Pengertian Ontologi, Sejarah, Aliran, Istilah Penting, dan Jenis Kajiannya

Pengertian Ontologi
Ontologi

A. Pengertian Ontologi
Ontologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup. Secara etimologi Istilah ontologi dari bahasa Yunani yakni ‘Onta’ atau juga ‘Onto’ yang memiliki pengertian sebagai suatu yang sungguh-sungguh ada serta adanya itu benar, atau juga kenyataan yang sesungguhnya. Sedangkan untuk ‘logos’ memiliki arti ialah sebagai kata, ilmu, studi mengenai teori.

Secara terminologi, ontologi memiliki pengertian suatu ilmu yang mempelajari mengenai sesuatu yang benar-benar ada dan adanya itu benar. Teori tersebut membahas tentang suatu kebenaran yang ada atau ciri hakiki (pokok) dari keberadaan. Dengannya, ontologi merupakan cabang fundamental dari filsafat yang senantiasa mempelajari ada atau tidak ada sesuatu hal dan terlebih lagi bagaimana benda-benda yang ada berhubungan satu sama lain.

Studi ontologis membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum dapat membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.

Namun yang lebih penting ialah pendirian Thales bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri). Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang di antaranya,
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.

Ontologi Menurut Para Ahli
1. Aristoteles, ontologi adalah rangkaian pembahasan tentang hal ada sebagai hal ada (hal ada sebagai demikian) mengalami perubahan dalam, sehubungan objeknya.
2. Bakhtiar, ontologi adalah sebagai ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, sebagai suatu ultimate reality baik yang mempunyai bentuk jasmani atau konkret maupun tentang rohani ataupun abstrak.
3. Suriasumantri, ontologi adalah ilmu pengetahuan tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian terhadap teori tentang ada.
4. Soetriono, ontologi merupakan asas dalam menerapkan batas atau mengenai ruang lingkup suatu wujud yang menjadi objek dari penelaahan (objek ontologi atau obyek formal dari pengetahuan) dan juga mengenai penafsiran mengenai hakikat realitas (metafisika) dari objek ontologi atau juga objek formal tersebut dan merupakan suatu landasan dari ilmu yang menanyakan terkait apa yang dikaji atau juga dibahas dalam suatu pengetahuan serta biasanya berhubungan terhadap alam kenyataan serta keberadaan.
5. The Liang Gie, ontologi ialah suatu bagian dari filsafat dasar yang mengungkapkan tentang  makna dari sebuah eksisten yang pembahasannya itu  terdiri dari:
a. Apakah artinya ada, hal ada?
b. Apakah golongan-golongan dari hal yang ada?
c. Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada?

B. Sejarah Ontologi
Istilah ontologi ini pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1936 M, demi memberikan nama mengenai hakikat yang bersifat metafisis. Kemudian dalam perkembangannya Christian Wolf tersebut membagi metafisika ke dalam dua (2) jenis yakni metafisika umum serta khusus. Metafisika umum tidak lain ialah istilah lain dari ontologi. Sehingga bisa dikatakan bahwa metafisika atau juga ontologi merupakan cabang dari filsafat yang membahas mengenai prinsip mengenai dasar atau juga paling dalam segala sesuatu yang ada.

Tokoh Yunani yang mempunyai pandangan yang bersifat ontologis dikenal ialah seperti Thales, Plato, serta Aristoteles. Di masanya, kebanyakan orang- orang belum bisa membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal ialah sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air itu merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu tersebut berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu tersebut tidak dapat dianggap ada berdiri sendiri).

C. Aliran Ontologi
Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Monisme, Dualisme, Materialisme, Idealisme, Agnostisisme.
1. Monisme
Monisme aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun rohani yang menjadi sumber dominan dari yang lainnya. Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos, dan Anaximander termasuk dalam kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles. Sementara filosof Modern seperti Kant dan Hegel adalah penerus kelompok Monisme, terutama pada pandangan Idealisme mereka.

Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan-lapangan penyelidikan filsafat yang paling kuno. Pertama kali diperkenalkan oleh filosof Yunani bernama Thales atas perenungannya terhadap air yang terdapat di mana-mana, dan sampai pada kesimpulan bahwa “air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu”. Yang penting bagi kita bukanlah mengenai kesimpulannya tersebut melainkan pendiriannya bahwa mungkin segala sesuatu berasal dari satu substansi saja.

2. Dualisme
Kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yaitu materi(jasad) dan jasmani(spiritual). Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama abadi dam azali. Perhubungan antara keduanya itulah yang menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.

Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Aristoteles menamakan kedua hakikat itu sebagai materi dan forma (bentuk yang berupa rohani saja). Umumnya manusia dengan mudah menerima prinsip dualisme ini, karena kenyataan lahir dapat segera ditangkap panca indera kita, sedangkan kenyataan batin dapat segera diakui adanya dengan akal dan perasaan hidup.

3. Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa segala sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Menurut paham materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah merupakan proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.

Materialisme terkadang disamakan orang dengan naturalisme. Namun sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya. Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada. (Tuhan yang di luar alam tidak ada). Sedangkan yang dimaksud alam (natural) di sana ialah segala-galanya meliputi benda dan roh. Sebaliknya materialisme menganggap roh adalah kejadian dari benda, jadi tidak sama nilainya dengan benda.

Filsafat Yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme, mereka disebut filsafat alam (natuur filosofie). Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam ini pada unsur-unsur kebendaan yang pertama. Thales (625-545 SM) menganggap bahwa unsur asal itu air. Anaximandros (610-545 SM) menganggap bahwa unsur asal itu apeiron yakni suatu unsur yang tak terbatas. Anaximenes (585-528 SM) menganggap bahwa unsur asal itu udara.

Dan tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Demokritos (460-360 SM) menganggap bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan sangat halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada Demokritos inilah tampak pendapat materialisme klasik yang lebih tegas.

4. Idealisme
Idealisme merupakan lawan dari materialisme yang juga dinamakan spiritualisme. Aliran menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna itu semua berasal dari roh (sukma) atau yang sejenis dengan itu. Intinya sesuatu yang tidak berbentuk dan yang tidak menempati ruang. Menurut aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis daripada penjelmaan roh. Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah “manusia menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.

5. Agnostisisme
pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang rohani. Aliran ini juga menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham Agnostisisme adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga seorang Ateis. Sartre menyatakan tidak ada hakikat ada (being) manusia, tetapi yang ada adalah keberadaan (on being)-nya.

D. Istilah Penting Ontologi
Istilah-istilah terpenting yang terkait dengan ontologi di antaranya,
1. yang-ada (being)
2. kenyataan/realitas (reality)
3. eksistensi (existence)
4. esensi (essence)
5. substansi (substance)
6. perubahan (change)
7. tunggal (one)
8. jamak (many)

Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).

E. Jenis Kajian Ontologi
Setidaknya ada dua posisi dominan yang ada di dalam ontologi di antaranya,
1. Realisme. Peneliti memandang dunia sebagai sesuatu yang terpisah dari manusia dan interpretasi manusia terhadapnya.
2. Nominalisme. Peneliti percaya bahwa interpretasi mereka tentang dunia didasarkan pada subjektivitas batin mereka dan ‘lensa’ pribadi yang mereka lihat.
 

Baca Juga:

1. Pengertian Aksiologi, Aspek, Bagian, dan Fungsinya

2. Pengertian Epistemologi, Sejarah, Sumber, dan Bidang Kajiannya

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Ontologi, Sejarah, Aliran, Istilah Penting, dan Jenis Kajiannya"