Anak Kurang Konsentrasi: Pengertian, Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasinya

Table of Contents
Pengertian Anak Kurang Konsentrasi
Anak Kurang Konsentrasi

Pengertian Anak Kurang Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan perhatian, pikiran dan jiwa dan fisik pada sebuah objek. Sementara Konsentrasi belajar adalah merupakan suatu perilaku dan fokus perhatian untuk dapat memperhatikan dengan baik dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan.

Daya konsentrasi bukanlah sifat bawaan yang dimiliki seseorang, melainkan suatu kemampuan untuk memfokuskan dan menjaga pikiran terhadap suatu hal. Ketika seseorang sedang berkonsentrasi, objek yang difokuskan hanya objek yang menjadi target utama konsentrasi, sehingga informasi yang diperoleh hanyalah informasi yang telah dipilih.

Di Masa usia pertumbuhan, sering kali anak memiliki masalah dalam mengembangkan berbagai kemampuan diri, seperti disiplin, tanggung jawab, juga tentunya konsentrasi. Ketika sedang belajar atau mendengarkan penjelasan guru anak-anak mudah untuk terdistraksi. Mereka sering kali memilih untuk mengalihkan perhatian sejenak dan malah menanggapi hal-hal lainnya.
 
Tentu saja konsentrasi yang kurang membuat anak tidak menyelesaikan tugas-tugasnya dengan maksimal, tertinggal, atau bahkan memakan waktu lebih lama. Sebagai orang tua pasti menginginkan anaknya untuk bisa belajar dengan baik, untuk itu agar bisa belajar dengan baik memang sangat dibutuhkan yang namanya konsentrasi dalam belajar.

Aspek Konsentrasi

Nugroho berpendapat jika konsentrasi punya beberapa aspek pendukung di antaranya,
1. Pemusatan pikiran. Kondisi yang butuh kenyamanan, ketenangan serta perhatian selama proses melakukan sesuatu.
2. Motivasi. Motivasi merupakan keinginan atau dorongan yang muncul dari diri seseorang yang berusaha untuk mengubah tingkah laku supaya bisa lebih baik dari sebelumnya.
3. Rasa khawatir. Rasa khawatir adalah suatu perasaan tidak tenang yang bisa terjadi karena merasa kurang maksimal ketika melakukan suatu pekerjaan.
4. Perasaan tertekan. Perasaan tertekan adalah tuntutan atau dorongan dari orang lain atau bisa berasal dari lingkungan.
5. Gangguan pemikiran. Gangguan pemikiran adalah hambatan yang berasal dari diri sendiri atau dari orang lain. Contohnya masalah ekonomi, masalah keluarga serta masalah pribadi.
6. Gangguan kepanikan. Gangguan kepanikan adalah suatu hambatan berkonsentrasi dalam bentuk rasa was was yang bisa mengganggu hasil dari yang telah dilakukan atau hasil yang akan dilakukan.
7. Kesiapan belajar. Kesiapan belajar merupakan kondisi atau keadaan di mana seseorang sudah siap akan sesuatu sehingga orang tersebut bisa mengembangkan semua potensi yang dimiliki.

Indikator Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar yang dilakukan oleh siswa memiliki beberapa indikator menurut Makmun (2003) di antaranya,
1. Konsentrasi perhatian. Memperhatikan sumber informasi dengan saksama (guru atau buku), fokus pandangan tertuju pada guru atau papan tulis, dan memperhatikan hal yang lain (menengok ke arah teman yang bertanya atau menanggapi jawaban).
2. Sambutan lisan (verbal response). Yaitu bertanya mencari informasi tambahan penguji, pendapat hipotetiknya, menjadi pembicara.
3. Memberikan pernyataan. Seperti menguatkan, menyetujui, menentang dan menyanggah atau membandingkan (dengan alasan, tanpa alasan).
4. Menjawab. Menjawab jawaban hasil diskusi atau jawaban teman sesuai dengan masalah atau menyimpang dari masalah (ragu-ragu).
5. Sambutan psikomotorik. Dengan membuat catatan atau menulis informasi, membuat jawaban atau mengerjakan tugas.

Faktor Penyebab Rendahnya Konsentrasi Belajar

Beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi rendahnya konsentrasi belajar siswa menurut Surya (2009) di antaranya,
1. Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran
Kurangnya minat dan motivasi belajar yang akan menyebabkan siswa mudah terpengaruh pada hal-hal yang lebih menarik perhatian ketika proses belajar berlangsung.

2. Timbulnya perasaan negatif seperti gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci dan dendam.
Perasaan tidak enak yang ditimbulkan oleh adanya konflik dengan pihak lain atau rasa khawatir karena suatu hal sehingga menyita sebagian besar perhatian. Perhatian yang terpecah ini, tentu menyulitkan anak untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Oleh sebab itu, siswa mudah sekali kehilangan konsentrasi saat belajar.

3. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.
Suara hiruk-pikuk kendaraan, suara musik yang keras, suara TV, suara orang yang sedang bertengkar dan lain-lain dapat memecahkan perhatian kita saat ingin berkonsentrasi belajar. Selain itu keadaan ruang kelas atau ruang belajar yang berantakan juga membuat tidak nyaman belajar sehingga menjadi tidak berkonsentrasi.

4. Bersifat pasif dalam belajar
Anak yang tidak dilibatkan secara langsung dalam proses belajar mengajar disebut sebagai bersifat pasif dalam belajar. Bersifat pasif akan membawa anak pada perilaku-perilaku impulsif serta menurunnya konsentrasi karena mereka merasa tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar terebut.

5. Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik
Konsentrasi belajar dibutuhkan pada anak ketika ingin mendapatkan prestasi yang baik, hal ini banyak ditemukan pada anak-anak yang mampu menciptakan cara-cara belajar yang baik dan efektif. Sementara itu, apabila anak tidak mampu menciptakan cara belajar yang efektif, konsentrasi belajar sulit untuk dimunculkan.

6. Gangguan kebugaran jasmani
Ketika anak sedang belajar dalam keadaan tidak bugar jasmani, hal ini akan mengganggu konsentrasinya. Keadaan yang tidak nyaman karena merasa lesu, letih, atau mengantuk akan mengganggu pemusatan perhatian siswa pada pelajaran yang sedang berlangsung.

Ciri Anak Kurang Konsentrasi

Tentunya anak-anak masih lebih fokus terhadap kegiatan bermain daripada harus belajar dalam waktu lama, untuk itu orang tua juga harus paham apa saja yang bisa terlihat dari berbagai ciri-ciri anak yang kurang konsentrasi di antaranya,
1. Tidak sanggup duduk terlalu lama
Saat di sekolah dan menerima pelajaran, umumnya akan-anak akan duduk manis dan mendengarkan apa yang sedang dijelaskan oleh guru, namun pada anak yang sulit konsentrasi, anak tersebut tidak bisa duduk manis terlalu lama, pasti ada saja yang dia lakukan atau hal-hal yang membuatnya tertarik pada sisi lainnya, sehingga di dalam kelasnya pun anak tetap melakukan hal yang seharusnya tidak dia lakukan.

2. Mata yang sulit fokus
Saat berbicara dengan orang lain, pasti pandangan mata kita tertuju pada orang tersebut, nah, untuk anak-anak yang sulit berkonsentrasi umumnya akan sangat sulit bahkan saat diajak bicara tujuan matanya ke mana-mana dan sulit untuk fokus kepada lawan bicaranya.

3. Sulit konsentrasi saat mengerjakan tugas
Anak-anak yang memiliki ciri-ciri sulit untuk berkonsentrasi biasanya akan sulit untuk fokus terhadap hal yang harus dikerjakannya, salah satunya saat dia sedang mengerjakan tugas sekolah, pastilah anak tersebut akan sangat sulit untuk lama berkonsentrasi mengerjakan tugas tersebut, dan malah berusaha mencari hal lain yang menurutnya lebih menarik.

4. Memiliki gejala alergi tertentu
Anda juga bisa melihat pada diri anak Anda, apakah anak tersebut memiliki berbagai gejala alergi misalnya pada penyakit asma, karena untuk anak yang memiliki gejala alergi tersebut memang akan lebih sulit untuk bisa berkonsentrasi dengan normal.

5. Lupa menyimpan barang
Pada anak-anak yang pelupa, misalnya saat dia lupa menaruh barang yang baru saja disimpannya, hal tersebut juga bisa dikatakan bahwa anak tersebut memiliki ciri-ciri yang memang sulit untuk bisa berkonsentrasi, untuk itu sebaiknya Anda lebih memberikan perhatian pada anak Anda yang memiliki ciri-ciri seperti ini.

6. Terlalu kelebihan energi
Bagi anak-anak yang memiliki ciri sulit berkonsentrasi biasanya anak tersebut lebih aktif dibandingkan anak lainnya, sehingga anak tersebut juga terlihat seperti kelebihan energi pada tubuhnya, untuk itu sebagai orang tua sebaiknya mencari cara agar energi anak tersebut tersalurkan dengan baik, namun tidak mengganggu konsentrasi belajarnya.

7. Lebih banyak berkeringat
Karena termasuk anak yang tidak bisa diam atau terlalu aktif, sehingga anak tersebut akan lebih banyak mengeluarkan keringat, anak-anak yang seperti ini juga bisa dikatakan memiliki ciri-ciri untuk sulit berkonsentrasi.

8. Mudah merasa gelisah
Kebanyakan anak-anak yang memiliki ciri sulit untuk berkonsentrasi memang akan lebih mudah merasa gelisah, sehingga anak tersebut akan lebih sulit melakukan hal-hal yang harus dilakukannya, misalnya saat mengerjakan tugas sekolah malah tidak fokus dan selalu merasa tidak nyaman.

9. Sulit mendengarkan saat diajak bicara
Pada anak-anak yang sulit berkonsentrasi, pasti akan sangat sulit jika diajak untuk bicara, bahkan alih perhatiannya pun akan sangat sulit tertuju pada diri kita, untuk itu sebagai orang tua kita harus bisa mencari cara agar anak mau lebih konsentrasi saat kita mengajaknya untuk bicara.

10. Lebih sering marah-marah
Salah satu ciri-ciri yang paling terlihat adalah anak-anak yang memiliki ciri sulit untuk berkonsentrasi biasanya akan sering marah-marah, bahkan anak tersebut pun sangat cepat tersulut emosi, untuk itulah sebagai orang tua kita harus bisa mempelajari sifat-sifat setiap anak. Anak-anak pun harus bisa dilatih agar bisa memiliki ketepatan emosi yang baik.

11. Keinginan yang harus dituruti
Pada anak-anak yang memiliki sifat seperti ini memang harus diwaspadai juga, karena biasanya anak-anak yang selalu merengek dengan sesuatu yang harus selalu dituruti biasanya termasuk ke dalam anak-anak yang sulit untuk melakukan konsentrasi. untuk itu orang tua pun harus mencari cara meningkatkan konsentrasi belajar anak

12. Perhatiannya akan lebih fokus pada suara lain
Kita juga bisa melihat dari ciri-ciri anak yang sulit untuk berkonsentrasi, biasanya anak-anak yang seperti ini akan mudah sekali terpengaruh oleh cahaya atau suara yang ada di sekelilingnya, misalnya ketika sedang belajar, anak tersebut mendengar suara lain di luar, pasti perhatiannya akan langsung terfokus pada suara yang di luar sana, sehingga konsentrasi belajarnya pun tiba-tiba akan buyar dan hilang, padahal saat itu dia tengah belajar.

13. Sulit untuk mendengarkan
Bagi anak-anak yang sulit berkonsentrasi umumnya memang akan sulit untuk bisa mendengarkan, misalnya anak tersebut sedang kita ajak bicara, pasti perhatiannya pun tidak akan tertuju pada diri kita, sehingga dari situ saja kita bisa melihat bahwa anak ini memang merupakan anak yang sulit untuk berkonsentrasi.

Cara Mengatasi Anak Kurang Konsentrasi

Mengingat pentingnya konsentrasi bagi anak, berikut berbagai hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak yang kurang berkonsentrasi di antaranya,
1. Permainan yang mengasah konsentrasi
Setiap anak tentunya senang bermain. Melalui permainan yang menarik dan menyenangkan mereka dapat belajar hal-hal baru dengan lebih mudah. Sebagai orang tua atau guru Anda bisa memanfaatkan hal ini sebagai salah satu terapi konsentrasi mereka.

Permainan konsentrasi merupakan aktivitas yang dapat membantu anak mengasah kemampuan konsentrasi. Ada beberapa jenis permainan mengasah konsentrasi yang mudah untuk dilakukan, seperti; bermain puzzle, mencari perbedaan gambar, mewarnai satu tempat setiap beberapa waktu.
 
Atau ada juga permainan konsentrasi yang dapat dimainkan tanpa bantuan alat bantu apapun. Permainan ini dimainkan dengan cara menghitung atau menyebutkan satu kata oleh setiap pemain secara bergantian. Namun mengikuti sebuah pola, seperti mengganti angka kelipatan 3 dengan huruf a. Nantinya akan menjadi "1-2-a-4-5-a" dan begitu seterusnya.
 
2. Permainan patung
Sering kali anak - anak kesulitan berkonsentrasi karena mereka tidak dapat memfokuskan dirinya pada satu hal yang ada di hadapan mereka. Masalah ini dapat diatasi dengan membantu anak untuk fokus pada satu hal, seperti dalam permainan patung.

Cobalah minta anak untuk duduk santai lalu minta mereka memusatkan pandangan pada suatu objek yang terdapat di hadapan mereka tanpa gerak atau memperhatikan hal lain. Berikan waktu mulai dari 5 menit, kemudian terus mengingatkan seiring bertambahnya waktu.

Terapi ini dapat membuat anak mengasah konsentrasi mereka. Mengulangi permainan ini mengasah dan melatih otak untuk memperkuat koneksi pikiran tubuh dan meningkatkan fokus.
 
3. Terapi menggunakan batasan waktu
Salah satu penyebab mengapa anak tidak fokus ialah karena mereka tidak merasa terburu-buru. Mereka seolah-olah tidak ada batasan waktu yang perlu mereka kerjakan sehingga berpikir bahwa mengambil waktu sejenak saja tidak akan menjadi masalah. Ini dapat kamu lihat ketika si anak mengerjakan ulangan di sekolah dan tugas di rumah.
 
Jika demikian, cobalah membiasakan diri untuk memberikan batasan waktu untuk pekerjaan mereka, baik itu tugas sekolah maupun pekerjaan rumah sekalipun. Contohnya, berikan waktu sekitar 30 menit untuk anak menyelesaikan beberapa soal. Semakin lama, Anda dapat membuat batasan waktu lebih singkat lagi, seperti sekitar 15 sampai 20 menit saja.
 
Selain itu, perhatikan juga goal atau pekerjaan yang anak lakukan dalam waktu tersebut. Jika memang dirasa pekerjaannya banyak dan sulit, Anda sebaiknya tidak memberikan waktu yang sedikit. Jangan lupa juga untuk menyisipkan jeda.
 
4. Terapi mindfulness
Perlu Anda ketahui bahwa konsentrasi anak sebenarnya dapat ditingkatkan melalui terapi, salah satu terapi mindfulness. Terapi ini sendiri merupakan terapi yang mengasah fokus dan konsentrasi. Terapi ini dapat membantu anak untuk mengasah kemampuan fokus pada pelajaran dan tugas sekolah.

Anak Anda dapat melakukan terapi meditasi mindfulness tanpa membutuhkan peralatan khusus dan dapat dilakukan di mana saja. Caranya cukup dengan mencari posisi duduk yang nyaman, mengatur pernapasan, lalu fokus pada detak jantung atau rasakan sensasi udara yang mengalir saat menarik dan menghembuskan napas.
 
Kemudian fokuskan diri pada keadaan yang sedang terjadi di sekitar. Si anak juga dapat menggunakan panca indera untuk mengamati dan merasakan dan merasakan kondisi sekitar. Selanjutnya, bantulah anak memfokuskan diri pada emosi yang mereka rasakan, dan cobalah untuk menerimanya.

Lakukan hal tersebut selama kurang lebih 3-5 menit, lalu fokuskan kembali pikiran mereka. Melakukan terapi ini secara rutin dapat membantu anak mengembangkan konsentrasinya.
 
5. Membiasakan anak tidur siang
Terapi sederhana yang dapat meningkatkan konsentrasi anak berikutnya adalah dengan tidur siang. Tidur siang sebenarnya dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk terapi yang baik. Karena fokus sendiri memakan banyak energi pada tubuh anak, ini terkadang menyebabkan mereka lelah, dan ketika lelah fokus akan berkurang anak kembali menjadi tidak dapat berkonsentrasi.

Oleh karenanya Anda dapat membantu anak mengembalikan tingkat konsentrasinya melalui istirahat yang baik, seperti tidur siang. Dengan terapi ini, konsentrasi anak dapat meningkat kembali dan menjadikan mereka siap untuk melanjutkan aktivitasnya. 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment