Teori Gunung Es: Pengertian, Komponen, Struktur, dan Terapi Psikologi

Pengertian Teori Gunung Es atau Iceberg Theory
Teori Gunung Es (Iceberg Theory)
Pengertian Teori Gunung Es
Teori gunung es (iceberg theory) adalah teori psikologi yang dikemukakan oleh bapak psikoanalisis Sigmund Freud. Freud mengibaratkan kesadaran pikiran manusia sebagai fenomena gunung es. Bagian yang terlihat di atas permukaan laut hanya sedikit, sedangkan bagian besar tenggelam jauh di dalam lautan.

Bagian gunung es yang terlihat di atas air menggambarkan alam sadar, sementara bagian yang gunung es yang tenggelam adalah alam bawah sadar. Freud mengungkapkan bahwa alam bawah sadar adalah tempat menyimpan perasaan, pikiran, dorongan keinginan, dan kenangan yang tidak pernah disadari.

Bentuk emosi yang tersimpan bisa beragam, mulai dari perasaan sakit, cemas, hingga trauma masa lalu. Sadar atau tidak, pikiran alam bawah sadar ini sebenarnya terus memengaruhi perilaku dan pengalaman sebagai manusia.

Alam bawah sadar sebenarnya banyak berperan dalam membentuk motivasi dan ketertarikan pribadi dari seorang manusia. Alam ini juga bertanggung jawab membentuk memori, intuisi, fantasi, dan mimpi, serta bagaimana informasi diproses dari semua bentuk tersebut.

Semua naluri dan dorongan hidup disimpan juga di dalam pikiran bawah sadar. Insting hidup dan mati pun diatur di alam bawah sadar. Sebagai produk yang paling nyata dari insting untuk hidup adalah adanya hasrat seksual pada diri, sebagai salah satu naluri untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

Sedangkan insting tentang kematian mencakup hal-hal tertentu, seperti agresi, trauma, dan perasaan terancam akan bahaya. Freud meyakini bahwa manusia secara alamiah memang menekan perasaan, keinginan, dan emosinya jauh ke dalam alam bawah sadar.

Pikiran alam bawah sadar seringkali tidak dapat diterima oleh nalar atau tidak rasional. Beberapa metode pertahanan pun dikembangkan untuk mencegah pikiran bawah sadar naik ke permukaan. Di sisi lain, alam bawah sadar juga menjadi gerbang terapi psikologis yang bisa digali oleh para terapis, demi menemukan akar masalah psikologis yang mungkin terjadi.

Komponen
Sigmund Freud mengibaratkan pikiran manusia sebagai sebuah gunung es, yang terbagi dalam tiga komponen. Komponen pertama merupakan lapisan paling dasar dari gunung es tersebut, yang disebut sebagai Id. Lapisan paling dasar diketahui biasanya lebih luas dan lebih besar, maka di sanalah kebutuhan alamiah manusia itu berada.

Id digambarkan memiliki prinsip kesenangan, menuntut kepuasan berkaitan kebutuhannya tanpa mengindahkan lingkungan sekitar. Orang dengan id tinggi akan cenderung berbuat semaunya. Di lapisan kedua, bagian tengah, terdapat komponen Ego yang akan muncul dalam menjembatani lapisan ketiga dan pertama. Kehadiran ego akan membawa manusia untuk berpikir realistis saat menghadapi id.

Terakhir, komponen paling puncak yang akan mengendalikan munculnya berbagai macam id ialah Superego. Bagian puncak dari gunung es ini pada kehidupan sehari-hari dikenal dengan hati nurani, di mana tugasnya adalah untuk menanamkan penghakiman moral dan peraturan sosial kepada ego, sehingga memaksa tuntutan id untuk dikompromikan menurut moral dan nilai yang berlaku.

Keberadaan id sebagai kebutuhan alamiah manusia telah ada sejak manusia itu dilahirkan, sementara superego ditanamkan sepanjang perkembangan hidup manusia tersebut, dalam bentuk nilai atau tuntutan moral.

Menurut Freud, kepribadian seseorang lahir dari interaksi antara ketiga komponen dalam pikiran manusia ini. Maka bila seseorang memiliki kemauan yang harus selalu dituruti tanpa mempertimbangkan faktor lingkungan, dapat dikatakan orang tersebut memiliki id yang besar.

Struktur
Kondisi psikis yang tidak selalu tampak tersebut oleh Freud dibagi ke dalam tiga struktur kesadaran manusia di antaranya,
1. Sadar (conscious)
Pada tingkatan ini,  kesadaran berisi semua hal yang pernah dicermati pada saat tertentu. Hanya saja sebagian kecil dari kehidupan mental (ingatan, persepsi terhadap suatu hal, perasaan dan pikiran) yang akan masuk ke dalam tingkat kesadaran ini.

Dalam semua proses yang terjadi pada tingkat kesadaran ini (ingatan, persepsi, perasaan dan pikiran) merupakan hasil dari penyaringan yang di atur oleh stimulus dan tidak akan bertahan lama. Sehingga proses mental yang terjadi kemudian akan ditekan dan masuk ke dalam prasadar (preconscious) atau taksadar (unconscious).

2. Prasadar (preconscious)
Prasadar atau preconscious merupakan bagian dari available memory (ingatan siap), di mana pada tingkatan ini menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Sebab fungsinya yang menjadi jembatan maka pada tingkatan prasadar berisi materi-materi yang berasal dari sadar (conscious) dan tak sadar (unconscious).

Ketika apa yang pernah terjadi dan dialami tidak lagi dicermati maka semua proses akan dipindahkan ke dalam prasadar lalu kemudian ke tak sadar. Namun pada sewaktu-waktu, ingatan dari tak sadar bisa saja muncul ke prasadar dalam bentuk simbolik berupa  mimpi, salah ucap atau gerakan refleks serta mekanisme pertahanan diri.

3. Tidak sadar (unconscious)
Bagian ini merupakan tingkatan yang terdalam dari struktur kesadaran manusia menurut Freud. Secara khusus  menurut Freud ia membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik melainkan sebuah kenyataan yang empirik.

Pada tingkatan tak sadar ini atau lebih umum dikenal sebagai alam bawah sadar manusia ini berisikan insting atau naluri, rangsangan-rangsangan,  dorongan yang alamiah dibawa manusia sejak lahir, serta pengalaman traumatik yang dapat direpresikan atau ditekan dari tingkatan sadar ke tak sadar.

Semua proses mental yang ditekan ke dalam pemikiran tak sadar mampu bertahan lama serta dapat mempengaruhi perilaku manusia tanpa disadari.

Alam bawah sadar dalam terapi psikologi
Banyak bentuk dari psikoterapi dilakukan dengan memunculkan kesadaran di balik keyakinan dan ketakutan yang dimiliki seseorang. Biasanya emosi itu hanya bisa digali dari alam bawah sadar, di mana trauma masa kecil, ketakutan, dan peristiwa buruk disembunyikan di sana.

Misalnya saja, seseorang pernah secara tidak sadar mengalami pelecehan saat kanak-kanak atau tidak pernah diajak mengobrol atau diabaikan oleh orangtuanya saat masa-masa di mana karakter dibentuk. Lalu ketika besar, mereka mengalami kesulitan dalam menjalankan kesehariannya.

Ada yang jadi takut dengan lawan jenis, tidak bisa berkomitmen, atau selalu merasa tidak pernah cukup akan perhatian. Dengan psikoterapi alam bawah sadar, diharapkan berbagai masalah tersebut dapat teratasi dengan mengembalikan kontrol diri atas perilaku seseorang tersebut.

Metode-metode yang digunakan untuk menggali pikiran alam bawah sadar
Menurut Freud, ada beberapa cara untuk memunculkan pikiran alam bawah sadar di antaranya,
1. Asosiasi bebas
Teknik ini dikembangkan Freud dengan cara memberikan kebebasan kepada seseorang untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikiran yang terlintas pada benaknya, baik yang menyenangkan maupun tidak.

Proses ini diperlukan untuk memudahkan terapis memahami dinamika psikologis yang terjadi pada orang tersebut sehingga dapat membimbingnya, menyadari apa yang ada di alam bawah sadarnya, dan membuat hubungan antara masalah psikologisnya saat ini dengan pengalaman masa lampau.

2. Interpretasi mimpi
Interpretasi mimpi merupakan teknik di mana seseorang menjelaskan mimpinya kepada terapis karena mimpi adalah bentuk ekspresi yang dipendam dari kebutuhan, dorongan, keinginan yang tidak disadari. Nantinya, terapis akan bersama-sama untuk menafsirkan pesan-pesan yang tersirat dalam mimpi orang tersebut.

Dalam terapi psikoanalisis, emosi yang biasanya dimunculkan dari alam bawah sadar adalah emosi yang berkaitan dengan hal yang buruk atau negatif. Emosi negatif yang muncul diharapkan dapat memicu seseorang untuk berdamai dengan dirinya sendiri menuju hati yang sembuh atas trauma, rasa gelisah, dan kekecewaan yang pernah dialaminya.

Di sisi yang berlainan, alam bawah sadar juga bisa menyimpan emosi positif yang dapat membantu seseorang mengatur motivasi dan kreativitasnya.

Sejatinya, pikiran, ide, atau gagasan adalah sebuah aksi, dan reaksinya adalah respons pikiran bawah sadar. Oleh karena itu, biasakan untuk selalu memikirkan tentang kedamaian, kebahagiaan, tindakan yang benar, kehendak yang baik, dan kesejahteraan.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Teori Gunung Es: Pengertian, Komponen, Struktur, dan Terapi Psikologi"