Waruga: Pengertian, Letak, Bentuk, Asal-Usul, fungsi, dan Cirinya

Pengertian Waruga
Waruga
Pengertian Waruga
Waruga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah badan; tubuh; sosok tubuh. Dalam sejarah, waruga adalah peti kubur peninggalan zaman megalithic orang Minahasa - Daerah Sulawesi Utara (Sulut) yang berkembang pada awal abad ke-13 SM.

Waruga terbuat dari dua batu berbentuk segitiga dan kotak. Waruga terdiri dari dua bagian, yaitu bagian badan dan bagian tutup. Bagian badan berbentuk kubus dan bagian tutup berbentuk menyerupai atap rumah. Waruga berfungsi sebagai wadah penguburan mayat atau orang yang sudah meninggal.

Pada zaman pra-sejarah masyarakat Minahasa percaya bahwa roh leluhur memiliki kekuatan magis, sehingga wadah kubur mereka harus dibuat sebaik dan seindah mungkin. Hal yang paling menarik adalah waruga itu dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggal.

Ketika orang itu akan meninggal maka dia dengan sendirinya akan memasuki waruga yang dibuatnya itu setelah diberi bekal kubur yang selengkapanya. Kelak bila itu dilakukan dengan sepenuhnya akan mendatangkan kebaikan bagi masyarakat yang di tinggalkan.

Istilah waruga berasal dari bahasa Tombulu, yakni dari kata Wale Maruga yang berarti rumah dari badan yang akan kering. Sedangkan dalam arti lainnya, yakni Wale Waru atau Kubur dari Domato (jenis tanah lilin).

Umur waruga tidak dapat dipastikan, karena bangsa Minahasa pada saat itu belum mengenal tulisan. Namun berdasarkan berbagai sumber, waruga telah ada sebelum zaman Kristianisasi atau sebelum abad 16 Masehi.

Waruga pertama muncul di daerah bukit Kelewer, Treman dan Tumaluntung Kabupaten Minahasa Utara (Minut) dan terus berkembang di berbagai daerah di Sulawesi Utara sampai pada awal abad 20 Masehi.

Waruga awalnya digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan ritual kematian dalam kepercayaan animisme dan dinamisme serta sebagai perlambang seni masyarakat Minahasa. Pada masa kini, waruga dijadikan sebagai objek wisata pendidikan dan kebudayaan.

Letak
Di daerah Sulawesi Utara banyak terdapat lokasi yang memiliki waruga. Lokasi itu disebut sebagai situs karena mengandung benda cagar budaya. Pada saat ini situs-situs itu banyak terdapat di perkampungan atau ladang penduduk.

Kompleks waruga sekarang ini sering juga disebut orang sebagai Minawanua, Makawale atau bekas kampung. Sesuai dengan kepercayaan masyarakat pra-sejarah, situs-situs itu kebanyakan berada di daerah ketinggian.

Situs waruga di Minahasa khususnya di Kabupaten Minahasa Utara, antara lain terdapat di Desa Treman (368 waruga), di Desa Sawangan (144 waruga), Desa Airmadidi Bawah (80an waruga) dan juga di sekitar Desa Kaima, Desa Kauditan, Desa Tumaluntung, Desa Matungkas, Desa Laikit, Desa Likupang, Desa Kawangkoan Kuwil, Desa Sukur, Desa Suwaan, dan ada juga di tempat lain di Kabupaten Minahasa.

Bentang alam Kabupaten Minahasa Utara ini merupakan lembah alluviasi batuan dasar tufa. Lembah alluviasi itu terbentuk oleh material hasil pengikisan lereng gunung Klabat. Gunung berapi inilah yang menyediakan bahan batuan untuk membuat waruga.

Di dalam waruga (peti kubur batu) ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda, antara lain berupa tulang- tulang manusia, gigi manusia, periuk tanah liat, benda-benda logam, pedang, tombak, manik-manik, gelang perunggu, piring, dan lain-lain.

Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan di dalam waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik-manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.

Bentuk
Waruga berasal dari bahasa Tombulu yaitu kata wale dan ruga. Wale berarti rumah, sedangkan ruga berarti hancur atau terbongkar. Penamaan ini didasari oleh bentuk waruga yang menyerupai rumah dan fungsinya adalah sebagai rumah penghancur jasad.

Waruga terbuat dari batu yang terbagi menjadi bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas berbentuk segitiga dan menyerupai bubungan rumah, sedangkan bagian bawah berbentuk segi empat. Bagian atas merupakan penutup kubur, sedangkan bagian bawah menjadi tempat penguburan jenazah.

Batu yang dibuat menjadi waruga merupakan jenis batu lava basal yang semakin kuat bila berada di tempat terbuka. Waruga terbagi menjadi ukuran kecil, sedang, dan besar. Ukuran kecilnya adalah 50 cm × 50 cm × 100 cm. Ukuran sedangnya adalah 100 cm × 100 cm × 150 cm. Sedangkan ukuran besarnya adalah 150 cm × 100 cm × 145 cm. Batu untuk membuat waruga diperoleh dari letusan Gunung Klabat dan Gunung Lokon.

Asal-usul Waruga
Diperkirakan, waruga merupakan sistem pemakaman zaman megalitikum yang berlangsung sekitar 1500 SM. Fungsi dari waruga adalah sebagai makam, di mana orang Minahasa diduga telah menggunakannya sejak abad ke-9. Pada awalnya, orang Minahasa yang meninggal dibungkus dengan woka, atau sejenis daun palem.

Dalam perkembangannya, mereka mulai menggunakan waruga, di mana jenazah akan diletakkan dalam posisi menghadap ke utara karena percaya nenek moyangnya berasal dari utara. Waruga berasal dari dua kata dalam bahasa Tombulu, yakni wale yang memiliki makna rumah, dan ruga yang berarti hancur atau terbongkar. Penamaan ini didasarkan pada bentuk waruga yang mirip dengan rumah penghancur jasad atau tempat untuk melakukan kremasi.

Fungsi Waruga
Adapun fungsi waruga di antaranya,
1. Sebagai tempat pemakaman
2. Sebagai sarana ritual
3. Sebagai penghormatan terhadap arwah nenek moyang.
4. Fungsi oranamen relief pada permukaan waruga sebagai penangkal roh-roh jahat.

Ciri Waruga
Berikut beberapa ciri dari waruga di antaranya,
1. Terbuat dari batu yang dipahat
2. Terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas berbentuk segitiga seperti atap rumah dan bagian bawah berbentuk bangun ruang untuk tempat meletakkan jenazah.
3. Memiliki ornamen relief di permukaan waruga.
4. Mayat diletakkan ke dalam ruangan di badan waruga
5. Posisi mayat pada kepala mencium lutut dan tumit menempel pantat
6. Mayat mengarah ke utara
7. Banyak ditemukan di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Minahasa

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Waruga: Pengertian, Letak, Bentuk, Asal-Usul, fungsi, dan Cirinya"