Gangguan Bahasa Ekspresif: Pengertian, Ciri, dan Cara Menanganinya

Pengertian Gangguan Bahasa Ekspresif
Gangguan Bahasa Ekspresif
Pengertian Gangguan Bahasa Ekspresif
Gangguan Bahasa Ekspresif adalah kesulitan anak untuk mengekspresikan atau mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhan melalui komunikasi verbal atau nonverbal. Anak yang mengalami kesulitan mengomunikasikan keinginan dan kebutuhan mereka kemungkinan mengalami gangguan bahasa ekspresif.

Anak-anak dengan gangguan ekspresif akan merasa sulit untuk memberi nama objek, bercerita, atau membuat gerakan untuk mengkomunikasikan suatu benda. Gangguan ini dapat dikenali dengan kesulitan menjawab pertanyaan serta dapat menyebabkan penggunaan tata bahasa yang tidak tepat saat berkomunikasi.

Hal tersebut tidak berhubungan dengan masalah pendengaran. Kelainan berbahasa, yang lebih dikenal dengan gangguan berbahasa ekspresif merupakan hal yang umum  terjadi di kalangan anak kecil. Gangguan ini timbul pada 10-15 persen anak yang berada di bawah usia 3 tahun.

Pada usia 4 tahun, kemampuan berbahasa pada umumnya lebih stabil dan bisa dilihat dengan lebih akurat untuk menentukan apakah masih ada kekurangannya.

Ciri Gangguan Bahasa Ekspresif
Anak-anak yang kesulitan mengekspresikan bahasa biasanya:
1. Sulit bertanya
2. Sulit memberi nama objek
3. Jarang menggunakan bahasa tubuh atau gerakan ekspresi
4. Jarang menggunakan ekspresi wajah
5. Jarang berkomentar
6. Penggunaan kosa kata yang sedikit
7. Penggunaan aturan tata bahasa yang kurang baik
8. Penggunaan kata atau kalimat yang tidak memiliki makna jelas

Cara Menangani Gangguan Bahasa Ekspresif
Kelainan berbahasa merupakan masalah belajar yang serius, namun sangat mungkin untuk diatasi khususnya jika dimulai sejak awal. Cara mengatasi gangguan bahasa ekspresif di rumah di antaranya,
1. Memastikan anak mengerti
Seseorang yang mengalami kesulitan untuk menemukan kata-kata yang ingin diucapkan atau kesulitan membentuk kalimat terstruktur, sering kali juga mengalami kesulitan untuk mengerti kosa kata dan juga tata bahasa.

Jika berkomunikasi dengan orang yang mengalami gangguan bahasa ekspresif, pastikan bahwa Anda mengerti apakah ia mengerti mengenai isi pembicaraan yang disampaikan. Memastikan anak paham pembicaraan orang lain juga merupakan cara mengatasi gangguan perkembangan bahasa pada anak.

2. Berikan waktu
Semua orang terkadang bisa merasa tertekan jika dipaksa untuk mengatakan sesuatu secepatnya, dan memerlukan waktu untuk memproses apa yang hendak mereka katakan. Kegugupan atau tekanan justru akan membuat anak membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk merumuskan ucapannya.

Berikan waktu kepada anak untuk memikirkan apa yang ingin dia sampaikan jika memungkinkan, agar ia tahu bahwa tidak ada keharusan untuk terburu-buru. Tunjukkan bahwa Anda memberinya waktu dengan ucapan Anda atau gerak-gerik tubuh Anda.

3. Ajukan komentar dan bukannya pertanyaan
Anda mungkin ingin memancing atau mendorong sang anak untuk berbicara dengan mengajukan berbagai pertanyaan kepadanya. Dalam satu sisi hal tersebut bisa berpengaruh, namun jika pertanyaan Anda terlalu banyak maka bisa saja akan terasa seperti suatu interogasi yang membuatnya tidak nyaman dan merasa ditekan untuk berbicara, akibatnya anak justru akan tutup mulut.

Seringkali cara yang paling baik justru hanya memberi komentar mengenai apa yang sedang ia lakukan atau apa yang sedang terjadi. Misalnya, ketika anak sedang bermain, Anda bisa memberi komentar sederhana tentang mainannya.

Dengan demikian Anda justru akan memberi anak tambahan kosa kata dan frasa yang mungkin saja ingin mereka lakukan dalam cara yang jauh lebih tidak memberi tekanan kepada anak.

4. Beri contoh
Perkembangan bahasa anak usia dini akan berkembang apabila ia mendapatkan contoh yang benar. Tunjukkan kepada anak bagaimana cara untuk mengatakan berbagai hal bukan dengan cara mengoreksi ketika mereka salah, namun dengan mengulangi apa  yang mereka katakan dengan kata yang benar sehingga anak dapat mendengar contoh yang bagus.

Ulangi apa yang anak katakan dengan susunan kalimat atau kata-kata yang benar dari mulut Anda sendiri, tidak perlu mengatakan kepada anak jika ia salah mengucapkan sesuatu.

5. Tambahkan beberapa kata
Ketika Anda sedang mengulangi suatu kata atau kalimat kepada anak, tambahkan satu atau dua kata kepada kalimat  yang tadinya mereka ucapkan. Tujuannya untuk menunjukkan kepada anak bahwa ada pilihan yang lebih banyak atau struktur kalimat yang lebih lengkap daripada yang biasa mereka katakan.

Misalnya, jika anak mengatakan “Duduk di kursi” maka Anda bisa menambahkan kepada anak seperti, “iya, adik sedang duduk di kursi.”

6. Berikan pilihan
Seorang anak dengan kesulitan bahasa ekspresif seringkali mengerti apa yang harus dia jawab ketika diberi pertanyaan, namun ia tidak tahu bagaimana mengatakannya karena tidak dapat memikirkan kata-kata yang diperlukan.

Berilah mereka pilihan kata-kata atau petunjuk untuk membimbing mereka ke kosa kata yang ingin diucapkan dan juga untuk membentuk kecerdasan linguistik mereka. Misalnya, tanyakan apakah mereka lebih suka warna biru atau merah daripada menanyakan warna favorit mereka.

7. Gunakan cara lain untuk berkomunikasi
Cara mengatasi gangguan bahasa ekspresif juga dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi selain berbicara atau selain menggunakan kata-kata. Cara lain tersebut bisa juga berupa isyarat, gerak tubuh atau gestur, gambar, buku atau alat lainnya.

Cara apapun yang Anda coba untuk mendorong anak menggunakan kata-kata baru akan lebih efektif jika Anda juga mempraktikkannya sendiri.

8. Gunakan konteks
Bahasa apapun yang perlu dipelajari anak, cara terbaik untuk mempelajarinya adalah dengan konteks. Jika Anda berusaha mengajarkan kalimat bentuk lampau, cara terbaik adalah dengan berbicara mengenai hal-hal yang baru saja terjadi.

Jika Anda berusaha mengajarkan ungkapan, cara terbaik adalah dengan menggunakannya sehari-hari dalam konteks yang sesuai dengan situasi saat itu lalu beri penjelasan mengenai apa artinya. Gunakan kosa kata tertentu yang ingin diajarkan sesering mungkin dalam konteks yang tepat.

Semakin sering anak mendengar kata tertentu dalam suatu konteks, lebih mungkin kata tersebut akan tersimpan di otaknya dan diingat.

9. Belajar sambil bermain
Anda juga dapat melakukan cara mengatasi gangguan bahasa ekspresif pada anak dengan bermain bersama. Bergabunglah dalam kegiatan bermain anak secara rutin, beri contoh kepada anak bagaimana cara menggunakan mainannya, ikuti permainan anak dan bicarakan mengenai apa yang anak lakukan dengan mainannya, apa yang akan Anda lakukan dengan mainannya, dan lain sebagainya.

10. Minimalkan suara-suara gangguan
Gangguan yang berasal dari suara-suara di dalam rumah seperti suara televisi, radio atau musik, hingar-bingar orang berbicara keras juga dapat menyulitkan anak untuk berkonsentrasi mengingat kosa kata yang hendak diucapkannya. Usahakan untuk menghilangkan berbagai kebisingan yang mengganggu proses belajar bicara anak atau yang bisa mengalihkan fokusnya.

11. Berbicara berhadapan
Ketika bicara dengan anak, usahakan untuk menatap matanya dan bicara berhadapan sehingga anak dapat melihat gerak bibir Anda dan meniru kata yang Anda ucapkan. Dengan demikian anak akan lebih mudah meniru bagaimana cara bibir atau mulut orang lain memproduksi suatu kata, dan pada akhirnya anak akan mengetahui bagaimana cara pengucapan kata-kata tersebut dengan tepat.

12. Jangan menyelesaikan ucapan anak
Sebagai orang tua pastinya Anda sering merasa tidak tahan untuk menyelesaikan kalimat anak ketika ia kelihatan kesulitan untuk mengatakan sesuatu dengan lengkap. Namun dorongan tersebut sebaiknya ditahan untuk membantu anak membangun kepercayaan dirinya dan belajar bahwa ia tidak dapat selalu bergantung kepada orang lain untuk berkomunikasi.

Membiarkan anak menyelesaikan kalimatnya sendiri bisa berarti bahwa Anda memberikan dorongan kepada anak untuk mencoba.

Terapi untuk Mengatasi Gangguan Bahasa Ekspresif
Banyak orang tua yang anaknya mengalami gangguan bahasa ekspresif memilih untuk memperbaiki gangguan tersebut dengan cara terapi. Terapi yang bisa dilakukan  untuk cara mengatasi gangguan bahasa ekspresif tersebut di antaranya,
1. Terapi Individu
Terapi ini paling baik digunakan untuk kasus gangguan berbahasa berat yang memerlukan perhatian individual. Anak-anak dengan kondisi yang berhubungan seperti ADHD atau gangguan belajar juga akan mendapatkan manfaat dari terapi ini. Cara ini juga bekerja dengan baik untuk keluarga dengan jadwal yang sibuk sehingga tidak memungkinkan untuk membantu anaknya mengatasi gangguan tersebut di rumah.

2. Terapi Grup
Model terapi ini bisa menjadi yang paling membantu dan merupakan pilihan yang produktif untuk banyak anak usia dini yang mengalami gangguan bahasa. Tidak ada dua anak yang mengalami gangguan bahasa identik, karena itu terapi grup memungkinkan seorang anak untuk memahami hambatan tiap anak lainnya dan bekerja sama dengan anak lain yang memiliki kekuatan dan kelemahan berbeda dalam berbahasa.

Sangat penting agar anak dapat terlibat dan bekerja sama dengan anak seusianya dalam terapi kelompok, sebab berkumpul dalam terapi dengan anak yang lebih muda atau lebih tua dapat merusak kepercayaan diri anak, menyebabkannya mengalami kemunduran atau kontraproduktif.

3. Terapi dalam kelas
Mungkin ada di antara para orang tua yang khawatir bahwa terapi untuk anaknya akan menyita terlalu banyak waktu untuk sekolah atau takut mengalami perundungan karena gangguan berbahasanya. Jika demikian, biasanya ada solusi lainnya seperti mendatangkan terapis ke ruang kelas untuk bekerja sama dengan guru dalam waktu tertentu, namun hal ini bisa terpenuhi apabila sekolah memiliki fasilitas dukungan yang memadai.

Karena guru terapi kemungkinan tidak dapat datang dalam waktu yang intensif, maka metode ini bisa jadi kurang cocok bagi anak yang secara intelektual tidak bermasalah. Oleh karena itu, metode ini lebih cocok jika digunakan oleh anak yang secara intelektual juga memerlukan terapi.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Gangguan Bahasa Ekspresif: Pengertian, Ciri, dan Cara Menanganinya"