Asketisisme: Pengertian, Kategori, dan Asketisisme dalam Agama

Pengertian Asketisisme
Pengertian Asketisisme
Asketisisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah paham yang mempraktikkan kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan berkorban. Asketisme, dari bahasa Yunani askeĊ yang artinya “berolahraga,” atau “melatih”, adalah praktik penolakan hasrat fisik atau psikologis untuk mencapai cita-cita atau tujuan spiritual. Hampir tidak ada agama yang tidak mempunyai sedikit pun jejak atau ciri-ciri asketisme.

Asketisisme atau pertarakan merupakan gaya hidup yang bercirikan laku berpantang kenikmatan indrawi demi mencapai tujuan-tujuan spiritual. Para petarak (orang yang menjalani asketisisme) dapat saja menyepi dari keramaian dunia agar dapat bertapa brata.

Mereka dapat pula hidup di tengah-tengah masyarakat, tetapi lazimnya mereka mengadopsi suatu gaya hidup yang sangat sederhana, yang bercirikan penolakan terhadap harta-benda dan kenikmatan-kenikmatan jasmani, serta melewatkan waktu dengan berpuasa sambil tekun beribadat atau sambil merenungkan perkara-perkara rohani.
 
Sepanjang sejarah, asketisisme telah dipraktikkan dalam berbagai agama, antara lain agama Buddha, agama Kristen, agama Hindu, agama lainnya, dan agama Yahudi. Para praktisi asketisisme dalam agama-agama ini sengaja menampik kenikmatan-kenikmatan duniawi dan menjalani gaya hidup berpantang, demi mengejar penebusan dosa, keselamatan, atau pencapaian rohani.

Dalam teologi-teologi kuno, asketisisme dipandang sebagai suatu perjalanan menuju transformasi rohani, yakni keadaan di mana bersahaja adalah berkecukupan, kebahagiaan sejati berada di dalam diri, dan berkekurangan adalah berkelimpahan.

Kategori
Asketisisme digolongkan menjadi bentuk asketisisme natural dan bentuk asketisisme tidak natural.
1. Asketisisme natural
Adalah suatu gaya hidup yang membatasi aspek-aspek kebendaan dalam hidup sehari-hari sampai ke taraf yang sangat bersahaja dan terbatas. Bentuk asketisisme ini mencakup tindakan-tindakan seperti berpakaian sederhana dan terbatas, tidur di lantai rumah atau di dalam gua, dan menyantap hidangan sederhana dalam jumlah terbatas.

Asketisisme natural, menurut Wimbush dan Valantasis, tidak mencakup tindakan-tindakan yang merusak badan atau hidup sungguh-sungguh berkekurangan sehingga menyengsarakan tubuh.

2. Asketisisme tidak natural
Adalah suatu praktik yang jauh lebih berat lagi, serta mencakup pula tindakan bermati-raga, menyiksa badan sendiri, dan kebiasaan menyakiti diri sendiri seperti tidur di atas ranjang paku.

Asketisisme dalam Agama
Mendisiplinkan diri sendiri dan berpantang dalam bentuk dan pada taraf tertentu adalah bagian dari praktik keagamaan dalam banyak agama dan tradisi kerohanian. Gaya hidup asketis secara khusus dikaitkan dengan para biarawan, biarawati, dan fakir dalam agama-agama Abrahamis, serta para biku, muni, sanyasi, dan yogi dalam agama-agama India.
 
Dalam Islam, asketisme merupakan ajaran yang menganjurkan umatnya untuk menanamkan nilai-nilai agama dan kepercayaan kepada Tuhan, dengan melakukan latihan-latihan serta praktik-praktik rohani melalui pengendalian tubuh dan jiwa.

Dalam tradisi Islam, bahasan asketik bersumber pada konsep zuhud yang lahir dari tradisi tasawuf. Dalam perjalanan spiritual, zuhud merupakan langkah awal bagi orang-orang yang berjuang untuk mendapatkan kesempurnaan dan bermakrifat kepada Allah SWT.

Dalam perspektif historitas Islam, praktik askestik dalam Islam pada hakikatnya sudah ada sejak Rasulullah SAW melakukan aktivitas bertahannust di Gua Hira, ketika menerima wahyu pertama.

Hal tersebut merupakan suatu bukti bahwa praktik asketisme dalam Islam sebagai langkah awal lahirnya kehidupan zuhud Sedangkan zuhud itu berarti tidak merasa bangga atas kemewahan dunia yang telah mereka miliki dan tidak merasa sedih karena kehilangan kemewahan dari dirinya.

Berikut beberapa konsep asketik dalam Islam di antaranya,
1. Qanaah
Pengertian paling mudah dalam artian Qanaah adalah “merasa cukup” ridho dengan apapun yang sedang dijalani, tidak ada rasa mengeluh dengan apapun yang telah Allah berikan kepadanya. Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda.
“Sungguh sangat beruntung orang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang Allah berikan kepadanya.”(HR: Muslim)

Menurut Imam Ghazali dalam prosedur jiwa yang cukup harus diawali dengan ridho dilanjutkan dengan ikhtiar disambung dengan doa serta dilaksanakan dengan sabar, istiqomah serta diakhiri dengan tawakal.

2. Zuhud
Zuhud adalah jiwa yang tidak lagi terikat dengan hal-hal yang berhubungan dengan materi dengan kata lain zuhud ini adalah gaya hidup yang meninggalkan segala sesuatu dan sibuk hanya dengan Allah saja.

Menurut Syekh Al-Junaid al-Baghdadi zuhud itu menganggap kecil dunia dan segala isinya serta menghapus pengaruhnya di hati. Dengan garis besar pengertian zuhud adalah hati yang sudah tidak lagi terpesona oleh duniawi dan hanya fokus terhadap Allah saja. Bukan berarti kita tidak memiliki harta atau tidak bekerja tetapi kita tidak terikat dan tidak mencintai itu semua.

Ciri seseorang yang sudah zuhud adalah :
a. Selalu menganggap bahagia di dunia itu hanya sementara dan akhirat adalah lebih baik dan kekekalan yang nyata
b. Melepaskan diri terhadap ketergantungan kepada makhluk dengan menggantungkan diri kepada Allah saja
c. Orang zuhud menganggap harta dan jabatan itu adalah amanah yang diberikan oleh Allah untuk kebermanfaatan diri dan orang banyak
d. Menjaga diri yang dapat menjauhkan diri kita dari Allah

3. Uzlah
Menarik diri dari keramaian dalam rangka mendidik jiwa agar tidak terlalu cinta kepada dunia dan isinya, karena dengan jiwa yang tidak terdidik itu akan sulit untuk dikendalikan.
“Manusia itu ibarat obat yang dengan mereka kita bisa menyembuhkan beberapa penyakit, tetapi hari ini banyak manusia yang menjadi penyakit dan sulit mencari penawarnya maka dari itu larilah dari manusia banyak sebagaimana kamu lari dari seekor singa”. (Syekh Ibnu Shomad)

4. Riyadah
Kata riyadah berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti pengajaran atau pelatihan. Secara istilah riyadah didefinisikan sebagai bentuk amalan spiritual berupa perbuatan ibadah dan dzikir dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Riyadah dapat didukung melalui 4 kebiasaan ini yaitu:
a. Menyedikitkan tidur
b. Menyedikitkan makan/tahan lapar
c. Menyedikitkan Bicara
d. Menyedikitkan campur dengan orang lain

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Asketisisme
https://www.liputan6.com/islami/read/5134977/memahami-4-konsep-gaya-hidup-asketik-dalam-islam

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Asketisisme: Pengertian, Kategori, dan Asketisisme dalam Agama"