Diagram Ishikawa: Pengertian, Sejarah, Prinsip Dasar, Fungsi, dan Cara Membuatnya

Pengertian Diagram Ishikawa
Pengertian Diagram Ishikawa
Diagram Ishikawa adalah diagram yang menunjukkan penyebab-penyebab dari sebuah even yang spesifik. Diagram Ishikawa disebut juga fishbone diagram atau diagram tulang ikan, atau cause-and-effect matrix pertama kali diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa (1968). Diagram ini dinamakan fishbone karena bentuknya yang mirip dengan struktur tulang ikan.

Diagram Ishikawa merupakan salah satu metode untuk menganalisis akar permasalahan dan mengetahui risiko dari suatu hal sejak awal. Pemakaian diagram ini yang paling umum adalah untuk mencegah efek serta mengembangkan kualitas produk. Diagram Ishikawa dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang signifikan memberi efek terhadap sebuah even.

Baca Juga: Pengertian Manajemen Risiko, Komponen, Prinsip, Tujuan, Langkah, Jenis, dan Manfaatnya

Sejarah Diagram Fishbone
Diagram fishbone, atau yang juga dikenal sebagai diagram Ishikawa, dinamai sesuai dengan nama Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli manajemen kualitas asal Jepang. Dr. Ishikawa mengembangkan metode ini pada tahun 1943 sebagai alat untuk menganalisis dan memecahkan masalah dalam konteks manufaktur.

Pada awalnya, diagram fishbone digunakan untuk menganalisis dan meningkatkan kualitas produk dalam industri manufaktur. Dr. Ishikawa percaya bahwa masalah kualitas dapat diselesaikan dengan mengidentifikasi dan memahami akar penyebabnya, bukan hanya menangani gejala atau efek yang terlihat. Dia menganggap penting untuk melibatkan pekerja dalam menganalisis penyebab masalah dan menemukan solusi yang tepat.

Ishikawa menyadari bahwa ada beberapa kategori umum yang dapat menjadi penyebab utama masalah kualitas dalam konteks manufaktur. Berdasarkan pemikirannya, dia mengembangkan struktur diagram fishbone dengan garis tulang ikan yang terdiri dari kategori-kategori seperti Manusia (Man), Metode (Method), Mesin (Machine), Material, Pengukuran (Measurement), dan Lingkungan (Environment).

Kategori-kategori tersebut kemudian digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang berpotensi.

Metode analisis dengan menggunakan diagram fishbone menjadi populer dan diterima secara luas di Jepang, terutama setelah tahun 1950-an. Pendekatan ini membantu perusahaan-perusahaan Jepang untuk meningkatkan kualitas produk mereka dan mencapai keunggulan kompetitif di pasar global.

Seiring waktu, diagram fishbone juga mulai digunakan di luar industri manufaktur, termasuk di bidang layanan, perawatan kesehatan, konstruksi, dan sektor lainnya. Penggunaan diagram fishbone berkembang menjadi alat yang lebih umum dalam analisis dan pemecahan masalah di berbagai bidang.

Dalam beberapa dekade terakhir, metode dan konsep yang dikembangkan oleh Dr. Ishikawa, termasuk diagram fishbone, telah menjadi bagian penting dari pendekatan manajemen kualitas seperti Six Sigma, Total Quality Management (TQM), dan Continuous Improvement (Kaizen).

Penggunaan diagram fishbone dan prinsip-prinsip yang terkait terus berlanjut dan telah menyebar ke seluruh dunia sebagai alat yang berharga dalam menganalisis dan memecahkan masalah dengan pendekatan yang sistematis dan terstruktur.

Prinsip Dasar Diagram Fishbone
Prinsip dasar diagram fishbone adalah untuk mengidentifikasi dan memvisualisasikan penyebab-penyebab potensial dari suatu masalah atau efek yang dihadapi. Beberapa prinsip dasar yang terkait dengan diagram fishbone meliputi di antaranya,
1. Identifikasi masalah atau efek: Langkah pertama dalam menggunakan diagram fishbone adalah dengan jelas mengidentifikasi masalah atau efek yang ingin dipecahkan. Ini menjadi sumbu horizontal dalam diagram.
2. Kategori penyebab: Diagram fishbone menggunakan kategori-kategori penyebab yang umumnya disebut 6M: Manusia (Man), Metode (Method), Mesin (Machine), Material, Pengukuran (Measurement), dan Lingkungan (Environment). Kategori-kategori ini membantu dalam mengelompokkan faktor-faktor penyebab yang mungkin.
3. Faktor penyebab: Pada garis-garis tulang ikan yang terhubung ke sumbu vertikal, faktor-faktor penyebab potensial diidentifikasi. Faktor-faktor ini dapat mencakup variabel-variabel yang berhubungan dengan setiap kategori penyebab. Pada setiap garis tulang ikan, faktor-faktor ini sering dikelompokkan menjadi subkategori yang lebih spesifik.
4. Analisis penyebab: Setelah faktor-faktor penyebab diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menganalisis dan menggali lebih dalam setiap faktor penyebab. Ini melibatkan pemikiran kritis, pengumpulan data, dan diskusi untuk memahami hubungan antara faktor penyebab dengan masalah yang sedang dihadapi.
5. Identifikasi penyebab utama: Melalui analisis dan evaluasi faktor-faktor penyebab, tujuan akhir adalah untuk mengidentifikasi penyebab utama atau akar dari masalah yang dihadapi. Identifikasi ini memungkinkan pemecahan masalah yang lebih efektif dan pengambilan tindakan yang tepat.
6. Solusi dan tindakan perbaikan: Setelah penyebab utama diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah merancang solusi dan tindakan perbaikan yang spesifik untuk menyelesaikan masalah. Diagram fishbone membantu dalam memfokuskan upaya perbaikan pada penyebab yang teridentifikasi.

Prinsip dasar ini membantu dalam memandu pengguna diagram fishbone dalam menganalisis masalah secara terstruktur, memvisualisasikan penyebab potensial, dan mengarahkan langkah-langkah perbaikan. Dengan pendekatan yang sistematis, diagram fishbone menjadi alat yang efektif dalam pemecahan masalah dan meningkatkan kualitas serta efisiensi dalam berbagai konteks.

Fungsi Fishbone Diagram
Fishbone diagram berfungsi untuk menganalisis segala macam permasalahan yang ada. Selain itu, masih banyak lagi fungsi dan manfaat yang diberikan oleh metode ini. Dari buku Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan Masyarakat oleh Rapotan Hasibuan, berikut ini adalah beberapa fungsi fishbone diagram:
1. Memfokuskan Individu, Tim, atau Organisasi pada Permasalahan Utama
Penggunaan diagram ini akan membantu kita untuk menganalisis permasalahan dan membantu kita untuk bisa memfokuskan permasalahan pada masalah prioritas.

2. Memudahkan dalam Mengilustrasikan Gambaran Singkat Permasalahan
Diagram fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan utama secara ringkas sehingga orang lain akan mudah menangkap permasalahan utama.

3. Menentukan Kesepakatan Mengenai Penyebab Suatu Masalah
Dengan menggunakan teknik brainstorming, para anggota tim akan memberikan sumbangan saran mengenai penyebab munculnya suatu masalah. Berbagai saran tersebut akan didiskusikan untuk menentukan mana dari penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk menentukan penyebab yang dominan.

4. Memudahkan Visualisasi Hubungan antara Penyebab dengan Masalah
Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada fishbone diagram yang sudah disusun.

5. Membantu untuk Mendapatkan Solusi
Setelah menentukan penyebab dari setiap permasalahan, langkah untuk menghasilkan solusi menjadi lebih mudah karena kita sudah mengetahui akar permasalahannya.

6. Memudahkan Kelompok untuk Melakukan Diskusi
Setiap anggota tim akan mudah melakukan diskusi karena diagram ini membuat diskusi menjadi lebih terarah.

Cara Membuat Fishbone Diagram
Dirangkum dari buku Failure in Safety Systems: Metode Analisis Kecelakaan Kerja oleh Dewi Kurniasih, berikut ini adalah penjelasan langkah-langkahnya:
1. Mengidentifikasi Masalah
Langkah pertama untuk menyusun fishbone diagram adalah dengan mengidentifikasi masalah yang akan dibahas. Buatlah kotak yang diisi dengan permasalahan di sebelah kanan dan berikan ruang untuk mengembangkan permasalahan.

2. Mengidentifikasi Berbagai Kategori Sebab Utama
Dari garis horizontal yang utama, terdapat garis diagonal yang menjadi cabang. Cabang-cabang tersebut mewakili sebab utama dari masalah yang sudah diidentifikasi di awal. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga akan terasa masuk akal dengan situasi.

Beberapa faktor yang bisa masuk ke dalam kategori sebab utama di antaranya faktor manusia, metode kerja, material, dan lingkungan.

3. Menemukan Sebab potensial dengan Cara Sumbang Saran
Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan cara curah pendapat. Saat sebab-sebab dikemukakan, anggota menetapkan bersama-sama di mana sebab tersebut harus ditempatkan dalam diagram tulang ikan.

Sebab-sebab tersebut ditulis pada garis horizontal sehingga banyak tulang kecil keluar dari garis horizontal utama. Suatu sebab bisa ditulis di bawah lebih dari satu kategori sebab utama.

4. Mengkaji Kembali Setiap Kategori Sebab Utama
Setelah mengisi setiap kategori, kemudian mencari sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori. Sebab-sebab tersebut yang merupakan petunjuk sebab yang tampaknya paling mungkin, kemudian melingkarkan sebab yang paling memungkinkan pada diagram.

5. Mencapai Kesepakatan Atas Sebab-Sebab yang Paling Mungkin
Di antara sebuah penyebab, perlu dicari penyebab yang paling memungkinkan. Hal ini akan membantu sampai pada sebab pokok dari masalah yang teridentifikasi.

Lebih spesifik berikut cara penerapannya:

Pengertian Diagram Ishikawa
1. Tuliskan sebuah masalah utama yang ingin diteliti ke dalam kotak paling kanan.
2. Seluruh anggota tim diajak untuk mengemukakan dan menemukan semua sumber permasalahan yang nyata maupun berpotensi muncul.
3. Temukan penyebab-penyebab utama untuk dimasukkan ke dalam “tulang besar” yang akan dipasangkan ke dalam diagram. Seperti contoh di atas, “tulang besar” yang umum digunakan adalah “materials”, “machines”, “manpower”, dan “methods”. Hal ini sekali lagi tidaklah berlaku mutlak, silakan disesuaikan dengan masalah yang ada.
4.Bentuklah beberapa kelompok diskusi yang jumlahnya sesuai dengan jumlah penyebab utama yang ditemukan pada proses sebelumnya, karena nantinya setiap kelompok akan menyelidiki lebih detail tiap penyebab utama tersebut. Idealnya, kelompok ini dibentuk sesuai bidang yang berhubungan dengan penyebab utama tersebut. Contohnya, untuk penyebab yang bersumber dari “mesin”, hendaknya dikupas oleh kelompok yang anggotanya berasal dari divisi produksi ataupun maintenance.
5. Tiap-tiap kelompok mulai mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab dari masalah utama dalam bagiannya, dan nantinya akan diletakkan sebagai “tulang kecil”.
6. Hal yang perlu diperhatikan dalam diskusi ini adalah setiap variabel yang ditemukan haruslah spesifik, terukur, dan dapat dikendalikan.
7. Pada akhirnya tiap kelompok mempresentasikan kepada keseluruhan tim atas hal-hal yang mereka dapatkan dalam diskusi, dan setiap temuan mereka dimasukkan ke dalam gambar besar dari semua kelompok sehingga terciptalah diagram Ishikawa yang utuh.

Sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Diagram_Ishikawa
https://www.detik.com/bali/berita/d-6471592/mengenal-fishbone-diagram-fungsi-dan-cara-membuatnya
https://kumparan.com/berita-terkini/pengertian-dan-fungsi-dari-fishbone-diagram-dalam-penyajian-data-1z2HzKoXNWQ

Download

Lihat Juga

Implementasi Metode Five Whys Analysis dalam Mencari Akar Penyebab Masalah

Root Cause Analysis (RCA): Pengertian, Fungsi, Tujuan, Penggunaan, Metode, dan Langkah Penerapannya

Pengertian Kaizen, Sejarah, Konsep, Prinsip, Faktor, Tahap, dan Manfaatnya

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Diagram Ishikawa: Pengertian, Sejarah, Prinsip Dasar, Fungsi, dan Cara Membuatnya"