Perang Boer: Sejarah, Latar Belakang, Proses Peperangan dan Dampaknya
Sejarah Perang Boer
Perang Boer adalah perang yang terjadi di Afrika Selatan antara Inggris melawan 2 republik Boer merdeka, yakni Negara Bebas Oranje dan Republik Transvaal, antara abad ke-19 dan awal abad ke-20. Orang Boer atau Afrikaner merupakan keturunan kolonis Belanda, yang sebagai pioner (Voortrekkers) merambah ke pedalaman Afrika Selatan dan mendirikan Oranje Vrijstaat serta Zuid-Afrikaanse Republiek.
Perang ini berlangsung dua kali, yaitu Perang Boer I (1880-1881) dan Perang Boer II (1899-1902). Setelah menderita kekalahan pada Perang Boer I, Inggris tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Dalam Perang Boer II, Inggris mendapat bantuan pasukan dari negeri-negeri jajahannya seperti Australia, Kanada, India, dan Selandia Baru untuk melawan bangsa Boer.
Dalam Perang Boer II republik-republik Boer kalah mengalami kekalahan. Ketika perang berakhir, secara pasti berakhir pula riwayat Republik Boer yang berdaulat di Afrika bagian selatan. Akibatnya, wilayah Afrika Selatan seluruhnya menjadi daerah koloni Britania.
Orang Boer menamai perang ini sebagai Perang Kemerdekaan. Tokoh Nasional Indonesia Ernest Douwes Dekker pernah berpartisipasi dalam perang ini di kubu Republik Transvaal.
Baca Juga: Ernest Douwes Dekker dan Perjuangannya untuk Kemerdekaan Indonesia
Latar Belakang Perang Boer II
Bangsa Boer datang ke Afrika Selatan sejak pertengahan abad ke-17. Pada 1806, Inggris menduduki Tanjung Harapan, dan sejak itu banyak dari orang-orang Boer yang memilih pindah ke Transvaal.
Sejak kedatangan Inggris, bangsa Boer merasa ketenteraman mereka terusik akibat adanya kebijakan-kebijakan yang mengganggu kehidupan ekonomi dan warisan budaya nenek moyangnya. Pada 1852, lahir dua negara bagian yang dibentuk oleh bangsa Boer, yakni Republik Transvaal dan Negara Bebas Oranje.
Antara 1880-1881, sempat terjadi Perang Boer I setelah Inggris berusaha menganeksasi Republik Transvaal guna mengkonsolidasikan kekuasaannya atas koloni Afrika Selatan. Perang Boer I berakhir dengan kemenangan bangsa Boer dan Inggris mengakui kemerdekaan Republik Transvaal.
Pada 1885, ditemukan tambang emas di Republik Transvaal, yang memancing kedatangan orang-orang Inggris. Ketika bangsa Boer mulai terganggu, orang Inggris yang menjadi pemilik tambang emas justru mengancam akan menggulingkan Republik Transvaal. Peristiwa ini membangkitkan kembali gairah Inggris untuk menganeksasi Republik Transvaal.
Setelah negosiasi gagal dilakukan, perang antara bangsa Boer di Republik Transvaal dengan Inggris pun kembali berkecamuk.
Proses Peperangan
Perang Boer II meletus pada 11 Oktober 1899. Dalam peperangan ini, Republik Transvaal bersekutu dengan bangsa Boer di Negara Bebas Oranje. Pada awal pertempuran, gerilyawan bangsa Boer secara aktif melakukan serangan dan berhasil mendesak kedudukan pasukan Inggris di sejumlah titik.
Sepanjang akhir 1899, Inggris menerjunkan puluhan ribu pasukannya untuk menghalau serbuan bangsa Boer. Dengan kombinasi artileri dan tembakan senapan yang akurat, bangsa Boer tidak hanya mampu menangkis serangan lawan, tetapi juga menewaskan ribuan tentara Inggris.
Hingga Januari 1990, bangsa Boer masih unggul, sedangkan pasukan Inggris terus berkurang. Situasi mulai berbalik pada pertengahan Februari 1990, setelah Inggris mendapatkan bantuan. Sejak itu, secara bertahap, pasukan Inggris di bawah Marsekal Lord Roberts berhasil menduduki beberapa wilayah di Republik Transvaal dan Negara Bebas Oranje.
Marsekal Lord Roberts bahkan merebut ibu kota Negara Bebas Oranje pada 13 Maret dan ibu kota Republik Transvaal pada 5 Juni 1990. Namun, bangsa Boer ternyata orang-orang yang lebih tangguh dari dugaan Inggris. Setelah ibu kotanya dikuasai, bangsa Boer mendirikan ibu kota baru di Kroonstad dan menggelar pertemuan untuk merencanakan perang gerilya.
Strategi mereka adalah melakukan kerusakan sebanyak mungkin pada musuh, kemudian bergerak dan menghilang ketika bala bantuan musuh tiba. Awalnya, pasukan Inggris terdiri dari tentara Inggris dan orang-orang Afrika Selatan.
Pada perkembangannya, pasukan Inggris mendapat bantuan pasukan dari negeri-negeri jajahannya seperti Australia, Kanada, India, dan Selandia Baru. Setelah perang sengit yang berlarut-larut, Perang Boer II berakhir pada 31 Mei 1902 dengan kemenangan Inggris.
Dampak Perang Boer
Perang Boer II resmi berakhir setelah ditandatanganinya Perjanjian Vereeniging. Selain menderita kekalahan, bangsa Boer harus menerima Republik Transvaal dan Negara Bebas Oranje berada di bawah kekuasaan Inggris. Perang Boer II melibatkan sekitar 500.000 pasukan dari kubu Inggris dan 60.000 pasukan bangsa Boer.
Peperangan diperkirakan telah merenggut 75.000 nyawa, yang terdiri dari 22.000 tentara Inggris, 7.000 tentara Boer, dan sisanya merupakan masyarakat sipil Afrika. Selain itu, dampak Perang Boer II adalah berdirinya kamp-kamp untuk tawanan perang di luar negeri. Tawanan perang yang didapatkan Inggris pada awalnya hanya ditempatkan di kapal.
Karena jumlah tawanan terus bertambah dan Inggris khawatir mereka akan dibebaskan oleh masyarakat setempat, keputusan untuk mengirim tawanan ke luar negeri pun diambil. Alhasil, ribuan bangsa Boer yang ditawan Inggris, termasuk perempuan dan anak-anak, dikirim ke Saint Helena, Sri Lanka, India, dan Portugal.
Di kamp-kamp luar negeri, para tawanan tidak mendapat perlakuan yang layak, bahkan banyak di antaranya yang meninggal karena kelaparan dan terserang penyakit.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.kompas.com
dan sumber lain yang relevan
Post a Comment