Psikometri: Pengertian, Teori Pendekatan, dan Jenis Pengukuran

Table of Contents
Pengertian Psikometri
Psikometri

Pengertian Psikometri

Psikometri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah teori dan teknik pengukuran inteligensi dan aktivitas mental dalam psikologi. Secara bahasa, psikometri terdiri dari gabungan kata dari bahasa Yunani, yaitu psyche berarti nafas atau kehidupan, dan metron, berarti mengukur.

Demikian, metode psikometri merupakan perhitungan matematis, khususnya statistika, yang didesain menjadi alat tes dan pengukuran psikologi. Metode psikometri selalu mengaplikasikan pengukuran dalam proses mental.

Metode psikometri ialah sarana yang digunakan untuk mengatasi sebuah pertanyaan pengukuran dalam menginterpretasikan skor. Secara umum, psikometri  dalam teori kuantitatif menggambarkan bagaimana sampel dari proses kognitif atau perilaku bereaksi menurut berbagai kondisi.

Aktivitas psikometri awalnya dilakukan dalam upaya mengukur kecerdasan. Namun sejalan dengan perkembangannya, saat ini aktivitas psikometri banyak dipakai dalam bidang ilmu sosial terutama pendidikan dan psikologi, mencakup pengukuran pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kepribadian.

Sir Francis Galton, bapak psikometri kontemporer merupakan tokoh pertama yang berusaha mengukur fisik, psikofisik dan trait dari proses mental. Ia juga merupakan tokoh pertama yang menemukan cara untuk  mengukur berbagai kemampuan sensoris dan kapasitas mental.

Galton mendefinisikan “psikometri” sebagai seni yang memperdayakan pengukuran dan angka dalam proses mental.

Teori Pendekatan Psikometri

Tes-tes psikologi dirancang dengan pendekatan psikometri, yang berlandaskan atas 2 teori utama di antaranya,
1. Classical Test Theory
Teori ini menekankan pada skor yang diperoleh. Menurut teori ini, nilai yang diperoleh dari suatu test merupakan gabungan dari nilai murni dan nilai error.

Nilai murni adalah nilai hipotesis yang diharapkan akan diperoleh apabila seluruh penduduk dunia diteliti, atau apabila subjek diteliti berulang-ulang tak terhingga kali tanpa faktor pengacau. Error pengukuran merupakan selisih antara kedua nilai tersebut dan tidak berhubungan dengan variabel apapun.

Teori ini juga yang kemudian menjadi dasar penelitian atas validitas, reliabilitas dan  penggunaan teknik statistik sebagai faktor analisis. Tokoh-tokoh yang mendukung teori ini di antaranya Galton, Pearson dan Thorndike.

Perkembangan dari teori ini yaitu teori generalizability, yang memasukkan prosedur statistik untuk memperkirakan berbagai sumber error dalam pengukuran. Teori ini menyatakan bahwa nilai respons dipengaruhi beberapa kondisi dalam pemerolehan nilainya, seperti metode, pemberi nilai, setting dan waktu.

2. Item Response Theory (IRT)
Item Responce Theory berfokus pada item dan menekankan bagaimana item tes individual dan observasi dipetakan secara linear terhadap suatu gagasan yang ditargetkan (yang disebut latent trait).

ICC (Item Characteristic Curve) dibuat dengan meletakkan proporsi orang yang memperoleh nilai pada setiap level. Dengan demikian, kemungkinan seseorang melewati suatu item hanya bergantung pada kemampuan orang tersebut dan kesulitan dari item tersebut.

IRT memiliki beberapa asumsi di antaranya,
1. Undimensionality dan stabilitas latent trait.
2. Local independence of items yaitu respons terhadap item hanya dipengaruhi oleh latent trait item tersebut.
3. Item parameter invariance yaitu properti item merupakan fungsi dari item itu sendiri bukan sampel bentuk tes atau interaksi antara item dan responden.

Jenis Pengukuran Psikometri

Berikut dua jenis pengukuran yang dapat diukur dengan menggunakan metode psikometri di antaranya,
1. Pengukuran Kognitif
Dalam pengukuran psikologi, kita menggambarkan aktivitas pada otak yang berupa “information procesing” atau lebih mendasar lagi disebut dengan cognition. Cognition itu merupakan proses mental yang dinamis untuk mengakomodasikan informasi baru dan memetakan stimulus kepada pengalaman sebelumnya di dalam jaringan neurologi.

Pengukuran mental berfungsi untuk mengkuantifikasikan fungsi kognitif. Snow dan Lohman (1989) mendeskripsikan bagaimana pengaplikasian proses tersebut ke dalam tes dan pengukuran.

Tes dan pengukuran itu dapat dilakukan dalam kegiatan membaca cepat, berhitung dengan tepat, ataupun bermain piano di mana hal tersebut merupakan bukti dari proses mental yaitu pemrosesan informasi. Oleh sebab itu, pengukuran psikologis didasarkan pada kesadaran/ proses mental.

Saat ini ilmu pengukuran telah memiliki pandangan yang lebih kompleks dan didasarkan pada teori kognitif mengenai pemahaman dan pembelajaran, berdasarkan kepada keyakinan bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari komposisi psikologis seseorang.

2. Latent Traits
Dalam psikometri modern, fakta-fakta mengenai proses kognitif sering disebut dengan latent traits. Laten traits tersebut merupakan sebuah pendeskripsian yang mengodekan aspek-aspek kognitif yang dimanifestasikan dalam performa seseorang.

Kemampuan seperti membaca, menjumlah, dan memainkan piano merupakan contoh dari manifestasi aspek-aspek kognitif tersebut.

Pengukuran latent traits dilakukan dengan menggunakan scientific methods, yakni dengan menggunakan berbagai peraturan dan sistem dari ilmu pengetahuan tersebut, di mana kita diminta untuk menggali dan menjelajahi pikiran dari individu itu sendiri untuk mendapat petunjuk terkait perkembangan dari fakta-fakta latent traits tersebut.

Pengaplikasian dari latent traits itu sendiri telah banyak dikaji didalam cognitive psychology, dan para ahli psikometri selalu menerapkan latent traits disetiap pekerjaan mereka, seperti saat mengadakan penelitian maupun saat mengembangkan tes. Dalam general psychology,  latent traits itu sendiri dikenal dengan istilah construct.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment