Obsessive-Compulsive Disorder (OCD): Pengertian, Gejala, Penyebab, Tipe, dan Pengobatannya

Pengertian Obsessive-Compulsive Disorder atau OCD
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Pengertian Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang mendorong penderitanya untuk melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang. Tindakan tersebut ia lakukan untuk mengurangi kecemasan dalam pikirannya.

Contoh perilaku kompulsif adalah mencuci tangan 7 kali setelah menyentuh sesuatu yang mungkin kotor. Pikiran dan tindakan tersebut berada di luar kendali pengidap. Meski pengidap mungkin tidak ingin memikirkan atau melakukan hal tersebut, tetapi ia tidak berdaya untuk menghentikannya.

Gangguan obsesif kompulsif dapat dialami oleh siapa saja dari semua kelompok usia, tetapi paling sering muncul di usia 7–17 tahun. Penderita OCD biasanya menyadari bahwa pikiran dan tindakannya berlebihan, tetapi mereka tidak bisa melawannya.

Gejala Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Orang dengan OCD memiliki gejala obsesi, kompulsi, atau keduanya. Gejala-gejala ini dapat mengganggu semua aspek kehidupan, seperti pekerjaan, sekolah, dan hubungan pribadi. Obsesi adalah pikiran yang berulang, dorongan, atau gambaran mental yang menyebabkan kecemasan.

Sementara itu, kompulsi adalah perilaku berulang seseorang dengan Obsessive-Compulsive Disorder merasakan dorongan untuk melakukan dalam menanggapi pemikiran obsesif. Kompulsi umum termasuk pembersihan berlebihan dan/atau mencuci tangan, memesan, dan mengatur sesuatu dengan cara yang khusus dan tepat.

Pengidap juga bisa berulang kali memeriksa berbagai macam hal, seperti pemeriksaan berulang kali untuk melihat apakah pintu terkunci atau oven mati.

Gejala bisa datang dan pergi, mereda seiring waktu, atau memburuk. Orang dengan OCD dapat mencegah gejala muncul dengan menghindari situasi yang bisa memicu obsesi mereka, atau mungkin menggunakan alkohol atau obat-obatan untuk menenangkan diri.

Meskipun sebagian besar orang dewasa dengan OCD menyadari apa yang mereka lakukan tidak masuk akal, tetapi beberapa orang dewasa dan sebagian besar anak mungkin tidak menyadari bahwa perilaku mereka di luar kebiasaan. Orang tua atau guru biasanya mengenali gejala OCD pada anak-anak.

Berikut beberapa contoh obsesi yang bisa dialami pengidap OCD di antaranya,
1. Takut kotor, misalnya anti menyentuh barang yang sudah disentuh orang lain atau enggan bersalaman.
2. Sangat memerhatikan keteraturan dan tata letak yang simetris, misalnya menyusun pakaian berdasarkan gradasi warnanya.
3. Perasaan ketakutan yang berlebihan, sehingga pengidap bisa berulang kali memastikan bahwa pintu rumah sudah dikunci.
4. Munculnya pikiran yang tidak diinginkan, biasanya berkaitan dengan sikap agresif, seksualitas, keyakinan, dan agama. Misalnya, pengidap bisa tiba-tiba mengeluarkan sumpah serapah tanpa alasan yang jelas.

Berikut beberapa gejala yang umum terjadi pada penderita OCD di antaranya,
1. Pikiran Obsesif
Obsesif adalah gangguan pikiran yang terjadi secara berulang dan menimbulkan kecemasan. Pikiran obsesif ini bisa muncul secara tiba-tiba ketika penderita sedang memikirkan atau melakukan sesuatu.

Gejala obsesif yang dialami penderita OCD bisa berupa di antaranya,
a. Cemas atau takut tertular penyakit sehingga menghindari bersalaman atau menyentuh benda-benda.
b. Stres ketika melihat sekumpulan benda tidak selaras atau simetris.
c. Takut melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri atau orang lain, misalnya ragu apakah sudah mematikan kompor atau mengunci pintu.
d. Takut mengatakan sesuatu yang mungkin menyinggung perasaan orang lain.
e. Khawatir membuang barang yang telah dikumpulkan

2. Perilaku Kompulsif
Kompulsif adalah perilaku yang dilakukan berulang-ulang guna mengurangi rasa cemas atau takut akibat pikiran obsesif. Penderita OCD akan merasa lega sesaat setelah melakukan perilaku kompulsif. Namun, gejala obsesif bisa muncul kembali dan membuat penderita OCD mengulangi perilaku kompulsif.

Gejala perilaku kompulsif meliputi di antaranya,
a. Mandi atau mencuci tangan berulang-ulang sampai lecet.
b. Menyusun benda menghadap ke arah yang sama atau sesuai jenisnya.
c. Memeriksa berulang kali apakah sudah mematikan kompor atau mengunci pintu.
d. Mengulangi kata-kata atau kalimat tertentu dalam hati agar tidak salah mengatakannya.
e. Mengumpulkan atau menimbun barang-barang, seperti surat atau koran yang tidak terpakai.

Pada umumnya, gejala OCD pada anak-anak dan orang dewasa tidak jauh berbeda. Namun, gejala OCD pada anak-anak terkadang kurang jelas. Oleh karena itu, orang tua perlu waspada jika anak-anak menunjukkan sejumlah gejala berikut di antaranya,
a. Sering berganti pakaian karena dianggap sudah kotor.
b. Meletakkan barang-barangnya di satu bagian rumah dan akan tersinggung bila dipindahkan.
c. Cenderung hanya menggunakan satu toilet tertentu ketika di tempat umum.
d. Menggunakan sabun tangan, sabun mandi, atau tisu toilet secara berlebihan.
e. Menghindari bersosialisasi dengan teman sebaya dan tidak senang berbagi barang miliknya.

Faktor Risiko Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Faktor risiko Obsessive-Compulsive Disorder meliputi faktor keturunan, struktur otak dan fungsinya (masih belum jelas), serta lingkungan hidup.

Namun, hal yang paling memengaruhi adalah lingkungan hidup yang tidak mendukung perkembangan psikis pengidap sewaktu kecil, yaitu ketika anak sering direndahkan atau diejek karena ketidaksempurnaannya. Hal tersebut dapat menimbulkan perasaan timbal balik ingin melakukan hal yang sempurna.

Penyebab Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Sementara itu, penyebab OCD yang kerap menimpa seseorang di antaranya,
1. Genetik atau keturunan. Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan berisiko mengalami OCD.
2. Organik, masalah organik seperti terjadi masalah neurologi di bagian-bagian tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.
3. Kepribadian, mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat penyakit OCD. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini adalah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama dan tidak mudah mengalah.
4. Pengalaman masa lalu mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
5. Penyakit OCD erat kaitannya dengan depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya. Beberapa gejala penderita OCD seringkali juga menunjukkan.
6. Konflik, mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari masalah hidup. Seperti hubungan antara suami istri, di tempat kerja, dan keyakinan diri.

Tipe Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Berikut ini terdapat beberapa tipe penderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD) di antaranya,
1. The Checkers
Tipe checkers mengidentifikasikan bahwa penderita OCD adalah orang yang selalu mengecek atau memeriksa sesuatu. Mereka terobsesi untuk selalu memeriksa hal yang mereka lakukan. Misalnya saat ia menutup pintu, ia akan melakukan hal yang sama berulang kali untuk memastikan bahwa ia sudah menutup pintu.

2. Washers and Cleaners
Tipe washers and cleaners merupakan para pengidap OCD yang terobsesi dengan kebersihan. Mereka memiliki ketakutan dengan sesuatu yang kotor dan tidak mau terkontaminasi dengan kuman.

Para pengidap OCD dengan tipe ini selalu memperhatikan kebersihan secara berlebihan dan merasa sekitar mereka selalu kotor dan jarang mau menyentuh orang lain karena berpikir orang lain mengandung banyak kuman.

3. Orderers
Tipe orderers adalah orang fokus dengan sesuatu agar tepat tempatnya. Pengidap OCD tipe ini akan sangat tertekan bila melihat atau berada di sekitar benda-benda yang tidak rapi atau tidak sesuai dengan warnanya.

Beberapa contoh pengidap OCD tipe ini adalah sering kali merasa mual atau marah ketika sedang memakan sayur yang tercampur, ia secara tidak langsung akan langsung memisahkan wortel dengan wortel, nasi dengan nasi dan lauk lainnya dengan lauk berjenis sama.

4. Obsessionals
Pengidap OCD tipe obsessionals memiliki pemikiran obsesif dan intrusif yang membuat dirinya melakukan hal harus tepat, sesuai dan sempurna.

Contoh orang yang mengidap penyakit ini mungkin mempercayai hal-hal seperti tidak akan duduk di kursi berwarna merah karena mitos tertentu atau harus selalu memakai pakaian berwarna putih karena ia tidak bisa melihat dirinya memakai pakaian berwarna lain.

Beberapa orang yang mengidap tipe ini selalu memperhatikan detail setiap hal yang ia lakukan, misalnya harus masuk rumah menggunakan kaki kanan, mencuci rambutnya sebanyak 7 kali untuk memastikan rambutnya sudah bersih.

5. Hoarders
Tipe hoarders merupakan orang-orang yang suka mengumpulkan barang-barang yang tidak penting dan tidak berharga.

Pengobatan Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Terdapat beberapa penanganan yang dapat diberikan kepada penderita OCD di antaranya,
1. Psikoterapi
Psikoterapi dengan terapi perilaku kognitif (CBT) berfungsi untuk membantu pasien mengidentifikasi pemikiran, perasaan, dan perilaku mengenai gangguan yang dirasakan serta membantu penderita menghadapi obsesi yang dimiliki tanpa harus melakukan perilaku kompulsif.

Dokter atau psikolog akan menjalankan komponen CBT yakni terapi exposure and response prevention (ERP) yang dilakukan dengan melibatkan pemaparan secara bertahap akan objek obsesi pada pasien agar pasien dapat memelajari cara-cara untuk menahan dorongan kompulsif yang muncul.

2. Obat-obatan
Selain psikoterapi, dokter dapat meresepkan obat-obatan antidepresan tertentu seperti clomipramine, fluoxetine, fluvosamine, paroxetine atau sertraline. Obat-obatan ini dapat membantu pasien dalam mengendalikan OCD yang mereka miliki.

3. Terapi lain
Apabila pengobatan di atas tidak memberikan pengaruh pada pasien, dokter dapat menyarankan untuk menjalani terapi lain seperti:
a. Program OCD rawat jalan maupun rawat inap yang meliputi pengobatan komprehensif dari terapi ERP selama beberapa minggu.
b. Deep brain stimulation (DBS). Melalui operasi pembedahan, DBS dilakukan dengan menempatkan elektroda di area otak tertentu. Elektroda ini akan menghasilkan impuls listrik yang dapat mengatur rangsangan saraf abnormal.
c. Transcranial magnetic stimulation (TMS). TMS dilakukan dengan menanam kumparan magnet di kulit kepala dekat dahi. Tujuannya untuk mengirimkan denyut magnet yang dapat menstimulasi sel-sel saraf di otak.
 
4. Gaya hidup
Beberapa hal berikut disarankan untuk dilakukan oleh penderita OCD agar dapat mengelola gejala OCD di antaranya,
a. Tetap mengikuti penanganan yang telah diberikan oleh dokter atau psikolog.
b. Menerapkan teknik-teknik untuk mengatasi stres dan relaksasi, seperti meditasi, yoga, dan sebagainya.
c. Memperhatikan pemicu-pemicu yang dapat memunculkan gangguan agar dapat siap menghadapi gangguan tersebut jika tiba-tiba muncul.
d. Bercerita dengan orang-orang terdekat mengenai masalah yang dialami atau mengikuti komunitas-komunitas yang terdiri dari orang-orang yang mengalami hal yang serupa agar dapat saling berdiskusi dan mendukung satu sama lainnya.
e. Melakukan aktivitas-aktivitas lain saat rasa cemas atau takut muncul, seperti berjalan-jalan santai.
f. Menerapkan pola hidup yang sehat, seperti mengonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan berolahraga secara teratur.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Obsessive-Compulsive Disorder (OCD): Pengertian, Gejala, Penyebab, Tipe, dan Pengobatannya"