Marcus Aurelius: Sang Raja dan Filsuf dari Romawi

Table of Contents

Marcus Aurelius
Siapakah Marcus Aurelius?

Marcus Aurelius lahir pada tanggal 26 April 121 M di Roma. Ia adalah kaisar Romawi yang memerintah dari tahun 161 hingga kematiannya pada 180 M. Sebagai salah satu dari "Lima Kaisar Baik", masa pemerintahannya sering dianggap sebagai puncak kedamaian dan stabilitas Kekaisaran Romawi.

Selain sebagai raja, Marcus Aurelius juga terkenal sebagai filsuf. Ia sangat cakap dalam militer dan pemikiran filosofis yang mendalam selama masa jabatannya dalam sejarah Romawi kuno. Dalam pemerintahannya, dia juga selalu menganut stoikisme. 

Baca Juga: Mazhab Stoik (Stoikisme): Sejarah dan Ajaran tentang Kebahagiaan

Karya filsafatnya yang berjudul Meditationes (Renungan), menjadi salah satu teks utama dalam filsafat Stoisisme dan tetap berpengaruh hingga hari ini. Sebagai Kaisar, ia menavigasi Kekaisaran Romawi yang luas melalui masa-masa perselisihan dan wabah penyakit, sambil menuliskan pemikiran yang bergema selama ribuan tahun.

Biografi dan Pemikiran Filosofisnya

Marcus Aurelius, lahir pada tanggal 26 April 121 M di Roma, memulai perjalanan hidup yang luar biasa sejak awal. Kelahirannya dalam keluarga bangsawan menempatkannya di dunia yang penuh hak istimewa dan kekuasaan, seperti dikutip History Skills.

Ayahnya, Marcus Annius Verus, meninggal ketika Marcus baru berusia beberapa tahun, meninggalkan dia dalam perawatan kakeknya.

Kehilangan awal ini membawa rasa kekhidmatan pada masa kecilnya, namun juga membuka pintu bagi Kaisar Hadrian. Dia memperhatikan potensi Marcus muda dan memastikan dia diangkat menjadi ordo Berkuda pada tahun 136 M.

Pendidikannya menyeluruh dan beragam, perpaduan antara pelatihan fisik dan studi akademis. Marcus diajar dalam sastra Latin dan Yunani, belajar dari guru terkenal seperti Herodes Atticus dan Marcus Cornelius Fronto.

Namun, yang membedakan Marcus adalah ketertarikan awalnya pada filsafat, khususnya Stoikisme. Minat ini muncul sekitar usia 12 tahun, menandai awal dari pencarian kebijaksanaan filosofis seumur hidup.

Menjadi Kaisar

Dalam peristiwa penting, penerus Hadrian, Antoninus Pius, mengadopsi Marcus pada tahun 138 M.

Setelah diadopsi pada tahun 138 M oleh Kaisar Antoninus Pius, Marcus dipersiapkan untuk menjadi pemimpin. Dia diberi penghargaan dan tanggung jawab secara bertahap, memastikan kelancaran transisi kekuasaan ketika saatnya tiba dalam sejarah Romawi kuno.

Pada tahun 140 M, ia diangkat menjadi konsul, sebuah langkah penting dalam karier politiknya. Kemudian, pada tahun 145 M, ia menikahi Faustina Muda, yang semakin memperkuat posisinya dalam keluarga kekaisaran.

Antoninus Pius melibatkannya dalam administrasi kekaisaran, memberinya wawasan tentang cara kerja kekaisaran Romawi kuno. Periode ini sangat penting dalam membentuk pemahaman Marcus tentang pemerintahan dan filosofinya terhadap pemerintahan.

Prinsip-prinsip yang menekankan tugas, disiplin, dan kesejahteraan rakyat, diasah selama tahun-tahun ini, sehingga memengaruhi keputusannya di kemudian hari sebagai kaisar.

Pada tahun 161 M, kematian Antoninus Pius membuka jalan bagi kenaikan takhta Marcus. Dia bersikeras agar saudara angkatnya, Lucius Verus, diangkat menjadi rekan kaisar, sebuah keputusan yang menunjukkan komitmennya terhadap kekuasaan dan tanggung jawab bersama.

Hal ini adalah masa yang relatif damai bagi Kekaisaran Romawi, namun terganggu oleh konflik militer dan Wabah Antonine.

Wabah Antonine

Wabah Antonine, sebuah epidemi yang menghancurkan, melanda Kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Marcus Aurelius sekitar tahun 165 M, dan terus berlanjut hingga sekitar tahun 180 M. Dikira penyakit cacar atau campak, wabah ini dibawa kembali ke Roma oleh tentara yang kembali dari kampanye di Timur Dekat.

Dampaknya sangat dahsyat dan perkiraan menunjukkan bahwa pada puncaknya, wabah ini merenggut nyawa hingga 2.000 orang per hari di Roma saja, dan menghancurkan tentara Romawi. Wabah ini terjadi bersamaan dengan periode konflik militer, terutama Perang Marcomannic, yang mempersulit respons kekaisaran terhadap krisis militer dan kesehatan.

Wabah ini tidak hanya menyebabkan kematian yang luas tetapi juga menyebabkan kekurangan tenaga kerja yang parah di seluruh kekaisaran, sehingga berdampak pada pertanian, industri, dan militer. Dampak ekonominya sangat besar, seiring berkurangnya angkatan kerja dan melonjaknya biaya tenaga kerja.

Marcus Aurelius, dalam menanggapi krisis ini, mengambil beberapa langkah untuk mengatasi situasi tersebut. Dia merekrut budak dan gladiator ke dalam tentara untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja. Untuk meringankan tekanan ekonomi, ia melelang harta milik kekaisaran di Forum Trajan.

Kepemimpinannya pada periode ini ditandai dengan upaya menjaga stabilitas dan ketertiban, bahkan ketika kekaisaran menghadapi salah satu tantangan paling signifikan.

Filosofi Stoikisme

Stoikisme didirikan di Athena oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM. Dalam jalan menuju kebahagiaan sejati, dalam hal ini mengajarkan bahwa kehidupan yang baik, sesuai dengan akal dan alam.

Bagi Marcus, filosofi ini bukan sekadar teori melainkan panduan praktis dalam kehidupan dan pemerintahan.Inti dari filsafat Stoa adalah konsep 'logos', 'apatheia', dan 'eudaimonia'. Logos mengacu pada alasan universal atau struktur rasional alam semesta.

Marcus percaya akan adanya tatanan rasional dalam kosmos, di mana manusia harus menyelaraskan dirinya. Ia memandang alam semesta sebagai organisme yang segala sesuatunya saling berhubungan, dan tugas setiap individu adalah memainkan perannya.

Apatheia, atau kebebasan dari nafsu, adalah landasan lain dari Stoikisme. Hal ini tidak berarti tidak adanya emosi, melainkan menunjukkan kebebasan dari emosi yang tidak rasional dan merusak. Marcus Aurelius memperjuangkan keadaan ini, berusaha menanggapi peristiwa dengan rasional dan tenang, terlepas dari perasaan pribadi.

Eudaimonia, yang berarti keadaan semangat yang baik atau berkembang adalah tujuan akhir dalam Stoikisme. Bagi Marcus, mencapai eudaimonia berarti hidup selaras dengan akal dan kebajikan, mewujudkan kualitas kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan kesederhanaan.

Tulisan-tulisannya dalam 'Meditasi' mencerminkan cita-cita, menawarkan wawasan tentang perjuangan dan pemikiran pribadinya ketika ia berusaha untuk hidup dengan prinsip-prinsip ini.

Pengadopsian Stoikisme oleh Marcus Aurelius juga membentuk pendekatannya terhadap pemerintahan. Dia memandang perannya sebagai kaisar sebagai kesempatan untuk mewujudkan kebajikan Stoa, khususnya keadilan dan pelayanan kepada rakyat.

Pemerintahannya ditandai dengan upaya untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya dan mengelola kekaisaran dengan adil dan kompeten.

Terlepas dari tantangan pada masanya, termasuk peperangan dan Wabah Antonine, ia tetap berkomitmen pada prinsip-prinsip ini, berupaya menyeimbangkan tanggung jawabnya sebagai penguasa dengan pencarian kebijaksanaan filosofis.

Berbeda dengan banyak pendahulunya, Marcus Aurelius tidak terpikat oleh pengaruh kekuasaan namun memandang perannya sebagai pengabdian kepada negara. Perspektif ini tercermin dalam upayanya memperbaiki sistem hukum, menjamin keadilan dan melindungi kelompok rentan, seperti budak dan anak yatim piatu.

Dia juga mengurangi permainan dan tontonan yang biasa dilakukan kaisar sebelumnya, mengalihkan sumber daya ke proyek publik yang lebih bermanfaat.

Beberapa Fakta Lain tentang Marcus Aurelius

1. Kehilangan delapan anak
Meskipun sukses dalam karier politik dan militernya, Marcus Aurelius harus menghadapi banyak tragedi pribadi. Dari total 13 anak yang ia miliki bersama Faustina, hanya lima yang bertahan hingga dewasa.

Kematian delapan anaknya menjadi sumber kesedihan mendalam yang ia harus tanggung di tengah tugasnya sebagai kaisar. Kesedihan ini tak diragukan lagi memengaruhi tulisan dan pandangan filosofisnya, di mana ia sering kali berbicara tentang ketidakkekalan hidup.

Dengan tetap menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, Marcus Aurelius menunjukkan ketangguhan emosional yang luar biasa, tetap setia pada ajaran Stoik yang menekankan penerimaan terhadap takdir.

2. Memiliki nama panggilan Verissimus
Marcus Aurelius dikenal dengan nama panggilan "Verissimus," yang berarti "yang paling jujur" atau "paling benar." Julukan ini diberikan oleh Kaisar Hadrian, yang sangat menghormati kejujuran dan integritas Marcus sejak usia muda.

Hadrian menyadari bahwa Marcus memiliki kualitas yang jarang ditemui, yaitu ketulusan dan dedikasi pada kebenaran. Julukan ini juga merupakan permainan kata dari nama keluarganya, "Verus," yang dalam bahasa Latin berarti "sejati" atau "benar."

Gelar ini mencerminkan reputasi Marcus sebagai pemimpin yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dan kejujuran, yang kemudian tercermin dalam kebijakan dan keputusan selama masa pemerintahannya.

3. Mendedikasikan pemerintahannya untuk kampanye militer
Masa pemerintahan Marcus Aurelius, yang berlangsung dari tahun 161 hingga 180 M, dipenuhi oleh kampanye militer untuk melindungi dan memperluas kekuasaan Kekaisaran Romawi.

Salah satu konflik terbesar adalah Perang Parthia (161-166 M), di mana ia mengutus rekan kaisarnya, Lucius Verus, untuk memimpin serangan terhadap Kekaisaran Parthia.

Selain itu, Marcus Aurelius juga harus menghadapi ancaman dari suku-suku Jermanik selama Perang Marcomannic (166-180 M). Ia secara pribadi memimpin pasukan Romawi dalam konflik ini, yang sangat penting untuk mempertahankan perbatasan utara kekaisaran.

Meskipun menghadapi banyak tantangan, Marcus Aurelius menunjukkan dedikasi luar biasa. Marcus Aurelius bukan hanya seorang kaisar yang kuat, tetapi juga seorang filsuf yang hidup melalui masa-masa penuh tantangan, baik secara pribadi maupun politik.

Dari bertahan dari pandemi mematikan hingga kehilangan sebagian besar anaknya, hidup Marcus penuh dengan ujian yang mengasah pandangan filosofis Stoik yang dianutnya.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://nationalgeographic.grid.id
https://www.idntimes.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment