Zaman Megalitikum: Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Bentuk Peninggalannya

Pengertian Zaman Megalitikum
Zaman Megalitikum

Pengertian Zaman Megalitikum
Zaman Megalitikum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah zaman batu besar (yaitu salah satu babak zaman prasejarah). Megalit artinya batu besar, dari bahasa Yunani megas berarti besar, dan lithos berarti batu. Megalit menjadi tanda utama keberadaan tradisi megalitik, tradisi yang muncul di beberapa tempat di bumi.

Ciri utama dari zaman prasejarah ini di mana manusia pendukungnya dapat menciptakan bangunan-bangunan besar yang berbahan dasar batu. Bangunan batu besar sendiri dikenal sebagai tempat peribadatan atau tempat untuk memberikan penghormatan kepada para roh leluhurnya. Pada zaman ini, manusia pendukungnya telah mengenal kepercayaan, kepercayaan pada animisme.

Dari segi waktu sendiri, zaman megalitikum ini terjadi pada zaman neolitikum akhir dan juga zaman perundagian awal, yaitu pada zaman perunggu.
 
Sejarah Zaman Megalitikum
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan megalitikum ini menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang di antaranya,
1. Megalitikum Tua
Megalitikum tua ini menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum sekitar (2500 sampai 1500 SM) yang dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalitikum: Arca-arca, Statis, Menhir, Punden berundak-undak.

2. Megalitikum Muda
Megalitikum muda ini menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu sekitar (1000 sampai 100 SM) yang dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalitikum: Dolmen, Arca-arca dinamis, Peti kubur batu, dan Waruga Sarkofagus.

Manusia pada zaman megalitikum sudah mempunyai kepercayaan sendiri. Meski, kepercayaan yang di antara bukan kepercayaan terhadap Tuhan, tapi kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Bahkan sampai pada masa sekarang, kepercayaan terhadap roh nenek moyang ini masih dipercayai oleh beberapa kebudayaan.

Manusia Pendukung Zaman Megalitikum
Terdapat beberapa manusia purba yang hidup pada zaman megalitikum dan membangun kebudayaannya masing-masing di antaranya,
1. Meganthropus Paleojavanicus
2. Pithecanthropus Erectus
3. Homo Soloensis
4. Pithecanthropus Mojokertensis atau kerap dikenal sebagai Pithecanthropus Robustus

Ciri Zaman Megalitikum
Ciri utama dari zaman prasejarah ini manusia pendukungnya dapat menciptakan bangunan-bangunan besar yang berbahan dasar batu. Selain itu, ada pula ciri-ciri lain dari peninggalan zaman megalitikum di antaranya,
1. Menggunakan dan meninggalkan kebudayaan batu besar
2. Berkembang dari zaman neolitikum (batu muda) dan zaman logam
3. Mulai tinggal menetap di suatu wilayah
4. Telah mengetahui sistem pembagian kerja dan gotong royong
5. Terdapat pemimpin kelompok
6. Sudah menerapkan food producing atau memiliki kemampuan bercocok tanam, beternak, dan nelayan
7. Membuat alat-alat dari gerabah dan sudah mulai memanfaatkan logam
8. Mulai mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme (memuja roh nenek moyang)
 
Kehidupan Manusia pada Zaman Megalitikum
Secara umum, kehidupan manusia pada zaman megalitikum ini sama dengan pola kehidupan manusia pada zaman neolitikum dan zaman perunggu.
1. Kehidupan Sosial Manusia Megalitikum
Megalitikum merupakan periode yang mencakup neolitikum akhir dan zaman perunggu. Oleh karena itu, kehidupan sosial manusianya pun merujuk kepada kedua zaman ini. Manusia purba yang hidup pada periode megalitikum sudah memiliki kemampuan untuk hidup menetap di suatu tempat dengan mengandalkan rumah-rumah permanen, pertanian, peternakan, serta ilmu pengolahan batu dan logam mereka.

Karena hidup mereka yang tidak lagi nomaden, pada masa ini sudah muncul struktur sosial yang berbentuk hierarkis. Terdapat seorang ketua yang memimpin komunitasnya dan dianggap sebagai Primus Interpares atau pertama dari yang setara. Hal ini pun akan berevolusi menjadi sistem kasta dan pembagian pekerjaan.

Dengan adanya pembagian pekerjaan, maka lebih banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh manusia, serta memungkinkan adanya spesialisasi pekerjaan dan keterampilan. Hal ini lah yang menjadi ciri khas dari masa perundagian, di mana terdapat kelompok manusia yang memiliki keterampilan mengolah logam yang mumpuni.

2. Kehidupan Spiritual Manusia Megalitikum
Senada dengan kehidupan pada zaman batu, masyarakat yang hidup pada zaman megalitikum masih menganut kepercayaan terhadap kekuatan roh nenek moyang. Kepercayaan ini dirangkum dalam konsep spiritual animisme dan juga dinamisme.

Namun, sekarang manusia sudah memiliki kemampuan yang cukup untuk membangun objek-objek religius yang dipercaya mampu membantu mereka dalam menghormati dan berkomunikasi dengan ruh leluhur. Selain itu, dengan adanya kehidupan yang menetap dan sistem pembagian pekerjaan, sudah muncul pula kelas manusia yang berperan sebagai tetua spiritual dan penghubung dengan dunia roh.

Orang-orang ini sangat dihormati dan dilindungi oleh kelompoknya karena berperan besar dalam konsep keagamaan yang dianut.
 
3. Kehidupan Ekonomi Manusia Megalitikum
Pada masa megalitikum, manusia purba yang ada sudah mengenal perdagangan secara sederhana, yaitu melalui barter atau pertukaran barang. Pertukaran barang ini bukan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari masyarakat tersebut.

Selain itu, manusia purba juga sudah mampu mengolah batu-batuan sedemikian rupa sehingga alat-alat yang mereka gunakan sudah jauh lebih baik dibandingkan masa paleolitikum dan mesolitikum. Manusia purba juga mulai bertani dan berternak untuk menghasilkan makanan alih-alih berburu dan meramu.

Revolusi ini dikenal sebagai revolusi pertanian pertama atau Neolithic Revolution di mana hewan-hewan mulai didomestifikasi serta tanaman-tanaman mulai dibudidayakan.
 
4. Kebudayaan Manusia Megalitikum
Manusia purba yang hidup pada zaman megalitikum memiliki pola kehidupan serta peninggalan kebudayaan yang sangat menarik.
Mereka sudah mampu mengolah batuan dengan sedemikian baiknya, sehingga alat-alat dan artefaknya bertahan lama. Bahkan, sekarang kita masih dapat melihat beberapa peninggalannya. Selain itu, masih terdapat beberapa suku-suku di Indonesia, terutama di daerah pedalaman yang masih melestarikan kebudayaan-kebudayaan megalitikum ini.

Beberapa hasil kebudayaan zaman megalitikum yang menarik dan penting bagi manusia pada zaman tersebut di antaranya kapak persegi, kapak lonjong, menhir, kubur batu, waruga, sarkofagus, dolmen, dan arca. Bahkan, hasil-hasil kebudayaan ini mempengaruhi pula kebudayaan yang muncul setelahnya.

Contoh yang paling jelasnya adalah bangunan punden berundak yang sangat mempengaruhi pola konstruksi dari candi-candi baik itu Hindu ataupun Buddha.

Bentuk Peninggalan Zaman Megalitikum
Di samping ciri-ciri tadi, bentuk peninggalan zaman megalitikum juga cukup khas karena memiliki ukuran yang besar. Adapun contoh peninggalan dari zaman megalitikum di antaranya,
1. Kubur Batu, dimanfaatkan sebagai tempat penguburan jenazah dari pemimpin kelompok
2. Sarkofagus, dikenal sebagai peti jenazah yang bentuknya menyerupai lesung dan memiliki penutup
3. Dolmen, merupakan tempat untuk meletakan sesaji untuk roh nenek moyang ataupun sebagai penutup sarkofagus
4. Menhir, berbentuk seperti tugu batu tegak untuk memperingati anggota kelompok yang sudah meninggal
5. Punden berundak, merupakan bangunan yang disusun secara bertingkat seperti konsep candi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang
6. Arca batu, dikenal sebagai pahatan yang merepresentasikan wujud nenek moyang
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Zaman Megalitikum: Pengertian, Sejarah, Ciri, dan Bentuk Peninggalannya"