Filsafat Analitik: Pengertian dan Metode Berpikirnya

Table of Contents
Pengertian Filsafat Analitik
Ludwig Wittgenstein

Pengertian Filsafat Analitik

Filsafat analitik adalah aliran filsafat yang muncul dari kelompok filsuf yang menyebut dirinya lingkaran Wina. Pandangan utama filsafat analitik adalah penolakan mereka terhadap metafisika. Bagi mereka, metafisika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Filsafat analitik lingkaran Wina ini kemudian berkembang dari Jerman hingga ke luar, yaitu Polandia dan Inggris. Di Inggris misalnya, gerakan filsafat analitik ini sangat dominan dalam bidang bahasa. Kemunculannya merupakan reaksi keras terhadap pengikut Hegel yang mengusung idealisme total.

Dari pemikirannya, filsafat analitik merupakan pengaruh dari rasionalisme Prancis, empirisme Inggris dan kritisisme Kant. Selain itu berkat empirisme John Locke pada abad 17 mengenai empirisme, yang merupakan penyatuan antara empirisisme Francis Bacon, Thomas Hobbes dan rasionalisme Rene Descartes.

Teori Locke adalah bahwa rasio selalu dipengaruhi atau didahului oleh pengalaman. Setelah membentuk ilmu pengetahuan, maka akal budi menjadi pasif. Pengaruh ini kemudian merambat ke dunia filsafat Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Jerman dan wilayah Eropa lainnya.

Tokoh yang mengembangkan filsafat ini adalah Bertrand Russell dan Ludwig Wittgenstein. Mereka mengadakan analisis bahasa untuk memulihkan penggunaan bahasa untuk memecahkan kesalahpahaman yang dilakukan oleh filsafat terhadap logika bahasa.

Metode Berpikir Filsafat Analitik

Metode analitika bahasa sebagaimana yang dikreasikan Wittgenstein. Metode ini digunakan dengan jalan analisis pemakaian bahasa sehari-hari yang menentukan sah tidaknya ucapan filosofis, menurutnya bahasa merupakan bola permainan makna si pemiliknya.

Metode yang di gunakan oleh para filsuf analitik berbeda-beda satu sama lain di antaranya,
1. Metode Verifikasi atau Konfirmasi
Lingkaran Wina (Vienna Circle) tahun 1920-an dan gerakan Positivisme Logis (Logical Positivism) menampilkan beberapa pemikir terkenal di antaranya ialah A. Y. Ayer (1910-1970).

Di dalam bukunya yang berjudul Lengauange, Truth and Logic (1936), Ayer berupaya mengeliminasi metafisika sebagaimana terungkap lewat judul bab pertama buku tersebut, “The Elimination of Metaphysics”.

Adapun eleminasi itu didasarkan pada prinsip verifikasinya, agar suatu pernyataan (statement) benar-benar penuh arti pernyataan itu haruslah dapat di verifikasi (synthetic) oleh salah satu atau lebih dari kelima pancaindra.

2. Metode Klarifikasi
Wittgenstein yakin bahwa segala teka-teki dan kekacauan filsafati akan dapat di atasi oleh analisis bahasa. Wittgenstein mengatakan bahwa suatu pernyataan dapat diajukan, pernyataan itu pun seyogianya dapat dijawab, akan tetapi,  kenyataannya, tidak semua pertanyaan yang diajukan itu benar-benar bermakna.

Agar tidak terperangkap ke dalam persoalan-persoalan filsafati yang tidak berarti, yang  bersumber dari pernyataan-pernyataan yang tidak bermakna itu, harus di temukan peraturan-peraturan tentang permainan bahasa (language game) yang digunakan lewat ungkapan bahasa sehari-hari.

Berbeda dengan Ayer, bagi Wittgenstein, hal yang penting bukanlah mengatur bagaimana suatu ungkapan bahasa itu harus berarti/bermakna, tetapi harus mendengar apa arti yang terkandung dalam suatu ungkapan bahasa itu.

Untuk mendengar apa arti yang terkandung dalam suatu ungkapan bahasa itu, kita harus menganalisis bentuk-bentuk hidup (forms of life) hingga ke dasar terdalam dari setiap permainan bahasa.

Wittgenstein menegaskan bahwa arti menentukan oleh bagaimana suatu kata digunakan dalam konteksnya. Lewat analisis bahasa, seseorang akan dapat membuat jelas (clarify) arti bahasa sebagaimana yang dimaksudkan oleh orang yang menggunakan bahasa itu.

Apabila disimak lebih dalam seluruh ajaran Wittgenstein, akan terlihat dengan jelas bahwa filsafatnya tidak lain hanya menawarkan suatu metode, yang sering disebut sebagai metode analisis bahasa.

Metode itu bersifat netral tanpa pengendalian filsafati, epistemologi, atau metafisik. Analisis bahasa itu didasarkan semata-mata pada penelitian bahasa secara logis tanpa mendeduksikan sesuatu sehingga pada prinsipnya hanya membuat jelas (clarify)  apa yang dikatakan lewat suatu ungkapan bahasa.

Oleh karena itu metode analisis bahasa yang dikembangkan oleh Wittgenstein disebut juga sebagai metode klarifikasi.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment