Work Life Balance: Pengertian, Aspek, Dimensi, Manfaat, Faktor, Strategi, dan Cara Mewujudkannya

Pengertian Work Life Balance atau WLB
Work Life Balance (WLB)
Pengertian Work Life Balance
Work life balance (WLB) adalah kemampuan seseorang dalam menyeimbangkan tanggung jawab dalam pekerjaan dan hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini menggambarkan kehidupan yang seimbang antara pekerjaan dengan kehidupan personal.

Work life balance mempunyai konten yang baik dalam pekerjaan dan juga di luar pekerjaan. Individu dapat menyeimbangkan perannya dengan baik, meskipun individu tersebut mempunyai tuntutan tugas dan tanggung jawab dalam  dua peran baik dalam organisasi maupun di luar organisasi.

Umumnya work life balance berkaitan dengan waktu kerja, fleksibilitas, kesejahteraan, keluarga, demografi, migrasi, waktu luang dan lain sebagainya. Work life balance merupakan hal yang esensial karena tidak tercapainya work life balance berakibat pada rendahnya kepuasan kerja, rendahnya kebahagiaan, work life conflict dan burnout pada seseorang.

Work Life Balance Menurut Para Ahli
1. Parkes dan Langford, work life balance sebagai individu yang mampu berkomitmen dalam pekerjaan, keluarga serta bertanggung jawab baik dalam kegiatan non-pekerjaan. Maka hal ini dibutuhkan adanya keseimbangan, banyak karyawan yang kesulitan dalam mengatur baik dalam bekerja maupun dalam kesehatannya sendiri.
2. Schermerhorn (2005), keseimbangan kehidupan kerja merupakan kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi dan keluarganya.

Aspek Work Life Balance
Work life balance mempunyai beberapa aspek (Hudson: 2005) di antaranya,
1. Time balance (keseimbangan waktu)
Hal ini menyangkut jumlah waktu yang diberikan untuk bekerja serta peran di luar pekerjaan. Proporsi waktu yang diluangkan untuk pekerjaan dan hal- hal di luar pekerjaan tentunya sangat menentukan dalam upaya tercapainya work life balance. Waktu untuk kesenangan pribadi, keluarga ataupun orang-orang di sekitar kita.

Misalnya, seorang karyawan di samping bekerja juga membutuhkan waktu untuk rekreasi, berkumpul bersama teman serta menyediakan waktu untuk keluarga.

2. Involvement balance (keseimbangan keterlibatan)
Keseimbangan keterlibatan mengarah pada komitmen atas keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Bentuk dari kegiatan itu sendiri tidak hanya diartikan sebuah acara atau event saja, tapi juga kegiatan seperti seni, olahraga maupun kegiatan bersama keluarga.

3. Satisfaction balance (keseimbangan kepuasan)
Tentang tingkat kepuasan dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Kepuasan yang dirasakan, bahwa individu mempunyai kenyamanan dalam keterlibatan di dalam pekerjaannya maupun dalam kehidupan diri individu tersebut.

Selain itu, terdapat beberapa aspek work life balance lain di antaranya,
1. Waktu. Perbandingan antara waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan waktu yang digunakan untuk aktivitas lain.
2. Perilaku. Perbandingan antara perilaku individu dalam bekerja serta aspek kehidupan yang lain.
3. Ketegangan. Ketegangan yang dialami baik dalam pekerjaan maupun aspek kehidupan yang lain dapat menimbulkan konflik peran dalam diri individu.
4. Energi. Perbandingan antara energi yang digunakan individu untuk menyelesaikan pekerjaannya serta energi yang digunakan dalam aspek kehidupan selain karier.

Dimensi Pembentuk Work Life Balance
Work life balance menurut Fisher dkk (2009) mempunyai 4 dimensi pembentuk di antaranya,
1. WIPL/Work Interference With Personal Life
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat mengganggu kehidupan pribadi individu. Contohnya bekerja dapat membuat seseorang sulit mengatur waktu untuk kehidupan pribadinya.
2. PLIW/Personal Life Interference With Work.
Dimensi ini tentang sejauh mana kehidupan pribadi individu mengganggu kehidupan pekerjaannya. Contohnya, apabila individu mempunyai masalah di dalam kehidupan pribadinya hal ini dapat mengganggu kinerja individu saat bekerja.
3. PLEW/Personal Life Enchancement Of Work
Tentang sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat meningkatkan performa individu dalam dunia kerja. Contoh, apabila individu merasa senang dikarenakan kehidupan pribadinya menyenangkan maka hal ini dapat membuat suasana hati individu saat bekerja menjadi menyenangkan.
4. WEPL/Work Enchancement Of Personal Life
Dimensi yang mengacu sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi individu. Seperti, keterampilan yang diperoleh individu saat bekerja. Memungkinkan individu untuk memanfaatkan keterampilan-keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Manfaat Work Life Balance
Dengan tercapainya work-life balance, Anda dapat lebih produktif dan mengeksplorasi hobi atau kemampuan di luar pekerjaan. Ini akan membuat Anda lebih bahagia dalam menjalani pekerjaan.

Menurut Forbes, bagi generasi milenial work-life balance berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi gaya hidup melalui pekerjaan yang dilakukan. Bagi generasi milenial, pemenuhan gaya hidup mempengaruhi tingkat kebahagiaan mereka.

Selain itu, mencapai work-life balance sendiri memiliki manfaat lain di antaranya,
1. Terhindar dari berbagai penyakit
Tentu ini berkaitan dengan meningkatnya kebahagiaan kala mencapai kondisi work-life balance. Kebahagiaan akan membuat seseorang lebih berpikir positif dan optimis, sehingga meningkatkan imun tubuh yang dapat melindungi berbagai penyakit.

Bahkan, tercapainya keseimbangan ini juga dapat menghindarkan seseorang dari penyakit mental. Karena seseorang dapat lebih berdedikasi dan tidak merasa tertekan kala melakukan pekerjaan, serta dapat terpenuhi kebutuhan pribadinya.

2. Meningkatkan performa
Dengan kondisi fisik dan mental yang baik, seseorang dapat lebih mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Bahkan, dengan hal tersebut dapat muncul inovasi-inovasi baru yang bisa membantu kinerjanya dan kinerja perusahaan.

3. Lebih fokus dalam bekerja
Sejalan dengan poin sebelumnya, dengan memiliki energi lebih untuk bekerja seseorang dapat menjadi lebih fokus.  Ia tak perlu khawatir atau memikirkan berlebihan mengenai kondisi keluarganya.

4. Mengurangi jenuh dan stres
Selanjutnya, mencapai work-life balance akan mengurangi perasaan jenuh dan stres terhadap pekerjaan. Seseorang akan dapat lebih leluasa mengerjakan pekerjaannya karena memiliki energi positif yang cukup akibat terpenuhinya kebutuhan pribadi, dan keluarga.

Faktor yang Memengaruhi Work Life Balance
Dari The Handbook of Work and Health Psychology karya Marc J. Schabracq, Jacques A.M. Winnubst, dan Cary L. Cooper, faktor yang mempengaruhi work-life balance seseorang di antaranya,
1. Karakteristik kepribadian
Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan kerja dan di luar kerja. Individu yang sedari kecil sudah memiliki kehidupan yang baik, cenderung memiliki work-life balance dengan mudah.

2. Karakteristik keluarga
Hal ini menjadi salah satu aspek penting yang dapat menentukan ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Misalnya, konflik peran dan ambiguitas peran dalam keluarga dapat mempengaruhi work-life balance.

3. Karakteristik pekerjaan
Karakteristik ini meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja dapat memicu adanya konflik. Hal ini berlaku baik untuk konflik dalam pekerjaan maupun konflik dalam kehidupan pribadi.

4. Sikap
Maksud dari hal ini adalah bagaimana setiap individu melakukan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial. Sikap dari masing-masing individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi work-life balance.

Strategi Menciptakan Work-life Balance
Menurut Singh dan Khanna (2011), terdapat sepuluh strategi perusahaan untuk menciptakan Work-life Balance bagi karyawan di antaranya,
1. Jam kerja yang fleksibel, menyediakan penyusunan waktu yang fleksibel dan dapat dikonsultasikan untuk seluruh karyawan.
2. Kerja paruh waktu, menyediakan lebih banyak kerja paruh waktu dengan jam atau shift yang lebih sedikit atau penyusunan pembagian kerja untuk seluruh karyawan.
3. Jam kerja yang masuk akal, mengurangi lama waktu kerja yang berlebihan.
4. Akses untuk penanganan anak, meningkatkan akses untuk penanganan anak dengan fasilitas penanganan anak di kantor bagi yang membutuhkan fasilitas tersebut.
5. Penyusunan pekerjaan yang fleksibel, menyediakan fleksibilitas yang lebih baik dalam penyusunan pekerjaan untuk menyesuaikan kondisi personal karyawan, termasuk menyediakan waktu penuh untuk anggota keluarga.
6. Cuti harian, mengizinkan karyawan untuk meminta dan mengambil cuti dalam waktu harian.
7. Mobilitas pekerjaan, menyediakan mobilitas yang lebih baik untuk karyawan dapat berpindah dari rumah sakit, tempat kerja dan layanan kesehatan untuk menemukan penyusunan pekerjaan yang lebih sesuai.
8. Keamanan dan kesejahteraan, meningkatkan keamanan, kesejahteraan dan rasa hormat untuk seluruh karyawan di tempat kerja.
9. Akses telepon, memastikan seluruh karyawan dapat menerima telepon atau pesan mendesak dari keluarga mereka di tempat kerja, dan mendapat akses telepon untuk tetap dapat menghubungi keluarga mereka selama jam kerja.

Selain itu terdapat lima strategi dalam membentuk work life balance menurut Fisher (2006) di antaranya,
1. Alternating. Strategi yang dilakukan oleh seseorang dengan menyusun kegiatan alternatif, seperti melakukan relaksasi di tengah-tengah pekerjaan yang padat.
2. Outsourcing. Strategi yang dilakukan oleh seseorang dapat mewakili beberapa pekerjaan yang bersifat sampingan atau menjadi prioritas kedua tetapi tidak lupa dengan pekerjaan wajibnya.
3. Bundling. Strategi yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas secara bersamaan, sebagai contoh menemani anak belajar sambil mengerjakan tugas-tugas kantor.
4. Tecflexing. Strategi yang dilakukan oleh seseorang dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menyelesaikan pekerjaan sehingga waktu yang digunakan dapat lebih fleksibel
5. Simplifying. Strategi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengurangi beberapa pekerjaan yang kira-kira kurang diperlukan, serta didasari pada kebutuhan, nilai ekonomi, dan keuntungan yang akan diperoleh individu

Cara Mewujudkan Work-Life Balance
Selain dapat meningkatkan performa kerja, work-life balance juga bisa menjauhkan pekerja dari berbagai risiko penyakit berbahaya. Meskipun begitu, mewujudkan work-life balance bukanlah perkara yang mudah. Bahkan, kebanyakan pekerja masih belum tahu cara untuk mendapatkan hal tersebut.

Buktinya, hingga saat ini, hampir 94% pekerja di seluruh dunia menghabiskan kurang lebih 50 jam untuk bekerja setiap minggunya, sesuai ujaran Gore Remotely. Untuk mendapatkan work-life balance, berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan di antaranya,
1. Kerja cerdas dan produktif
Bekerja cerdas pada dasarnya adalah untuk mencari tahu apa kekuatan dan kelemahan Anda. Anda juga harus membangun network di sekitar dan membangunnya guna mencapai tujuan kerja secepat dan seefisien mungkin.

Dengan bekerja cerdas, Anda bisa lebih produktif dan meningkatkan kehidupan personal yang seringkali ditinggalkan.

2. Kurangi sikap perfeksionis
Berikutnya, menurut Mental Health, mengurangi sikap perfeksionis adalah cara yang baik untuk mewujudkan work-life balance. Sejatinya, menjadi perfeksionis tidak selamanya salah. Sebab, sifat tersebut bisa membuat kualitas kerjamu menjadi mumpuni.

Namun, jika kebiasaan ini terlalu sering dibiarkan, sikap perfeksionis bisa mengganggu kehidupan Anda di luar pekerjaan. Dalam arti, Anda bisa kehilangan waktu istirahat dan q-time bersama keluarga karena terlalu fokus dan pekerjaan.

3. Rajin olahraga
Biasanya, ketika sedang sibuk, kita selalu meluangkan waktu untuk hal-hal penting dalam hidup, seperti makan dan istirahat. Namun, olahraga yang merupakan salah satu kebutuhan terpenting kita seringkali menjadi hal pertama yang  dilupakan saat sibuk.

Padahal, sejatinya, olahraga adalah pereda stres yang efektif. Kegiatan tersebut mampu memompa endorfin ke seluruh tubuh kita. Olahraga juga dapat mengangkat suasana hati. Bahkan, ia juga bisa menjadi cara yang jitu bagi Anda yang sedang jenuh di tempat kerja.

4. Rapikan meja kerja
Selanjutnya, untuk mewujudkan work-life balance, hal yang bisa lakukan adalah merapikan meja kerja. Sejatinya, kebersihan di tempat kerja bisa memengaruhi work-life balance yang dimiliki pekerja. Sebab, lingkungan kerja yang rapi secara tidak langsung bisa meningkatkan mood dan kesejahteraan karyawan.

Tak hanya itu, kebersihan juga dapat mendorong motivasi dan meningkatkan semangat kerja karyawan, sehingga mereka mudah kelelahan saat di tempat kerja.

5. Tingkatkan hubungan dengan orang-orang terdekat
Terakhir, untuk mewujudkan work-life balance, kamu bisa mulai meningkatkan hubungan dengan orang-orang terdekat. Meningkatkan hubungan orang-orang terdekat Anda cukup penting. Sebab, interaksi yang positif dengan mereka dapat meningkatkan mood dan semangat kerja Anda.

Hubungan yang baik ini bukan hanya dengan keluarga. Akan tetapi, dengan rekan kerja juga. Maka dari itu, sisihkanlah waktu untuk berinteraksi dengan mereka. Jika memungkinkan, luangkan waktu bersama di luar jam kerja.

Indikator Pencapaian Work-Life Balance
1. Terpenuhinya urusan pekerjaan, keluarga, dan pribadi
Salah satu indikator bahwa Anda telah mencapainya adalah dapat memenuhi berbagai urusan baik pekerjaan, keluarga, atau pribadi tanpa harus mengorbankan berlebih salah satunya. Terpenuhi ini maksudnya Anda memiliki waktu, tenaga, serta uang yang cukup untuk ketiga hal tersebut.

2. Memiliki tidur yang cukup
Dengan memiliki waktu yang seimbang terhadap berbagai urusan, tentu akan berpengaruh terhadap pola tidur Anda. Anda tak perlu memikirkan berlebih mengenai suatu urusan yang mengganggu waktu tidur Anda.

3. Memiliki aktivitas lain
Mencapai work-life balance artinya Anda masih memiliki waktu, tenaga, dan finansial untuk menjalankan aktivitas lain seperti bergabung ke komunitas, jalan-jalan, dan sebagainya. Anda bahkan bisa menjalankan hobi tanpa terganggu urusan lain.

4. Memiliki hubungan personal dengan orang lain
Jika seseorang belum mencapai work-life balance, ia akan sulit untuk menjalin hubungan personal dengan orang lain.  Hal ini karena ia merasa masih ada hal lain yang lebih prioritas untuk dipenuhi.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Work Life Balance: Pengertian, Aspek, Dimensi, Manfaat, Faktor, Strategi, dan Cara Mewujudkannya"