Afektif: Pengertian, Karakteristik, Penilaian, Penerapan, dan Manfaatnya

Table of Contents
Pengertian Afektif
Afektif

Pengertian Afektif

Afektif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap, watak, perilaku, minat, emosi, dan nilai yang ada di dalam diri setiap individu. Penilaian afektif merupakan penilaian pada kemampuan seseorang dilihat dari sikap dan nilai sosial yang diterapkan dalam kegiatan di sekolah.

Ranah penilaian afektif ini setidaknya mencakup hal-hal yang berkaitan dengan diri seseorang. Hal yang dapat dilihat oleh orang lain yaitu watak yang mencakup perasaan, sikap, emosi, minat, dan sikap yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut beberapa ahli, afektif ini erat kaitannya dengan kognitif. Karena semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin mudah untuk memperkirakan perubahan perilakunya. Jika ditinjau dari pembelajaran di kelas, hasil pembelajaran bisa berdampak pada perubahan tingkah laku peserta didik.

Afektif Menurut Para Ahli
1. Popham, afektif dapat menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar. Minat memperlajari sesuatu akan mempengaruhi keberhasilan seseorang baik untuk saat ini atau masa yang akan datang.
2. Anderson, afektif adalah sebuah ranah dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Ranah ini membutuhkan instrumen yang cukup rumit dan membutuhkan pengamatan yang cukup lama.
3. Sudjana, afektif yaitu berhubungan dengan sikap dan nilai.
4. David R. Krathwohl, afektif yaitu perilaku yang memberatkan perasaan, emosi, atau derajat tingkat penolakan atau penerimaan terhadap suatu objek.
5. Syamsu Yusuf, afektif yaitu tingkah laku yang mengandung penghayatan suatu emosi atau perasaan tertentu.

Karakteristik Afektif

1. Receiving or Attending (Menerima atau Memerhatikan)
Receiving atau attending bisa dinilai dari kepekaan seseorang ketika menerima sebuah rangsangan. Namun, di dalam dunia pendidikan, receiving atau attending ini sering diartikan sebagai kemauan siswa untuk memperhatikan suatu kegiatan atau objek pembelajaran.

Pada tahap ini siswa dibina untuk mau menerima nilai-nilai yang diajarkan, sesuai dengan ketetapan kurikulum dan tanggungjawab pengajar.

2. Responding (Menanggapi)
Responding dalam proses pembelajaran, bisa diartikan sebagai kemampuan untuk mengikutsertakan diri secara aktif dalam kegiatan belajar. Dengan adanya karakteristik ini pula, guru bisa menilai bagaimana siswa menanggapi masukan informasi yang diberikan melalui materi pembelajaran tersebut.

3. Valuing (Menghargai)
Valuing bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menghargai suatu proses yang telah dilakukan. Pada tahap ini siswa dibina agar selain dapat menerima dan menanggapi materi, siswa juga dapat dan mau memberikan sebuah penilaian terhadap konsep maupun materi yang dipelajari.

4. Organization (Mengorganisasikan)
Setelah melakukan kegiatan menilai serta menghargai, siswa diharapkan mampu menemukan perbedaan nilai yang ditemukan. Dari perbedaan nilai yang saling berhubungan, dapat dibentuk dan dikembangkan sebuah nilai baru yang bersifat universal. Kemampuan pengembangan nilai inilah yang dinamakan organization.

5. Characterization by evalue or calue complex (karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai)
Characterization merupakan tingkatan tertinggi dari jenjang penilaian aspek afektif. Dalam tahap ini terjadi keterpaduan dari semua sistem nilai yang dimiliki oleh seorang siswa. Keterpaduan inilah yang kemudian mampu mempengaruhi dan membentuk pola kepribadian, tingkah laku, dan tindakan yang akan dilakukan siswa.

Penilaian Afektif

Penilaian merupakan metode terukur yang digunakan untuk memberikan nilai akhir pada seseorang. Selama ini, kegiatan penilaian hanya fokus di ranah kognitif. Akibatnya, banyak peserta didik yang lulus sekolah dengan predikat memuaskan namun minim akhlak yang baik.

Mengingat penilaian afektif fokus pada sikap dan nilai, maka penilaian ini tidak bisa dilakukan hanya dari tes. Penilaian bisa berjalan secara efektif melalui non-tes. Adapun penilaian non-tes bisa dilakukan dengan cara berikut di antaranya,
1. Observasi
Kegiatan observasi bisa Anda lakukan pada saat kegiatan pembelajaran di kelas.  Untuk menguatkan hasil observasinya, Anda bisa membuat lembar observasi, baik secara terbuka maupun tertutup.

2. Jurnal
Jurnal merupakan salah satu bentuk penilaian yang cukup efektif karena bisa mencatat sikap dan perilaku peserta didik dalam waktu satu semester. Catatan perilaku yang dituliskan bisa berupa catatan baik maupun buruk.

3. Penilaian antarteman
Penilaian satu ini membutuhkan objektivitas tinggi. Artinya, pendapat setiap teman harus benar-benar objektif. Penilaian dilakukan menggunakan lembar penilaian yang di dalamnya memuat butir-butir pernyataan sikap positif.

4. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan penilaian internal dari diri peserta didik masing-masing. Penilaian bisa dilakukan dengan mendeskripsikan kelebihan maupun kekurangan dirinya serta menyebutkan kesuksesan apa saja yang sudah ia raih.

Afektif dalam Pembelajaran

Selain menilai ranah kognitif, rekan sosial79.com juga bisa menilai ranah afektif secara bersamaan. Adapun contoh afektif dalam pembelajaran di antaranya,
1. Menugaskan peserta didik untuk membentuk kelompok diskusi, lalu Anda memantau jalannya diskusi setiap kelompok. Dari kegiatan tersebut Anda bisa menilai sikap dan perilaku setiap anggota kelompok saat berinteraksi dengan orang lain.
2. Mengadakan sesi presentasi di depan kelas, lalu sesi tersebut diakhiri dengan tanya jawab. Dari kegiatan ini, rekan sosial79.com bisa menilai cara peserta didik dalam bertutur kata, baik dengan teman maupun guru.
3.  Mengadakan program menghias kelas. Dari kegiatan ini, Anda bisa menilai seberapa tanggung jawab para peserta didik terhadap kebersihan kelas.
4. Mengadakan ujian tulis sebagai acuan penilaian kognitif serta menguji seberapa jujur peserta didik dalam mengerjakannya.
5. Memberikan penugasan berbentuk kliping, lalu memberikan catatan khusus bagi peserta didik yang tidak bisa mengumpulkan tepat waktu.

Tidak hanya lima contoh di atas, melainkan masih banyak kegiatan pembelajaran yang mendukung ranah afektif di kelas.

Manfaaat Pengembangan Ranah Afektif

Tujuan dan manfaat utama dari pengembangan ranah afektif di antaranya,
1. Untuk mengembangkan kemampuan interpersonal yang telah dimiliki oleh seseorang
2. Peserta didik diharapkan dapat tumbuh menjadi pribadi yang memiliki pandang yang positif atas segala hal yang terjadi di lingkungan.
3. Ranah afektif ini dapat terlihat manfaatnya harus dengan bantuan seorang guru, peran guru memiliki fungsi yang penting.
4. Seorang guru harus dapat menumbuhkan minat siswa baik internal maupun eksternal, sikap positif pada mata pelajaran, memiliki konsep diri yang benar dan mengembangkan nilai-nilai moral sebagai penuntun perilaku.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment