Pengertian Imanen (Imanensi) dalam Filsafat Ketuhanan

Pengertian Imanen atau Imanensi
Pengertian Imanen (Imanensi)

Imanen (imanensi) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berada dalam kesadaran atau dalam akal budi (pikiran). Imanen atau imanensi berasal dari Bahasa Latin immanere (tinggal di dalam) adalah paham yang menekankan berpikir dengan diri sendiri atau subjektif.

Istilah imanen pertama kali digunakan Aristoteles yang memiliki arti batin dari suatu objek, fenomena atau gejala. Istilah ini kemudian dikembangkan oleh Kant dan berlaku sampai sekarang.

Imanen (Imanensi) dalam Filsafat Ketuhanan
Imanen merupakan kebalikan dari transenden. Dalam istilah Filsafat Ketuhanan, Tuhan yang imanen berarti Tuhan berada di dalam struktur alam semesta serta turut serta mengambil bagian dalam proses-proses kehidupan manusia.

Berbeda dengan transenden yang sangat mengagungkan Tuhan yang begitu jauh sehingga mereka sangat hormat. Imanensi lebih dekat dan terbatas pada pengalaman manusia, seperti dikemukakan Hume dalam teori fenomenalisme empiris dan Kant dalam Crtitique of Pure Reason.
 
Dalam bidang aliran agama, imanensi sangat ditekankan oleh ajaran Panteisme untuk menentang transendensi. Hal ini dimaksudkan agar manusia lebih akrab dengan Tuhan dalam kehidupannya.

Namun terdapat pandangan bahwa hal ini hanya akan membatasi Allah yang maha kuasa atas kehidupan manusia, Allah kehilangan unsur misterinya.

Sifat Allah yang imanen terkadang akan membuat manusia hanya berpikir bahwa Allah dekat, hal ini kurang tepat, maka dibutuhkan sifat transenden juga. Allah yang transenden adalah Allah yang melampaui segala yang ada. Allah yang tidak terbatas untuk memimpin dunia.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Imanen (Imanensi) dalam Filsafat Ketuhanan"