Interaksi Desa Kota (Spatial Interaction): Pengertian, Faktor Penyebab, Jenis Zona, Bentuk, Cara Menghitung Kekuatan, Dampak dan Contohnya

Pengertian Interaksi Desa Kota atau Spatial Interaction
Interaksi Desa Kota (Spatial Interaction)
Pengertian Interaksi Desa Kota (Spatial Interaction)
Interaksi desa kota (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik antar daerah dalam upaya mempercepat pembangunan yang sudah direncanakan, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Interaksi antara desa dan kota merupakan dampak upaya pemaksimalan potensi yang terdapat antarwilayah yang berbeda-beda.

Hal tersebut mendorong terjadinya suatu interaksi antarwilayah dari beragam perbedaan potensi setiap wilayah yang bisa disebabkan oleh kondisi letak geografis suatu wilayah. Demikian, interaksi desa kota tercipta dalam rangka memenuhi kebutuhan suatu wilayah yang membutuhkan potensi wilayah lain untuk saling melengkapi.

Spatial interaction juga bisa diartikan sebagai hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, sehingga bisa menciptakan  gejala, kenampakan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak langsung.

Faktor Penyebab Interaksi Desa Kota (Spatial Interaction)
Menurut Edward Ullman, ada tiga faktor penyebab interaksi antarwilayah di antaranya,
1. Region Complementary (Wilayah Saling Melengkapi)
Tapi tiap daerah itu pasti punya kekurangan dan kelebihan masing-masing, entah dalam bentuk sumber daya, barang, atau jasa. Karena hal inilah, banyak desa dan kota yang akhirnya jadi saling melengkapi.
 
2. Intervening Opportunity (Kesempatan Intervensi)
Intervening Opportunity merupakan alasan adanya interaksi suatu wilayah, misalnya keberadaan suatu wilayah baru yang memutus atau melemahkan interaksi dua wilayah yang terjalin sebelumnya. Meskipun interaksi dengan wilayah lama masih terjalin namun kemudian melemah.
 
Misalnya awalnya wilayah A dan B saling butuh untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya. Kemudian muncul wilayah wilayah C yang memiliki pasokan sumberdaya lebih lengkap, dan C yang kemudian mampu memenuhi kebutuhan A dan B. Akhirnya, A dan B terputus karena sekarang masing-masing kebutuhannya minta dari wilayah C.
 
3. Spatial Transferability (Kemudahan Perpindahan Ruang)
Faktor yang ketiga berkaitan dengan kemudahan perpindahan barang atau jasa pada suatu wilayah yang sangat mempengaruhi. Kemudahan ini bisa berupa jarak yang lebih dekat, biaya transportasi yang lebih murah, dan aksesibilitas yang lebih mudah ke wilayah tersebut.

Simpelnya, karena jarak wilayah A lebih dekat ke wilayah C dibanding wilayah B, akhirnya wilayah A lebih pilih berinteraksi dengan wilayah C. Walaupun wilayah B dan C sama-sama dapat mendukung wilayah A, yang terpilih tetaplah yang paling banyak menawarkan kemudahan buat wilayah A.

Jenis Zona Interaksi Desa Kota (Spatial Interaction)
Implementasi interaksi sosial tersebut, tentunya terbagi dalam beberapa zona di antaranya,
1. Interaksi Desa-Desa
Interaksi desa-desa pada hakikatnya lebih bertujuan pada pemenuhan kebutuhan pangan penduduk dan kegiatan yang berhubungan dengan adat istiadat. Interaksi antara desa dan desa biasanya terbentuk karena karakteristik desa yang hampir sama.

2. Interaksi Kota-Kota
lnteraksi kota-kota lebih bersifat kompleks dan tidak sebatas pemenuhan kebutuhan penduduk. Kebutuhan akan industri di wilayah kota biasanya dipasok dan kota lain. Tata kehidupan perkotaan yang hampir sama juga tidak memunculkan zona baru hasil interaksi antarwilayah kota.

3. Interaksi Desa-Kota
Desa dan kota memiliki karakteristik berbeda sehingga hubungannya lebih kompleks. lnteraksi desa-kota menyebabkan terbentuknya zona ìnteraksi baru yang mempengaruhi proses kehidupan dalam masyarakat, oleh karena kekompleksan masalah ini menjadi sub pembahasan yang dicampurkan menjadi satu.

Sementara menurut Bintarto, interaksi antara wilayah perkotaan dan perdesaan membentuk pola-pola konsentrik yang bisa dibedakan menjadi 6 zona di antaranya,
1. City
City dapat diartikan sebagai pusat kota, yaitu area dari kota di mana perdagangan, hiburan, belanja, dan kekuatan politik terkonsentrasi.

Di banyak kota, Kawasan Pusat Bisnis atau Central Business District (CBD) berada di dalam pusat kota (city centre), tetapi konsep “city centre” berbeda dari CBD. Konsep “CBD” berkisar semata-mata di sekitar kekuatan ekonomi dan keuangan, tetapi “city centre” juga mencakup faktor historis, politik, dan budaya.

Contoh yang jelas adalah Paris: La Défense adalah distrik pusat bisnis Paris, tetapi itu bukan pusat kota. Pusat kota sering merupakan bagian pertama dari kota, yang dapat menjadikannya bagian paling bersejarah dari sebuah kota.

2. Suburban
Suburban (sub daerah perkotaan/daerah pinggiran kota) dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang lokasinya berdekatan dengan pusat kota. Suburban merupakan wilayah tempat tinggal bagi para penglaju atau komuter (penduduk yang melakukan mobilitas harian ke kota untuk bekerja).

Suburban pertama kali muncul dalam skala besar pada abad ke-19 dan ke-20 sebagai akibat dari peningkatan transportasi kereta api dan jalan, yang menyebabkan peningkatan dalam perjalanan. Secara umum, wilayah tersebut memiliki kepadatan populasi yang lebih rendah daripada lingkungan kota terdalam di dalam wilayah metropolitan, dan sebagian besar penduduk pergi ke berbagai jenis kota-kota pusat atau kawasan bisnis lainnya.

Namun, ada banyak pengecualian, termasuk kawasan dalam arti industri, komunitas terencana, dan kota satelit. Pinggiran kota cenderung berkembang biak di sekitar kota-kota yang memiliki banyak tanah datar yang berdekatan.

3. Suburban fringe
Suburban fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan) dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang melingkari sub-urban, atau peralihan antara kota dan desa.

4. Urban fringe
Urban fringe yang juga dikenal dengan jalur tepi daerah perkotaan paling luar dapat diartikan sebagai batas wilayah terluar suatu kota. Zona yang satu ini ditandai dengan sifat-sifatnya yang mirip dengan wilayah kota, kecuali dengan wilayah pusat kota.

5. Rural urban fringe
Rural urban fringe atau jalur batas desa dan kota dapat diartikan sebagai bagian wilayah yang letaknya di antara kota dan desa. Zona ini sendiri ditandai dengan adanya pola penggunaan lahan campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.

6. Rural
Rural (daerah perdesaan) dapat diartikan sebagai wilayah yang masih menitikberatkan pada kegiatan pertanian. Daerah pedesaan adalah petak tanah terbuka yang memiliki beberapa rumah atau bangunan lain, dan tidak banyak orang, sehingga kepadatan populasinya sangat rendah.

Bentuk Interaksi Desa Kota (Spatial Interaction)
Di seluruh dunia, lebih banyak orang tinggal di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan. Namun ini telah berubah dengan cepat. Urbanisasi terjadi di seluruh dunia. Di Asia, misalnya, PBB memperkirakan bahwa populasi kota akan meningkat hampir 2 miliar pada tahun 2050.

Pada dasarnya, wujud interaksi antara desa dan kota bisa terjadi dalam beberapa bentuk yang paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di antaranya,
1. Pergerakan barang dari desa ke kota, atau sebaliknya.
2. Pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota ke desa.
3. Adanya komunikasi penduduk antara kedua wilayah.
4. Pergerakan manusia, baik dalam bentuk bekerja, rekreasi, menuntut ilmu, ataupun keperluan-keperluan lainnya.

Cara Menghitung Kekuatan Interaksi Desa Kota (Spatial Interaction)
Kekuatan interaksi desa dan kota itu bisa diukur. Selain kekuatan interaksi, ada juga rumus titik henti dan rumus indeks konektivitas yang bisa digunakan untuk pengukuran lain yang masih berhubungan dengan interaksi desa-kota atau antar wilayah lainnya.
1. Rumus kekuatan interaksi
Rumus kekuatan interaksi yang dikemukakan oleh W.J. Reilly ini dapat digunakan untuk mengetahui sekuat apa hubungan antara suatu wilayah. Bisa jadi antara kota ke desa, kota ke kota, dan desa ke desa. Rumusnya dapat dilihat di bawah ini.
Rumus Kekuatan Interaksi Desa Kota
Rumus Kekuatan Interaksi Desa Kota
Keterangan:
Iab = kekuatan interaksi wilayah A dengan B
Pa = jumlah penduduk wilayah A
Pb = jumlah penduduk wilayah B
Dab = jarak antara wilayah A dengan B

2. Rumus titik henti
Teori titik henti (breaking point theory) digunakan untuk mengetahui penempatan lokasi industri dan fasilitas umum antara dua wilayah.

Namun, perlu dicatat bahwa teori ini hanya bisa digunakan untuk mengukur dua wilayah yang keadaan ekonomi penduduknya relatif sama, sarana prasarana transportasi memadai, daya beli masyarakat sama, dan topografi wilayahnya datar.
Berikut ini rumusnya:
Rumus Titik Henti Interaksi Desa Kota
Rumus Titik Henti Interaksi Desa Kota
Keterangan :
DAB = Jarak lokasi titik henti yang diukur dari lokasi A
DBA = Jarak lokasi titik henti yang diukur dari lokasi B
PA = Jumlah populasi di lokasi A
PB = Jumlah populasi di lokasi B
dab = jarak antara lokasi A dan B

Dari rumus di atas, dapat disimpulkan bahwa titik henti diukur berdasarkan jumlah populasi dan jarak antar wilayah.

3. Rumus indeks konektivitas
Tentunya adanya sarana transportasi seperti ketersediaan jalan dan infrastruktur merupakan salah satu faktor penting agar interaksi antara satu wilayah dengan yang lainnya bisa berjalan dengan baik.

Menurut K.J. Kansky, kita bisa melihat kemungkinan kekuatan interaksi dengan melihat banyaknya jaringan jalan dan kota. Berikut ini rumus indeks konektivitas dengan catatan B merupakan indeks konektivitas.
Rumus Indeks Konektivitas Interaksi Desa Kota
Rumus Indeks Konektivitas Interaksi Desa Kota
Dampak Interaksi Penduduk Desa dan Kota
Interaksi desa kota tentunya akan menimbulkan berbagai dampak positif dan negatif di antaranya,
Dampak Positif Interaksi Desa Kota
1. Terjadinya urbanisasi membuat kota menerima pasokan tenaga kerja dari desa.
2. Tersedianya pasokan bahan pangan yang memadai seperti beras, sayuran, buah-buahan hingga hewan ternak dari desa ke kota.
3. Meningkatnya pendapatan daerah akibat banyaknya penduduk yang pindah ke kota.
4. Terjadinya ruralisasi penduduk kota yang memberikan lapangan pekerjaan di desa.
5. Tingkat pendidikan kesehatan masyarakat desa mulai membaik karena adanya ruralisasi.
6. Terjadi peningkatan ekonomi desa dari transaksi jual beli dengan penduduk kota.
7. Pembangunan desa yang semakin maju karena dihuni penduduk kota.
8. Adaptasi teknologi dan informasi yang semakin berkembang di desa.

Dampak Negatif Interaksi Desa Kota
Selain dampak positif terdapat beberapa dampak negatif di antaranya,
1. Banyaknya pemukiman kumuh di pinggiran kota karena urbanisasi yang terlalu tinggi.
2. Lahan semakin sempit dan kemacetan tidak terhindarkan.
3. Polusi udara semakin meningkat.
4. Potensi kriminalitas semakin tinggi.
5. Minimnya tenaga produktif di desa akibat urbanisasi.
6. Modernisasi yang terlalu bebas merusak tatanan kehidupan tradisional masyarakat desa.
7. Berkurangnya lahan produktif yang dialihfungsikan menjadi lahan pemukiman penduduk kota.

Selain berbagai dampak tersebut, interaksi desa kota juga terjadi karena perpindahan barang dan jasa hingga perpindahan informasi. Pembangunan akses jalan tol juga semakin memudahkan perpindahan barang dan jasa dari desa ke kota.

Contoh Interaksi Desa Kota
Berikut beberapa contoh kasus nyata interaksi desa kota di antaranya,
1. Desa-Kota
Contoh pertama yang terjadi proses interaksi antara desa dan kota ini misalnya saja ialah terdapatnya pemenuhan kebutuhan pangan, dari beras, jagung, ataupun lainnya. Hasil pertanian yang terdapat di desa-desa secara umum akan di distribusikan ke dalam kota.

2. Kota-Desa
Contoh selanjutnya, tentang bentuk interaksi kota dan desa bisa diwujudkan dari penyaluran barang-barang hasil industri. Mulai dari produksi baju, sandal, sajadah, buku, dan lainnya pada umumnya dilakukan produksi pembuatannya di kota.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Interaksi Desa Kota (Spatial Interaction): Pengertian, Faktor Penyebab, Jenis Zona, Bentuk, Cara Menghitung Kekuatan, Dampak dan Contohnya"