Tumbuhan Monokotil: Pengertian, Ciri, Klasifikasi, Contoh, dan Perbedaannya dengan Tumbuhan Dikotil

Pengertian Tumbuhan Monokotil
Tumbuhan Monokotil
Pengertian Tumbuhan Monokotil
Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan berbunga yang punya biji tunggal tidak terbelah atau hanya berkeping satu. Ciri monokotil yang paling khas adalah bijinya tunggal karena hanya memiliki satu daun lembaga, berakar serabut, daun berseling, tumbuhan biji berkeping satu, tulang daun sejajar dan berbentuk pita.

Dilansir Encyclopaedia Britannica, monokotil adalah salah satu dari kelompok besar tanaman berbunga. Ada sekitar 60.000 spesies monokotil termasuk rumput sejati dan anggrek. Sebagian besar dari mereka dibedakan oleh keberadaan satu daun biji dalam embrio yang terkandung dalam biji.

Ciri Tumbuhan Monokotil
Ciri utama kelompok tumbuhan monokotil adalah memiliki biji dengan lembaga yang terdiri dari satu daun lembaga. Adapun ciri umum yang dapat ditemui pada tumbuhan monokotil di antaranya,
1. Memiliki susunan akar serabut.
2. Ruas-ruas batang terlihat nyata.
3. Bagian-bagian bunga umumnya berjumlah tiga atau kelipatannya.
4. Tidak memiliki kambium.
5. Daun berupih dan letaknya berseling.
6. Tulang daun sejajar atau melengkung.

Susunan Batang Tumbuhan Monokotil
Tumbuhan monokotil memiliki ruas batang yang terlihat nyata. Batang tumbuhan monokotil memiliki susunan yang cukup kompleks.

Meristem apikal pada tumbuhan monokotil berukuran relatif lebih kecil dibandingkan pada dikotil. Layaknya tanaman dikotil, batang tumbuhan monokotil juga tersusun dari lapisan epidermis, korteks, dan stele.
1. Epidermis. Epidermis batang tumbuhan monokotil mempunyai dinding sel lebih tebal dibandingkan tumbuhan dikotil. Lapisan sel paling luar tersebut dilengkapi dengan stomata dan bulu-bulu.
2. Korteks. Korteks pada tumbuhan monokotil berupa jaringan yang terdapat di bawah epidermis. Pada umumnya, korteks terdiri dari sel sklerenkim yang merupakan kulit batang. Fungsi sklerenkim untuk memperkuat dan mengeraskan bagian luar batang.
3. Stele. Stele pada batang tumbuhan monokotil terletak di bagian bawah korteks. Teras atau stele berisi berkas vaskular yang tersebar pada empulur dan mendekati kulit batang.

Apabila batang pada tumbuhan monokotil diiris melintang, tiap berkas vaskular menyerupai karikatur wajah manusia. Tipe berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil adalah kolateral tertutup, sehingga tidak terdapat kambium di antara xilem dan floem.

Oleh karena itu, tumbuhan monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder melainkan pertumbuhan primer. Proses membesarnya batang berlangsung dengan mekanisme pembentukan rongga. Berbeda halnya dengan tumbuhan dikotil, struktur anatomi batang tumbuhan monokotil muda hampir sama dengan tumbuhan yang sudah tua.

Klasifikasi Tumbuhan Monokotil
Tumbuhan berkeping satu ini selain memiliki beberapa ciri-ciri, juga memiliki beberapa pembagian klasifikasi di antaranya,
1. Zingiberaceae (Suku Jahe-Jahean)
Seperti yang kita ketahui, terdapat beberapa rempah-rempah yang sering digunakan dan ditanam di Indonesia ini seperti jahe, kunyit, temu hitam, lengkuas, kencur, dan temu lawak.

Beberapa tumbuhan tersebut ternyata merupakan bagian dari klasifikasi tumbuhan monokotil yaitu Zingiberaceae atau bisa dikenal juga dengan suku jahe-jahean. Sudah jelas dari contoh-contoh yang telah disebutkan, pada suku jahe-jahean ini biasanya digunakan manusia untuk bumbu masak atau obat herbal.

Sebagai contoh, pada keluarga yang tinggal di pegunungan biasanya menggunakan jahe sebagai penghangat tubuh.

Pada kelas tumbuhan ini terdapat senyawa keton yang kuat sehingga menimbulkan rasa pedas saat dikonsumsi. Selain sebagai penghangat, jahe juga bermanfaat untuk mencegah perut buncit, mencegah kanker, mengobati batuk, mengatasi perut kembung serta dapat menjadi antioksidan.

Jahe sendiri terbagi menjadi tiga macam berdasarkan aroma, warna, bentuk, dan besar rimpangnya yaitu jahe putih, jahe merah, dan jahe gajah. Di antara ketiga jenis tersebut, jenis yang paling sering ditemui yaitu jahe putih atau bisa disebut juga dengan jahe emprit. Aroma dari jahe emprit ini kurang tajam dibanding jahe merah. Namun rimpangnya lebih besar dari jahe merah.

Jahe merah atau jahe sunti memiliki rasa yang sangat pedas dan aroma yang sangat tajam. Memiliki rimpang kemerahan namun ukurannya lebih kecil dari jenis jahe yang lain. karena rasa pedasnya, jahe jenis ini sering digunakan untuk minyak jahe dan bahan obat-obatan.

Terakhir yaitu jahe gajah. Disebut sebagai jahe gajah karena jahe ini yang memiliki ukuran yang besar. Bentuknya yang besar ternyata rasa yang dimilikinya kurang pedas serta aromanya kurang tajam dibandingkan jenis yang lain.

Zingiberaceae mempunyai ciri-ciri yaitu di dalam bunganya terdapat sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Selain itu pelepah daunnya memeluk batang tumbuh dari dalam tanah atau rimpang dan kelopak bunganya berbentuk seperti tabung.

Saat ini, menjaga kesehatan tubuh sangatlah penting apalagi sedang banyak virus yang bisa menyerang kesehatan kita. Salah satu asupan untuk meningkatkan imunitas tubuh agar terhindar dari virus dan tidak mudah sakit adalah jahe. Kandungan-kandungan yang ada di dalam jahe sangat baik untuk kesehatan kamu, sehingga tak jarang kalau banyak yang membeli jahe untuk diseduh.

2. Orchidaceae (Suku Anggrek-Anggrekan)
Suku anggrek-anggrekan ini atau Orchidaceae merupakan bagian dari klasifikasi tumbuhan monokotil. Bunga anggrek yang termasuk dalam suku ini ternyata merupakan jenis bunga yang beraneka ragam. Habitat dari anggrek sendiri yaitu di lingkungan tropis.

Jadi untuk budidaya anggrek di Indonesia ini sudah tidak perlu diragukan lagi, sebab anggrek tergolong bunga yang mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Selain itu anggrek dapat tahan di tempat yang lembab.

Orchidaceae ini memiliki ciri khas tersendiri yang dapat kita identifikasikan. Ciri khas tersebut yaitu bunga anggrek memiliki daun dengan tepi yang rata dan berdaging dengan letak selang-seling dua baris.

Pangkal batang dari bunga anggrek yang menggembung ini bermanfaat untuk menyimpan cadangan air. Pada bagian akar, anggrek memiliki akar yang rimpang. Dalam satu bunga, terdapat 2 sel kelamin yaitu jantan dan betina.

Umumnya anggrek ini bisa digolongkan menjadi dua jenis, yaitu epifit dan terestrial. Untuk jenis epifit, anggrek jenis ini tumbuhnya menempel dengan tanaman lain. Walaupun tumbuh menempel dengan tanaman lain, anggrek tidak bersifat parasit atau merugikan tanaman yang ditumpanginya. Sedangkan jenis terestrial, anggrek ini hidupnya di tanah, tidak menumpang pada tanaman lain.

3. Musaceae (Suku Pisang-pisangan)
Klasifikasi monokotil selanjutnya yaitu musaceae atau bisa disebut juga sebagai suku pisang-pisangan. Pisang memiliki nama latin Musa sp yang keberadaannya dapat kita temukan dengan mudah di wilayah Indonesia.

Tanaman pisang memiliki berbagai macam manfaat yang dapat diambil dengan mengonsumsi langsung ataupun dengan diolah. Dimulai dari buahnya yang bisa langsung dikonsumsi dan kamu akan mendapatkan beberapa manfaat seperti menurunkan tekanan darah, membantu fungsi pembuluh darah dalam mengangkut oksigen ke otak, menjaga kestabilan detak jantung. Manfaat tersebut didapatkan dari kandungan kalium yang ada pada pisang.

Selanjutnya pada bagian jantung pisang dapat diolah menjadi masakan, baik digoreng ataupun dikukus ataupun diolah menjadi obat luar. Sedangkan pada bagian bonggol pisang ini dapat diolah menjadi makanan seperti keripik.

Bagian ini memiliki serat yang tinggi sehingga sangat baik untuk pencernaan. Dengan manfaatnya yang banyak seperti yang telah disebutkan tadi, sehingga tak heran jika hal ini menarik minat banyak orang untuk membudidayakannya.

Jenis keluarga monokotil ini juga memiliki beragam jenis, seperti pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang tanduk, pisang kepok, pisang uli, pisang klutuk, pisang lampung dan masih banyak lagi jenis pisang lainnya.

Selain dari jenisnya, suku pisang-pisangan juga memiliki ciri-ciri yang dapat kita kenali. Dimulai dari daunnya yang berpelepah, tulang daunnya menyirip seperti lancet, bunga yang tunggal berupa karangan, serta batangnya yang semu.

4. Arecaceae (Suku Palem-Paleman)
Suku Arecaceae ini biasanya berbentuk pohon yang tidak bercabang dengan daunnya yang terdapat di ujung-ujung batang seperti mahkota. Batang dari suku palem ini jarang bercabang dan tumbuh tegak ke atas.

Tidak hanya berbentuk pohon yang tidak bercabang, Arecaceae juga memiliki tumbuhan yang berumpun seperti salak. Beberapa anggotanya setengah merambat seperti rotan.

Bagian akar suku ini berbentuk silinder, tumbuh akar dari pangkal batang, dan kurang bercabang namun tumbuh dengan banyak serta masif atau padat. Dengan akarnya ini yang mampu menancap dalam ke tanah, batang yang tumbuh tinggi dapat ditopang dengan baik.

Batang bisa tumbuh setinggi 20 meter atau lebih. Selain itu, batangnya juga beruas-ruas dan tidak memiliki kambium sejati. Pada beberapa kelompok suku palem-paleman ini memiliki duri di bagian daunnya. Tangkai daunnya terdapat pelepah daun yang membungkus bagian batang.

Untuk populasi palem di Indonesia sendiri, sudah jelas sangat baik. Bahkan Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia karena memiliki keanekaragaman jenis dari tumbuhan palem ini. Kebanyakan dari suku ini tumbuh di daerah pesisir, namun ada juga beberapa yang tumbuh di daerah hutan.

Hampir seluruh bagian dari suku ini seperti kelapa yang bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan manusia. Air kelapa dapat bermanfaat untuk manusia, yakni sebagai obat alergi.

Bagian endapan dari air kelapa yang membentuk daging kelapa juga bermanfaat untuk masakan seperti santan dan minyak kelapa. Sedangkan pada bagian daunnya dapat dijadikan sebagai anyaman yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk tas atau kerajinan lainnya.

5. Poaceae atau Gramineae (Suku Rerumputan)
Terakhir, klasifikasi dari monokotil yang satu ini disebut Poaceae. Poaceae termasuk ke dalam famili tumbuhan terbesar kelima setelah Orchidaceae, Asteraceae, Rubiaceae, dan Fabaceae.

Suku rerumputan ini memiliki beberapa ciri yang dapat dikenali dari fisiknya seperti tulang daun yang sejajar serta melekat di batang, memiliki akar serabut, batang yang tidak memiliki rongga, mudah terbang ketika tertiup angin, serta bentuk bunganya berupa kulit. Selain itu, pada gramineae proses penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan angin.

Suku ini sangat bermanfaat bagi manusia, terutama dalam bentuk makanan seperti gula, nasi, roti, dan lain sebagainya yang dapat menjadi contoh makanan yang dibuat dari suku ini. Bentuk contoh dari suku ini antara lain seperti padi (Oryza Sativa), jagung (Zea mays), tebu (Saccharum officianarum), serta gandum (Trinitium sativum).

Selain makanan, poaceae atau gramineae memiliki tanaman yang bisa dijadikan produk lain seperti Andropogon nardus atau serai yang dapat dijadikan bahan baku tali, Dendrocalamus Asper atau bambu betung yang dapat digunakan untuk membuat bahan perabotan rumah serta bangunan. Sebab banyak kegunaannya seperti yang telah disebutkan, Poaceae menempatkan kedudukan sebagai keluarga tumbuhan yang paling penting secara ekonomi.

Setelah mengetahui lima klasifikasi dari tumbuhan monokotil, ternyata sangat mudah untuk menemukannya di sekitar kita. Salah satunya adalah pisang. Dapat diketahui dari keberadaannya yang merajalela di seluruh Indonesia serta banyak olahan pisang yang sudah diperjual belikan sejak lama.

Contoh Tumbuhan Monokotil
Berikut beberapa contoh dari tumbuhan monokotil yang ada di sekitar kita di antaranya,
1. Jagung (Zea Mays)
Jagung adalah tumbuhan monokotil yang bernama latin Zea Mays sp. Sebab kandungan karbohidratnya yang cukup tinggi, jagung juga bisa menjadi alternatif jika kamu kehabisan beras untuk dimakan.

Jagung sendiri memiliki berbagai macam manfaat seperti menyehatkan jantung, mencegah anemia, sebagai antioksidan penyakit kanker, menyehatkan mata, serta kaya akan vitamin B kompleks yang baik untuk memecah lemak dan karbohidrat menjadi energi. Jadi jagung juga sangat cocok buat kamu yang sedang melaksanakan program diet.

Zea Mays sebagai tumbuhan monokotil memiliki beberapa ciri sebagai berikut di antaranya,
a. Akar: Jagung memiliki sistem akar serabut atau bisa dikenal sebagai radix adventicia. Akar ini merupakan akar lembaga yang dalam perkembangan selanjutnya akan mati, atau bisa juga disusul kemudian oleh sejumlah akar yang memiliki ukuran sama dan semuanya keluar dari pangkal batang.
b. Batang: Bentuk batang dari jagung ialah tegak dan sangat mudah terlihat, selain itu mempunyai ruas yang dibungkus oleh pelepah daun. Pembungkus ini biasanya berasal dari buku-bukunya.
c. Daun: Memiliki daun yang sempurna dalam arti bagiannya lengkap sebab terdapat helaian daun atau lamina, tangkai daun atau petiolus, dan pelepah daun atau vagina.
d. Bunga: Peran bunga untuk tumbuhan Zea Mays ini sangat penting, yaitu sebagai alat perkembangbiakkan. Jagung memiliki dua jenis bunga (jantan dan betina) yang terpisah dalam satu tanaman.
e. Buah: Buah pada jagung merupakan buah sejati tunggal yang kondisinya sudah mengering.

Jagung juga termasuk tumbuhan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Oleh karena itu, jagung bisa menjadi sumber penghasilan jika kamu berhasil menanamnya dengan baik. Baca buku Panduan Lengkap Dan Praktis Budidaya Jagung Manis Yang Paling Menguntungkan karya Imroatus Sholikha.

2. Bawang Merah
Allium cepa L. var aggregatum atau yang sederhananya kita panggil bawang merah merupakan bumbu wajib untuk semua masakan terutama masakan Iran, Pakistan, dan pegunungan sebelah utaranya. Allium cepa L. var. Aggregatum memiliki ciri sebagai berikut di antaranya,
a. Akar : Memiliki akar serabut berbentuk benang berwarna putih.
b. Batang : Pada subang atau cakram merupakan batang yang sesungguhnya hanya kecil dengan ruas-ruas yang amat pendek.
c. Daun : Daun pada bawang merah sifatnya tunggal, tebal, lunak, berdaging , dan memeluk umbi lapis.
d. Bunga: Memiliki bunga yang majemuk, berbentuk bongkol serta tangkai silindris.
e. Buah: memiliki bentuk bulat, batu, dan berwarna hijau.
f. Biji: berbentuk segitiga dan hijau.

Selain dari kegunaannya untuk memasak, terdapat khasiat untuk kesehatan yang terkandung dalam bawang merah jika kamu mengonsumsinya.

3. Keladi
Keladi merupakan kelompok tumbuhan yang menjadi bagian dari genus Caladium (suku talas-talasan, Araceae). Dalam bahasa keseharian keladi sering juga dipakai untuk menyebut beberapa tumbuhan lain yang masih sekerabat namun tidak termasuk Caladium, seperti talas (Colocasia). Keladi sejati tidak terlalu sering membentuk umbi yang besar.

Dalam tumbuhan monokotil, keladi memiliki ciri-ciri sebagai berikut di antaranya,
a. Batang: Metamorphosis batang membentuk umbi.
b. Akar: Akar dari keladi membentuk serabut yang memiliki warna putih.
c. Bunga: Memiliki bunga majemuk dan berbentuk bongkol.
d. Biji: Tidak ditemukan biji pada tanaman keladi.
e. Buah: Tidak ada buah dalam tanaman keladi.
f. Daun: Daunnya berbentuk perisai dan mempunyai tangkai daun.

4. Padi
Tanaman padi merupakan contoh tumbuhan monokotil berikutnya, tanaman padi ini mempunyai nama latin, yaitu Oryza Sativa L. Tanaman padi yang termasuk tumbuhan monokotil dapat dilihat dari akarnya yang berbentuk serabut. Kandungan yang ada di dalam padi cukup banyak, seperti vitamin D, karbohidrat, dan lain-lain.

Perbedaan Tumbuhan Dikotil dan Monokotil
Secara mendasar, perbedaan antara tumbuhan dikotil dan monokotil terletak pada jumpah keping bijinya. Tumbuhan dikotil memiliki biji berkeping dua, sedangkan monokotil merupakan tumbuhan dengan biji berkeping satu atau tunggal.

Berikut penjelasan mengenai perbedaan keduanya secara lebih detail di antaranya,
1. Perbedaan Akar
Jika dilihat dari akarnya, tumbuhan dikotil memiliki akar yang tidak berempulur. Sementara floem pada akar tumbuhan dikotil berada tepat di bagian luar xylem atau yang dibatasi dengan kambium.

Pembuluh xylem pada dikotil berdinding tebal dengan sedikit serat, namun memiliki jumlah jaringan parenkim yang cukup banyak. Periskelnya hanya terdiri dari satu lapis sel saja dengan batas kaliptra dan ujung tumbuhan yang tak begitu jelas.

Sementara tumbuhan monokotil memiliki akar yang tidak berkambium dengan periskel yang hanya terdiri dari beberapa sel membentuk akar lateral. Tumbuhan monokotil juga memiliki floem dan xylem dengan jumlah sangat banyak dan saling berselingan. Inti akarnya besar dan berempulur.

Bila dijelaskan secara lebih sederhana, akar tumbuhan monokotil biasanya berupa akar serabut yang terbentuk dari batang. Sedangkan dikotil, memiliki jenis akar tunggang tanpa tudung dan terbentuk dari percabangan utama.

2. Perbedaan Batang
Apabila dilihat dari bagian batangnya, tumbuhan dikotil tidak memiliki rongga berkas pengangkut. Tak ada pula selubung pada berkas pengangkut, tapi tumbuhan dikotil mempunyai parenkim floem. Tiap berkas pengangkut ini berukuran sama, sedangkan jaringan epidermisnya berlapis tunggal dengan kultikultura tebal dan berambut.

Selain itu, tumbuhan dikotil juga memiliki batang dengan pembuluh xylem kecil, berserat banyak, dan memiliki jumlah parenkim lebih sedikit. Pertumbuhan xylem membentuk lingkaran tahunan yang juga kerap digunakan untuk mengetahui umur tumbuhan tersebut.

Sementara itu, batang tumbuhan monokotil tidak ditumbuhi rambut di bagian epidermisnya. Tidak ditemukan pula pertumbuhan sekunder. Berkas pengangkut pada batang tanaman monokotil ini juga dilindungi oleh selubung berkas pengangkut.

Tak ada parenkim floem dan lapisan di bawah epidermis berupa sklerenkim pula di batang tersebut. Untuk ukuran berkas pengangkutnya pun berbeda antara satu dan lainnya.

Perbedaan lain dari tumbuhan dikotil dan monokotil ini secara garis besar bisa diketahui pula dari cabang batangnya. Tumbuhan dikotil memiliki cabang, sedangkan monokotil tidak bercabang.

3. Perbedaan Daun
Perbedaan selanjutnya antara tanaman dikotil dan monokotil terdapat pada bagian daun. Tumbuhan dikotil memiliki pembuluh xylem yang lebih banyak, terdiri dari metaxylem dan protoxylem. Jaringan mesofil tumbuhan dikotil ini terbagi lagi menjadi palisade dan parenkim spons. Untuk selubung berkas pengangkut tumbuhan dikotil terbentuk dari kolenkim.

Sementara pada tumbuhan monokotil, daunnya bersel kipas dengan fungsi untuk membuka dan menutup daun. Selubung berkas pengangkutnya terbentuk dari sklerenkim dengan pembuluh xylem yang tersusun dari dua metaxylem dan dua protoxylem atau lebih sedikit ketimbang dikotil.

Secara sederhana, daun tumbuhan dikotil berbentuk melebar dengan tulang menjari atau menyirip sedangkan monokotil cenderung memanjang dengan tulang daun sejajar.

4. Perbedaan Keping Biji
Jika kita melihat bagian keping bijinya, tumbuhan dikotil memiliki keping biji sebanyak dua buah, sementara tumbuhan monokotil hanya berkeping biji satu.

5. Perbedaan Pembelahan Biji
Pada tumbuhan dikotil, proses pembelahan biji terjadi saat berkecambah, sedangkan tumbuhan monokotil justru sebaliknya.

6. Perbedaan Kelopak Bunga
Jika dilihat dari kelopak bunga yang dimiliki, tumbuhan dikotil memiliki bunga dengan jumlah kelopak sebanyak 2,4,5 dan kelipatannya. Sementara tanaman monokotil bunganya berjumlah 3 dan kelipatannya.

7. Perbedaan Serbuk Sari
Serbuk sari pada bunga tumbuhan dikotil memiliki tiga alur di setiap butir serbuk sarinya, sedangkan tumbuh monokotil hanya mempunyai alur tunggal pada setiap butir serbuk sarinya.

8. Perbedaan Berkas Pengangkut
Jika dilihat dari berkas pengangkutnya, tumbuhan dikotil memiliki berkas pengangkut yang letaknya tidak teratur dengan pembuluh kayu yang terletak di dalam pembuluh tapis. Sementara berkas pengangkut tumbuhan monokotil menyebar pada bagian batangnya, baik di bagian pembuluh tapis maupun pembuluh kayu.

Dari berbagai sumber

Download 

Lihat Juga: Tumbuhan Dikotil: Pengertian, Ciri, Reproduksi, Klasifikasi, Contoh, dan Perbedaannya dengan Tumbuhan Monokotil

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Tumbuhan Monokotil: Pengertian, Ciri, Klasifikasi, Contoh, dan Perbedaannya dengan Tumbuhan Dikotil"