Komunikasi Lintas Budaya: Pengertian, Fungsi, Karakteristik, Teori, dan Hambatannya
Table of Contents
Komunikasi Lintas Budaya (Cross Cultural Communication) |
Pengertian Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya (cross cultural communication) adalah proses pengalihan ide atau gagasan suatu budaya kepada budaya lain dengan tujuan saling mempengaruhi (P. Eddy Sanusi Silitonga, 2020). Komunikasi lintas budaya merupakan akibat dari terjadinya proses komunikasi antar berbagai unsur kebudayaan.Ruang lingkup komunikasi lintas budaya mulai dari konteks komunikasi antarpribadi yang berasal dari kebudayaan berbeda sampai bagaimana cara mengurangi hambatan komunikasi yang mencakup lintas budaya, sehingga bisa terjadi komunikasi yang lebih baik lagi.
Komunikasi Lintas Budaya Menurut Para Ahli
1. Hafied Cangara, komunikasi lintas budaya adalah proses di mana suatu ide diberikan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih. Maksud dan tujuan dari pemberian tersebut untuk mengubah tingkah laku mereka.
2. P. Clint Rogers (2009), komunikasi lintas budaya adalah suatu bidang studi yang meneliti beberapa cara yang dilakukan oleh manusia. Cara-cara tersebut datang dari beberapa manusia yang memiliki latar belakang budaya berbeda untuk berkomunikasi dengan manusia yang lainnya.
3. Doris E. Cross (2016), komunikasi lintas budaya tidak hanya terbatas pada mempelajari bahasa asing. Namun juga termasuk memahami bagaimana pola-pola budaya dan nilai-nilai inti. Kemudian pemahaman tersebut berdampak pada proses komunikasi – bahkan ketika semua orang berbahasa Inggris.
4. Tatjana Takševa Chorney (2009), komunikasi yang terjadi di antara anggota yang berbeda budaya yang mana setiap nilai, pola berpikir, komunikasi dan perilakunya seringkali berlawanan dengan nilai-nilai, pola berpikir, komunikasi dan perilaku yang lain.
Fungsi Komunikasi Lintas Budaya
Terdapat dua fungsi adanya komunikasi lintas budaya di antaranya,1. Fungsi Pribadi (Individu)
Fungsi komunikasi sebagai fungsi pribadi adalah komunikasi lintas budaya diperlihatkan lewat sikap komunikasi yang mengambil sumber dari individu masing-masing.
a. Identitas Diri
Dalam proses komunikasi, pastinya sang individu akan menunjukkan sikap untuk menunjukkan eksistensinya dan identitas sosialnya. Cara pengungkapan ini bisa melalui sikap dan cara berbahasa, baik secara verbal dan non-verbal.
b. Menyatakan Integrasi Sosial
Dalam komunikasi, integrasi sosial yang dimaksudkan adalah saling bersatu dan menerima kesatuan antar individu, tetapi tetap berpegang teguh bahwa masing-masing dari individu memiliki perbedaan. Dengan adanya perbedaan inilah akan terjadi sebuah komunikasi.
c. Melepaskan Diri
Komunikasi tujuan utamanya selain bertukar informasi, yang lebih dalam dari itu adalah ingin menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya dan bisa mendapatkan jalan keluar dari masalah tersebut yang dialami.
2. Fungsi Sosial
Selain individu, ada juga fungsi sosial yang dapat menciptakan komunikasi
a. Pengawasan
Pengawasan ini adalah sebagai kontrol sosial dan juga menginformasikan keadaan terbaru tentang kita (budaya-budaya kita) yang sedang berkembang beserta perubahan-perubahannya.
b. Sebagai Jembatan
Komunikasi menjadi sebuah jembatan antar individu atau antar kelompok yang memiliki perbedaan budaya.
c. Sosialisasi Nilai
Fungsi yang paling akhir dan dampaknya luas adalah fungsi sosialisasi nilai, sebab di sini akan terjadi pengajaran dan pengenalan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat ke masyarakat yang lain.
Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya
Terdapat beberapa macam karakteristik komunikasi lintas budaya di antaranya, 1. Ada dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi
2. Ada jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu
3. Komunikasi Lintas Budaya menghasilkan keuntungan dan kerugian di antara dua budaya atau lebih yang terlibat
4. Komunikasi lintas budaya dijalin baik secara individu anggota masyarakat maupun dijalin secara berkelompok atau dewasa ini dapat dilakukan melalui media
5. Tidak semua komunikasi lintas budaya menghasilkan feedback yang dimaksud, hal ini tergantung kepada penafsiran dan penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau atau tidaknya dipengaruhi
6. Bila dua kebudayaan melebur karena pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan menghasilkan kebudayaan baru, dan inilah yang disebut akulturasi.
Teori Komunikasi Lintas Budaya
Berikut beberapa teori komunikasi lintas budaya di antaranya, 1. Face Negotiation Theory
Untuk menyampaikan makna tertentu, manusia menggunakan pesan verbal dan non verbal. Salah satu pesan non verbal yang digunakan adalah pesan fasial atau air muka. Leathers dalam Rakhmat (2001 : 289 – 290) menyatakan bahwa wajah dapat menyampaikan minimal 10 makna di antaranya,
a. Kebahagiaan
b. Rasa terkejut
c. Ketakutan
d. Kemarahan
e. Kesedihan
f. Kemuakan
g. Pengecaman
h. Minat
i. Ketakjuban
j. Tekad
Kemudian, Ia menyimpulkan bahwa wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi. Seperti di antaranya senang dan tidak senang, berminat atau tidak berminat pada orang lain atau lingkungan, intensitas keterlibatan dalam suatu situasi. Dan juga, tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya sendiri serta ada atau kurangnya pengertian. Pesan fasial ini juga diaplikasikan dalam komunikasi lintas budaya.
Dari teropong komunikasi lintas budaya, manusia dengan berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentu tidak bisa menghindari kodratnya untuk berhubungan atau berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Dalam membangun hubungan antar manusia tidak jarang sering menemui konflik.
Stella Ting-Toomey kemudian merumuskan face negotiation theory untuk menjelaskan pengaruh perbedaan budaya dalam menangani atau mengelola konflik yang terjadi melalui “manajemen” wajah. Menurut teori ini, norma dan budaya yang dianut oleh manusia akan mempengaruhi cara mengelola situasi konflik dan membentuk citra di mata publik.
2. Expectancy Violations Theory
Expectancy Violations Theory mencoba menguraikan perilaku manusia yang tidak terduga saat mereka berinteraksi. Teori ini menitikberatkan pada proses komunikasi yang dipengaruhi oleh norma serta budaya yang dianut dan dijadikan sebagai patokan. Adanya pelanggaran pada norma dan budaya yang dianut dapat menimbulkan persepsi positif atau negatif. Sehingga individu akan bersikap hati-hati terhadap individu yang lain.
Expectancy violations theory juga bergantung pada jarak dan ruang. Manusia cenderung mengatur jarak dan ruang sebagai cara untuk mengungkapkan tingkat kedekatan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Dalam teori ini jelaskan bahwa manusia cenderung untuk melindungi jarak dan ruang mereka saat harapan mereka mengalami pelanggaran.
3. Teori Akomodasi Komunikasi
Teori akomodasi komunikasi menitikberatkan pada strategi individu untuk mengurangi atau menambah jarak komunikatif yang bergantung pada norma dan budaya yang dianut. Teori akomodasi komunikasi menguraikan kecenderungan manusia untuk menyesuaikan perilaku saat mereka berinteraksi.
Kemudian, alasan di balik perilaku ini dijelaskan sebagai bentuk untuk mengontrol perbedaan sosial yang ada. Orang mengakomodasi kegiatan komunikasi mereka untuk mendapatkan persetujuan dan menetapkan citra positif di depan orang lain. Lingkungan di mana mereka berinteraksi juga mempengaruhi perilaku komunikasi.
Ada dua jenis proses akomodasi yang dijelaskan dalam teori ini di antaranya,
a. Konvergen, adalah proses di mana orang cenderung untuk beradaptasi dengan karakteristik komunikasi orang lain untuk mengurangi perbedaan sosial.
b. Divergen, adalah proses di mana individu menekankan pada perbedaan sosial dan perbedaan nonverbal yang ada.
4. Conversational constraints theory
Teori yang dikembangkan oleh Min-Sun Kim ini mencoba untuk menjelaskan perbedaan strategi percakapan yang dimiliki oleh masing-masing budaya dan dampak yang ditimbulkan oleh perbedaan tersebut. Teori ini menggunakan pendekatan ilmu komunikasi sosial yang memandang bahwa budaya mempengaruhi komunikasi.
5. Anxiety/Uncertainty Management Theory
Teori yang dikemukakan oleh William Gundykunst mengasumsikan bahwa individu akan merasa menjadi orang asing di antara pertemuan antar budaya yang menimbulkan rasa cemas, ketidakpastian dan ketidaknyaman.
Fokus dari teori ini adalah perbedaan budaya yang terdapat dalam suatu kelompok atau orang asing. Rasa kecemasan dan ketidakpastian menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif. Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila komunikator dapat mengelola kecemasan dan ketidakpastian tersebut dengan tepat
Hambatan Komunikasi Lintas Budaya
Dalam semua komunikasi yang terjadi, baik antar individu maupun antar masyarakat (kelompok) pastinya selalu ada hambatan yang terjadi. Menurut Chaney dan Martin, berikut hambatan yang bisa jadi muncul.1. Fisik
Secara fisik, perbedaan budaya pasti memiliki hambatan lokasi. Selain itu, hambatan yang lainnya adalah seperti media komunikasi, waktu dan lingkungan.
2. Budaya
Perbedaan kedua adalah masalah perbedaan budaya yang mencakup agama, suku, ras dan perbedaan sosial lainnya. Apabila tidak dilakukan dengan baik, maka bisa jadi ada kesalahpahaman di kemudian hari.
3. Persepsi
Setiap orang memiliki pandangannya masing-masing dan perbedaan pandangan dan cara menilai inilah terkadang komunikasi malah bisa terjadi, tetapi disisi lain juga bisa terhambat sebab masing-masing memiliki pertimbangan yang tidak selalu sama.
4. Motivasi
Motivasi ini adalah kemauan individu atau kelompok dalam komunikasi. Bisa jadi pendengar tidak mau mendengar, sehingga hambatan komunikasi jelas terjadi.
5. Pengalaman
Setiap individu memiliki kemampuan masing-masing dalam memahami sesuatu atau memikirkan sebuah ide. Biasanya pemahaman yang komprehensif dan luas didapatkan individu apabila memiliki pengalaman yang baik juga.
Selain itu, pengalaman pendengar juga begitu. Apabila berbeda tingkatannya, maka akan muncul hambatan dalam memahami komunikasi yang terjadi.
6. Emosi
Emosional adalah sifat dasar manusia dan bagaimana kita bisa mengontrolnya. Hambatannya adalah ketika terjadi perasaan yang tidak enak dan hati sedang tidak baik-baik saja, maka komunikasi akan terhambat bahkan akan sulit untuk mencapai titik temu pendapat yang sama.
7. Bahasa
Perbedaan bahasa, pastilah menjadi hambatan ketika menjalin komunikasi. Pastikan komunikasi dengan bahasa yang saling bisa dipahami supaya tidak menghambat proses transfer informasi.
8. Persaingan
Persaingan di sini yang dimaksudkan adalah kegiatan multitasking. Apabila pendengar mendengarkan informasi sambil mendengarkan informasi lain atau melakukan aktivitas lainnya, maka potensi kesalahan mendengar menjadi besar.
9. Non-Verbal
Kendala komunikasi yang disebabkan selain masalah berbicara dan berbahasa.
Pentingnya komunikasi lintas budaya
Komunikasi lintas budaya sangat penting apalagi dalam dunia bisnis yang saat terjadi saat ini. Sebab, dengan memahami perbedaan budaya akan membantu dalam berkomunikasi dan menangani konflik lintas budaya yang terjadi. Dengan kemampuan memahami perbedaan budaya, pebisnis akan memiliki peluang sukses dalam mengembangkan bisnis dengan latar budaya serta bisa membuat produk yang sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah dan budaya.
Selain sisi bisnis, komunikasi ini sangat bagus sebab perbedaan budaya menjadi masalah utama yang sering diangkat untuk memecah belah masyarakat dan negara. Dengan komunikasi yang baik dan bisa memahami perbedaan (toleransi), maka masalah tersebut malah menjadi sebuah kekuatan besar untuk persatuan.
Dari berbagai sumber
Post a Comment