Pengertian Aksiologi, Aspek, Bagian, dan Fungsinya

Table of Contents
Pengertian Aksiologi
Aksiologi

A. Pengertian Aksiologi

Aksiologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah,
1. kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia;
2. kajian tentang nilai, khususnya etika.

Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai. Dalam aksiologi, ada dua komponen mendasar, yakni Etika (moralitas) dan Estetika (keindahan). Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Pertanyaan di wilayah ini menyangkut di antaranya,
1. Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?
2. Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
3. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
4. Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan profesional? (filsafat etika).

Meskipun pertanyaan tentang nilai sama tuanya dengan filsafat itu sendiri, “aksiologi” merujuk terutama pada tulisan-tulisan para fenomenolog Austro-Jerman seperti Franz Brentano, Alexius Meinong, Max Scheler, dan Nicolai Hartmann. Pengaruh mereka telah disebarkan ke dunia Anglophone melalui tulisan G.E. Moore, W.D. Ross, Roderick Chisholm, dan yang terbaru Robert Nozick.

Aksiologi Menurut Para Ahli
1. Jujun S. Suriasumantri, aksiologi ialah sebagai teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
2. Wibisono (dalam Surajiyo, 2009:152), aksiologi merupakan nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika serta moral sebagai dasar normatif penelitian dan juga penggalian, dan juga penerapan ilmu.
3. Kattsoff (2004: 319), aksiologi ialah sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
4. Bramel, aksiologi ini terbagi dalam tiga bagian di antaranya,
a. Moral conduct, merupakan tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika.
b. Esthetic expression, merupakan ekspresi keindahan. Bidang ini menimbulkan atau melahirkan suatu keindahan.
c. Sosio-political life, merupakan kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan atau memunculkan filsafat sosio-politik.

B. Aspek Aksiologi

1. Etika
Etika ialah salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas moralitas nilai baik serta juga buruk, etika tersebut bisa di definisikan ialah sebagai nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan manusia atau juga masyarakat yang mengatur tingkah lakunya. Etika ini berasal dari dua kata yakni ethos yang memiliki arti sifat, watak, kebiasaan, dan ethikos memiliki arti susila, keadaban atau juga kelakuan dan juga perbuatan yang baik.

Dalam istilah lain dinamakan dengan sebutan moral yang berasal dari bahasa latin mores, jamak dari mos yang memiliki arti adat, kebiasaan. Dalam bahasa arab disebut dengan sebutan akhlaq yang memiliki arti budi pekerti dan dalam bahasa Indonesia disebut dengan sebutan tata susila. Dalam hal tersebut ada berbagai pembagian etika yang dibuat oleh para ahli etika, beberapa para ahli membagi ke dalam dua bagian di antaranya,
a. Etika deskriptif
Etika deskriptif ini merupakan cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas seperti misalnya: adat kebiasaan, anggapan mengenai baik atau buruk, tindakan yang di perbolehkan atau juga tidak. Etika deskriptif ini mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau juga sub-kultur tertentu. Oleh sebab itu, etika deskriptif ini tidak memberikan penilaian apapun, ia hanya menyampaikan atau memaparkan. Etika deskriptif ini lebih bersifat netral. Contohnya, penggambaran mengenai suatu adat Mangayau kepala pada suku primitif.

Etika deskriptif ini dibagi ke dalam dua bagian: pertama, sejarah moral, yang meneliti cita-cita, norma-norma yang pernah di berlakukan di dalam kehidupan manusia pada kurun waktu serta juga suatu tempat tertentu atau dalam suatu lingkungan besar yang mencakup beberapa bangsa. Kedua, fenomenologi moral, yang berupaya untuk menemukan arti serta makna moralitas dari berbagai fenomena moral yang ada.

b. Etika Normatif
Etika normatif ini mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau juga masyarakat itu dengan secara lebih kritis. Ia juga dapat mempersoalkan apakah norma itu benar atau juga tidak. Etika normatif ini memiliki arti sistem-sistem yang dimaksudkan untuk dapat memberikan petunjuk atau juga penuntun dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut baik atau juga buruk.

Etika normatif ini kerap kali juga disebut dengan sebutan  filsafat moral atau juga disebut etika filsafati. Etika normatif ini dapat dibagi ke dalam dua teori, yakni teori nilai dan teori keharusan. Teori-teori nilai tersebut mempersoalkan sifat kebaikan, sedangkan teori keharusan ini membahas mengenai tingkah laku. Ada pula yang membagi etika normatif ini ke dalam dua golongan ialah konsekuensialis dan nonkonsekuensialis.
a) Konsekuensialis ini berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan itu ditentukan oleh konsekuensinya.
b) Nonkonsekuensialis ini berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan ditentukan oleh sebab-sebab yang menjadi dorongan dari tindakan tersebut, atau ditentukan oleh sifat-sifat hakikinya atau juga oleh keberadaannya yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan serta juga prinsip-prinsip tertentu.

2. Estetika
Estetika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan seni serta keindahan. Istilah estetika ini berasal dari kata Yunani yang memiliki arti aesthesis, yang artinya adalah pencerapan indriawi, pemahaman intelektual, atau juga bisa berarti pengamatan spiritual. Istilah kata art berasal dari kata latin ars, yang memiliki arti seni, keterampilan, ilmu, atau juga kecakapan.

Estetika merupakan cabang filsafat yang memberikan perhatian pada sifat keindahan, seni, rasa, atau selera, kreasi, serta juga apresiasi mengenai suatu keindahan. Secara ilmiahnya, ia didefinisikan ialah sebagai studi/ilmu mengenai nilai-nilai yang dihasilkan dari emosi-sensorik yang kadang dinamakan dengan sebutan nilai sentimentalitas atau cita rasa atau selera. Secara luasnya, estetika ini didefinisikan ialah sebagai refleksi kritis mengenai seni, budaya, dan alam. Estetika ini dikaitkan dengan aksiologi ialah sebagai cabang filsafat serta juga diasosiasikan dengan filsafat seni.

Estetika ini dapat dibagi ke dalam dua bagian, yakni estetika deskriptif dan estetika normatif.
a. Estetika deskriptif menguraikan serta melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan.
b. Estetika normatif mempersoalkan serta juga menyelidiki hakikat, dasar, dan juga ukuran pengalaman keindahan.

Adapula yang membagi estetika ke dalam filsafat seni (philosophy of art) serta juga filsafat keindahan (philosophy of beauty). Filsafat seni ini menitikberatkan status ontologis dari karya-karya seni serta juga mempertanyakan pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni dan juga apakah yang dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan manusia dengan realitas. Filsafat keindahan membahas mengenai apakah keindahan itu ada apakah nilai indah itu objektif atau juga subjektif.

C. Bagian Aksiologi

Bramel berpendapat bahwa aksiologi bisa dibagi ke dalam tiga bagian di antaranya,
1. Moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang yang satu ini melahirkan disiplin khusus, yang kita kenal dengan istilah etika.
2. Esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini menimbulkan atau melahirkan suatu keindahan.
3. Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan atau memunculkan filsafat sosio-politik.

D. Fungsi Aksiologi

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa, aksiologi merupakan bidang filsafat yang mengkaji masalah nilai terutama dalam etika dan estetika. Filsafat ini memberitahu kita tentang yang baik dan yang jahat. Aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Penjelasan ini membahas nilai dari sudut pandang filosofis. Aksiologi, terutama, menentukan baik dan buruk bagi individu dan bangsa. Itu menetapkan standar baik dan buruk. Semua kehidupan sosial kita sebagian besar bertumpu pada cabang filsafat ini. 

Baca Juga:

1. Pengertian Epistemologi, Sejarah, Sumber, dan Bidang Kajiannya

2. Pengertian Ontologi, Sejarah, Aliran, Istilah Penting, dan Jenis Kajiannya

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment