penumpah atau peminum darah atau tulisan berdarah. Gelar ini ia dapatkan karena nyaris membantai habis keturunan Dinasti Umayyah saat menggulingkannya dan memerintahkan untuk memburu seluruh keturunan Bani Umayyah di awal kepemimpinannya.
Tidak sampai di situ, agar terlepas dari bayang-bayang politik Dinasti Umayyah, Abdullah As Saffah mengeluarkan dekrit kepada gubernurnya dengan perintah membunuh tokoh-tokoh Umayyah. Bahkan ia pun melakukan perbuatan keji dengan menggali kuburan para khalifah Bani Umayyah dan membakar tulang-tulangnya.
Namun, sikap kejam, tegas serta berani Abu Abbas As Saffah ketika justru menuai banyak pujian. Dampak dari kebijakan-kebijakan yang ia terapkan pun berhasil membuat situasi saat itu lebih kondusif serta mudah dikendalikan.
Baca Juga: Dinasti Umayyah: kekhalifahan Islam Pertama Pasca Khulafaur Rasyidin
Silsilah dan Penamaan
Abu al-'Abbas merupakan pemimpin salah satu cabang Bani Hashim, yang menisbatkan nasabnya kepada Hasyim, buyut Nabi Muhammad, melalui al-Abbas ibn Abd al-Muthalib ibn Hasyim paman nabi Muhammad SAW.
Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh mengatakan dalam Al-Mawsu'ah al-Muyassarah fi al-Tarikh al-Islami, Abdullah As Saffah lahir dan tumbuh di Humayyah. Baru ketika saudaranya, Ibrahim, ditangkap Marwan, ia ikut keluarganya pindah ke Kufah.
Abu Abbas As-Saffah tumbuh menjadi salah satu orang yang sangat benci dan ingin meruntuhkan pemerintahan Dinasti Umayyah. Menurut buku Sejarah Peradaban Islam karya Suyuthi Pulungan, orang Abbasiyah merasa lebih berhak memegang kekhalifahan daripada Umayyah.
Sebab, mereka adalah cabang bani Hasyim yang secara nasab lebih dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Bani Hasyim mendapat dukungan besar dari golongan Syi’ah yang berpikir bahwa keluarganya, yang telah diturunkan dari Nabi Muhammad dan Ali bin Abi Thalib, akan menurunkan pemimpin besar lainnya atau Mahdi yang akan membebaskan Islam.
Baca Juga: Syi’ah: Pengertian, Doktrin, Itikad, Sekte, dan Polemiknya dengan Sunni
Masa Pemerintahan
Selama berkuasa, Abdullah As Saffah harus berhadapan dengan sejumlah upaya pemakzulan. Ia akhirnya berhasil melewatinya berkat bantuan Abu Muslim al-Khurasani dan dukungan keluarganya.
Abdullah As Saffah dikenal sebagai sosok yang tegas dan kejam terhadap musuh-musuhnya. Selama memimpin Bani Abbasiyah, ia dibantu oleh tiga jendral utama, yaitu Abu Muslim al-Khurasani di wilayah timur, Abu Ja'far al-Mansur (saudaranya) di Jazirah, Armenia, dan Irak, dan Abdullah ibn Ali (pamannya) di Syam dan Mesir.
Ada tiga tempat yang digunakan menjadi pusat kegiatan politik pada saat Dinasti Abbasiyah adalah Humaimah, Kufah, dan Khurasan. Selain itu, pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Islam mengalami masa keemasan dan kejayaan, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.
Pada masa pemerintahan Abdullah As Saffah, filsafat dan ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Tidak hanya sampai di situ, kepemimpinan pendiri Daulah Abbasiyah adalah mampu menciptakan kemakmuran masyarakat ke tingkatan yang paling tinggi.
Bahkan pada masa kepemimpinan Abdullah As Saffah sebagai pendiri Dinasti Abbasiyah, perekonomian pada masa itu terbilang stabil yang membuat rakyatnya makmur.
Dengan kepemimpinannya yang seperti itu, membuat Abdullah As Saffah berhasil mendirikan sebuah dinasti Islam yang memiliki sifat internasional dengan asimilasi serta corak pemikiran dan peradaban dunia.
Akhir Kepemimpinan
Berakhirnya masa kepemimpinan pendiri Dinasti Abbasiyah adalah ketika ia meninggal dunia akibat penyakit cacar pada hari Ahad 13 bulan Dzulhijjah tahun 136 H/9 Juni tahun 754 M di kota Anbar. Akhirnya, ia digantikan dengan saudaranya yang bernama Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad untuk memimpin Dinasti Abbasiyah.
Pada saat pergantian kepemimpinan ini, pusat pemerintahan dipindahkan oleh Abi Ja’far ke Baghdad. Kota Baghdad merupakan sebuah kota kuno yang didirikan oleh orang-orang Persia yang berada di tepian sungai Eufrat dan Tigris.
Kota ini dibangun selama 4 tahun. Kemudian Baghdad menjadi pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah dan merupakan kota yang paling megah di abad pertengahan. Setelah beberapa kali mengalami perpindahan pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Baghdad menjadi pusat pemerintahan yang terakhir.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.liputan6.com
https://www.detik.com
dan sumber lain yang relevan
Download
Post a Comment