Chiang Kai-shek: Biografi dan Perannya

Table of Contents

Chiang Kai-shek

Siapa itu Chiang Kai-shek

Chiang Kai-shek lahir pada tanggal 31 Oktober 1887 di Zhejiang, provinsi pesisir timur Tiongkok. Chiang Kai-shek adalah seorang pemimpin militer dan politik Tiongkok yang memimpin Kuomintang (Partai Nasionalis Tiongkok) selama lima dekade dan menjadi kepala negara pemerintah Nasionalis Tiongkok antara tahun 1928 dan 1949.

Chiang merupakan Komandan Akademi Militer Whampoa yang pertama yang didirikan oleh Partai Kuomintang atas inisiatif Sun untuk mencapai tujuan revolusi.  Chiang kemudian menggantikan Sun Yat Sen menjadi pemimpin KMT ketika Sun meninggal pada tahun 1925.

Biografi dan Perannya

Chiang Kai-shek yang juga dikenal sebagai Jiang Jieshi lahir pada tanggal 31 Oktober 1887 di Zhejiang, provinsi pesisir timur Tiongkok. Ayahnya adalah seorang pedagang. Pada usia 18 tahun, ia masuk perguruan tinggi pelatihan militer di Jepang.

Ia kembali ke Tiongkok pada tahun 1911 untuk ikut serta dalam pemberontakan yang menggulingkan Dinasti Qing dan mendirikan republik Tiongkok. Chiang menjadi anggota Partai Nasionalis Tiongkok (dikenal sebagai Kuomintang atau KMT), yang didirikan oleh Sun Yat-sen.
 
Baca Juga: Revolusi Cina: Pengertian, Latar Belakang, Proses, dan Dampaknya

Didukung oleh Sun Yat-sen, Chiang diangkat menjadi komandan Akademi Militer Whampoa di Kanton pada tahun 1924, di mana ia membangun pasukan Nasionalis. Setelah kematian Sun pada tahun 1925, Chiang menjadi pemimpin KMT.

Pada tahun 1926, Chiang memimpin Ekspedisi ke Utara untuk mempersatukan Tiongkok yang pada masa itu sedang terpecah oleh panglima-panglima perang yang berkuasa di daerah-daerah provinsional setelah runtuhnya Dinasti Qing.

Chiang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Militer Nasional pemerintahan Nasionalis Republik Tiongkok pada tahun 1928-1948. Chiang memimpin Tiongkok dalam Perang Tiongkok-Jepang Kedua. 
 
Baca Juga: Gerakan Nasionalisme Cina: Sejarah, Latar Belakang, Penyebab, dan Peristiwa Pemicunya

Chiang Kai-shek dan Perang Saudara

Pada saat itu kekuasaan pemerintah Nasionalis sangat lemah, namun pengaruh Chiang semakin meningkat. Berbeda dengan Sun Yat Sen, Chiang Kai Shek secara sosial berpaham konservatif.

Ia mempromosikan budaya tradisional Tionghoa melalui Gerakan Hidup Baru dan menolak demokrasi Barat. Dia juga menolak paham nasionalisme bernuansa sosialisme-demokratis yang didukung oleh Sun Yat Sen dan beberapa anggota untuk membentuk pemerintahan otoriter nasionalis.

Chiang berbeda dengan Sun Yat Sen yang sangat dihormati oleh kelompok komunis. Setelah Sun Yat Sen wafat, Chiang Kai Sek enggan menjaga hubungan baik dengan Partai Komunis Tiongkok. Perpecahan besar antara kelompok Nasionalis dengan Komunis terjadi pada tahun 1927. Di bawah kepemimpinan Chiang, kelompok Nasionalis mengobarkan perang saudara melawan Komunis.

Setelah Jepang menyerang Tiongkok pada tahun 1937, Chiang menyetujui gencatan senjata sementara dengan partai Komunis hingga Jepang menyerah kepada sekutu. Akan tetapi Partai Komunis maupun Partai Kuomintang tidak saling percaya maupun aktif bekerja sama. Perang saudara kembali berlanjut setelah upaya negosiasi untuk membentuk pemerintahan koalisi pada tahun 1946 mengalami kegagalan.

Pada tahun 1949 kelompok Komunis mengalahkan kelompok Nasionalis, memaksa Chiang mundur ke Pulau Formosa, kemudian Chiang memberlakukan Darurat militer. Di bawah pemerintahan militer, banyak orang-orang yang teraniaya. Periode ini dikenal sebagai "Teror Putih". 
 
Baca Juga: Mao Zedong: Biografi dan Pemikirannya

Akhir Kehidupan Chiang Kai-shek

Pada tahun 1937, Jepang melancarkan invasi besar-besaran ke Tiongkok. Ketika Amerika Serikat terlibat dalam perang melawan Jepang pada tahun 1941, Tiongkok menjadi salah satu negara Sekutu. Ketika posisi Chiang di Tiongkok melemah, statusnya di luar negeri meningkat.

Pada bulan November 1943 ia pergi ke Kairo untuk bertemu dengan Presiden AS Franklin D Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill. Istrinya, Soong Mei-ling, ikut bersamanya dan menjadi terkenal di dunia barat sebagai Nyonya Chiang.

Pada tahun 1946, perang saudara pecah antara KMT dan Komunis. Pada tahun 1949, Komunis menang dan mendirikan Republik Rakyat Tiongkok. Chiang dan pasukan KMT yang tersisa melarikan diri ke pulau Formosa atau Taiwan. 
 
Baca Juga: Sejarah Revolusi Komunis China: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampaknya

Di sana, Chiang mendirikan pemerintahan di pengasingan yang dipimpinnya selama 25 tahun berikutnya. Pemerintah ini terus diakui oleh banyak negara sebagai pemerintah Tiongkok yang sah, dan Taiwan mengendalikan kedudukan Tiongkok di Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga akhir hayat Chiang.

Ia meninggal pada tanggal 5 April 1975.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www-bbc-co-uk
dan sumber lain yang relevan

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment