Toxic Positivity: Pengertian, Ciri, Dampak, Contoh, dan Cara Menghindarinya

Pengertian Toxic Positivity
Toxic Positivity
Pengertian Toxic Positivity
Toxic Positivity adalah suasana atau kondisi yang memaksakan selalu berprasangka positif hingga menekan emosi negatif. Jika seseorang menjadi terlalu positif sehingga menekan habis-habisan emosi buruk yang keluar, justru dapat menyebabkan stres berlebihan dan membuat orang tersebut tidak bisa rileks.

Toxic positivity terdiri dari dua kata yang berkebalikan, yaitu toxic yang berarti racun dan positivity berarti kebaikan. Toxic positivity dapat berupa perilaku yang mendorong seseorang untuk berusaha keras berbuat dan berpikir positif, tanpa melihat seberapa sulit atau buruknya kondisi orang tersebut.

Perlu diingat bahwa setiap orang tentunya memiliki sikap yang bermacam-macam ketika menghadapi suatu masalah. Karena, masing-masing orang memiliki mental dan emosi berbeda-beda. Ketika seseorang sedang mengalami suatu masalah, biasanya mereka cenderung ingin dimengerti.

Sebagai makhluk hidup yang memiliki emosi, mengutarakan sebuah emosi negatif bukanlah hal yang buruk. Ada kalanya manusia perlu mengeluarkan rasa marah, sedih, khawatir, kecewa bahkan frustrasi supaya batin tidak selalu tertekan.

Ingatlah bahwa tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja. Tidak perlu menyangkal kesedihan dan berpura-pura selalu bahagia. Kehidupan yang dijalani setiap orang memiliki warna-warninya tersendiri. Ada kalanya kita bisa merasa bahagia dan puas, ada kalanya juga kita bisa merasa sedih dan kecewa.

Ciri Toxic Positivity
Biasanya, kondisi yang memperlihatkan seseorang toxic positivity adalah ketika memberikan motivasi atau masukan kepada orang lain, tetapi justru akan menyinggung perasaan orang tersebut. Berikut beberapa ciri sifat toxic positivity di antaranya,
1. Memberikan Motivasi yang Justru Menghakimi
Apakah Anda pernah cerita mengenai suatu masalah kepada teman? Namun, justru Anda merasa seperti dihakimi seakan penyebab dari masalah tersebut adalah kesalahan diri sendiri. 

Demikian, ciri pertama toxic positivity adalah memberikan motivasi yang seharusnya bisa membantu mencarikan solusi masalah Anda. Tetapi, justru membuat Anda merasa dihakimi dan bersalah.

2. Tidak Jujur pada Diri Sendiri
Toxic positivity adalah sifat yang menunjukkan respons positif yang tidak rasional. Toxic positivity menjadikan seseorang bersikap tidak jujur pada dirinya sendiri dan hanya menampilkan sikap positif tapi palsu.

Hal tersebut dapat terjadi di dalam lingkungan pertemanan, pekerjaan, bahkan keluarga. Saat seseorang diminta untuk selalu melihat suatu masalah hanya dari sisi positifnya saja, hal tersebut tidaklah selamanya benar. Perlu diketahui, bahwa suatu masalah penting untuk dikenali agar dapat menemukan solusinya.

3. Membuat Seseorang Berjauhan
Seberapa dekat Anda dengan seseorang dapat terjalin bila masing-masing selalu menerima kondisi dengan apa adanya. Ketika Anda ingin meluapkan masalah, biasanya Anda menceritakan kepada seseorang yang benar-benar dapat dipercaya dan menerima Anda di saat kondisi apa pun.

Jika seseorang yang Anda percayai tersebut selalu mendorong Anda untuk bersikap positif, hal itu justru membuat diri kita tidak nyaman. Maka dari itu, sikap toxic positivity adalah salah satu penyebab dari renggangnya hubungan seseorang.

4. Sulit Mengontrol Emosi
Selanjutnya, ciri-ciri orang yang toxic positivity adalah sulit mengontrol emosi. Bersikap tertutup pada diri sendiri akan menjadikan orang tersebut sulit untuk mengungkapkan emosinya. Sehingga, jiwa dan perasaannya pun selalu tidak tenang.

5. Suka Membandingkan dengan Orang Lain
Ciri terakhir dari toxic positivity adalah seseorang yang tanpa sadar seringkali membandingkan lawan bicaranya dengan orang lain agar terlihat lebih baik. Padahal, kondisi tersebut merupakan tindakan tidak tepat ketika sedang memotivasi orang lain. Karena, hal itu akan membuat orang yang menceritakan masalahnya merasa rendah dan menyedihkan.

Dampak Toxic Positivity
Tanpa disadari hal-hal sederhana yang biasanya kita ucapkan serta ekspektasi-ekspektasi berlebihan dapat memicu dampak buruk bagi kesehatan mental dan jiwa.
1. Memicu Stres
Toxic positivity membuat seseorang cenderung memikirkan banyak hal demi menekan emosi negatif yang ada. Dia akan menjadi overthinking karena kumpulan hal-hal yang ada di kepalanya. Hal ini dapat memicu stres yang berlebihan pada orang tersebut.

Stres yang berlebihan dapat berakibat paling buruk pada kesehatan mental. Beberapa orang bahkan mengalami perubahan fisik seperti berat badan menurun hingga sakit jika mengalami stres berlebihan.

2. Anxiety
Kecenderungan ingin terlihat selalu positif, berusaha tampil baik yang berlebihan akan membuat seseorang yang memiliki toxic positivity cenderung lebih gelisah dan was-was. Di dalam pikirannya akan selalu muncul ketakutan kalau saja dia tidak menampilkan yang terbaik, kalau saja dia melakukan kesalahan hingga mengeluarkan emosinya.

Hal-hal seperti itu pun pada umumnya tidak akan berani dia ceritakan sebab akan merusak image yang sudah mati-matian dibangunnya. Dia mungkin akan sangat tidak tenang sehingga membuat perasaan gelisah terus bersarang di dalam jiwanya.

3. Mengalami Gangguan Kesehatan Mental
Jika seseorang dengan pikiran penuh, selalu gelisah setiap saat tentu akan sangat mudah untuk mengalami stres hingga merusak kesehatan mental. Sebab hal tersebut merupakan racun yang bersarang di dalam pikiran dan hati yang akan sangat merugikan diri sendiri serta orang lain.

4. Merasa Paling Benar
Sebagian orang yang memiliki kecenderungan toxic positivity mereka ingin dianggap menjadi sosok paling positif dalam lingkungannya. Hal ini membuat orang tersebut menutup mata terhadap kenyataan-kenyataan yang sebenarnya. Dia akan selalu mencari pembenaran bahwa apa yang dia lakukan adalah hal benar.

Sehingga tidak jarang timbul perasaan di dalam hatinya yang menganggap masalah orang lain adalah hal sepele. Menganggap bahwa orang lain lebih lemah dan tidak mampu dibandingkan dirinya.

5. Sulit untuk Bersosialisasi
Memiliki sifat toxic positivity terkadang membuat orang tersebut tidak bisa jujur dengan diri sendiri bahkan orang lain. Padahal adakalanya sebuah masalah lebih baik diceritakan dengan seseorang supaya mendapatkan solusi.

Namun, dengan adanya sifat toxic ini seseorang menjadi tidak berani jujur bahwa dia sedang memiliki masalah. Hal tersebut jika terus menerus terjadi juga dapat membuat orang lain menjadi sulit bersosialisasi dengan dirinya.

Sehingga tidak jarang orang dengan kecenderungan toxic positivity jarang bergaul. Atau sekalipun dia bergaul kemungkinan besar emosi-emosi yang dikeluarkan adalah kebahagiaan palsu yang hanya semakin menekan diri sendiri.

Contoh Toxic Positivity
1. Mengatakan pada seseorang yang baru saja terkena bencana bahwa segala sesuatu terjadi karena alasan tertentu
2. Mendesak seseorang untuk selalu berpikir positif akan suatu kehilangan
3. Meminta seseorang cepat-cepat melupakan kesedihan dan fokus pada hal-hal baik di hidup saja
4. Mendesak seseorang untuk berkembang tanpa peduli dengan kesulitan apa yang mungkin mereka sedang hadapi.
5. Menyepelekan kekhawatiran seseorang dengan mengatakan, "Oh, itu masih tidak seberapa."

Cara Menghindari Toxic Positivity
Agar terhindar dari toxic positivity dan dampak buruknya, serta tidak menjadi sumber toxic positivity bagi orang lain, Anda bisa mencoba beberapa cara berikut di antaranya,
1. Rasakan dan kelola emosi negatif
Emosi negatif yang sedang dirasakan bukanlah hal yang perlu disimpan atau disangkal. Perasaan dan emosi, baik yang negatif maupun positif, merupakan hal yang normal dirasakan oleh seseorang.

Untuk itu, Anda boleh meluapkan atau mengungkapkan perasaan Anda agar tidak menjadi toxic positivity. Cobalah bercerita dan ungkapkan keluh kesah pada seseorang yang Anda percaya dan bisa memahami perasaan Anda. Bila Anda merasa tidak nyaman, Anda bisa menuliskannya dalam buku harian.

2. Coba berusaha untuk memahami, bukan menghakimi
Perasaan negatif yang Anda atau orang lain rasakan bisa muncul karena berbagai pencetus, mulai dari stres karena pekerjaan, masalah keluarga atau finansial, hingga gejala gangguan mental tertentu, seperti gangguan mood.

Oleh karena itu, cobalah untuk memahami perasaan tersebut dan temukan cara yang tepat untuk melepaskannya.

Jika hal ini terjadi pada teman Anda, biarkan ia meluapkan emosi yang sedang dirasakan. Setiap orang tentu tidak mau dihakimi, apalagi hanya semata-mata karena ia jujur dengan perasaannya sendiri. Karena itu, daripada memberi komentar yang terkesan judgemental, cobalah untuk berempati.

3. Hindari membanding-bandingkan masalah
Setiap orang memiliki tantangan dan masalahnya masing-masing. Apa yang Anda anggap mudah dan sulit itu tentunya berbeda dengan orang lain. Bisa saja Anda merasa hal tersebut mudah padahal bagi orang lain itu sangat sulit, begitu pun sebaliknya.

Maka dari itu, tidak adil rasanya jika Anda membandingkan masalah yang Anda alami dengan masalah orang lain. Alih-alih membandingkan diri sendiri dengan orang lain, lebih baik berusaha memahami dan menghibur diri agar kondisi dan perasaan Anda kembali pulih.

4. Mengurangi penggunaan media sosial
Karena media sosial dapat memicu atau memperparah toxic positivity, alangkah baiknya Anda coba kurangi penggunaannya. Kelola juga akun sosial media Anda, singkirkan orang-orang yang selalu membuat postingan kurang bermanfaat atau dapat memprovokasi emosi Anda.

Daripada menghabiskan waktu untuk scrolling media sosial, lebih baik buatlah diri Anda produktif dengan cara menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda, mengasah kemampuan, melakukan me time, atau aktivitas lain yang membuat Anda merasa bahagia.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Toxic Positivity: Pengertian, Ciri, Dampak, Contoh, dan Cara Menghindarinya"