Ali Khamenei: Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran
Siapa itu Ali Khamenei?
Ayatullah Imam Sayyid Ali Khamenei adalah Marja kaum Syiah dan pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran. Menurut Pasal 107 dan 110 Konstitusi Republik Islam Iran, ia adalah pejabat tertinggi negara dan Panglima Angkatan Bersenjata. Dia juga Imam Salat Jumat Teheran dan direktur Yayasan Ensiklopedia Islam.
Setelah kematian Ruhollah Khomeini pada tahun 1989, Majelis Ahli memilihnya sebagai pemimpin kedua Iran. Sejak 1973, ia telah diumumkan sebagai salah satu Marja Syiah yang diterima oleh komunitas guru seminari Qom. Majalah Forbes menempatkan Khamenei ke-18 dalam daftar orang paling berkuasa di dunia pada tahun 2015.
Baca Juga: Ruhollah Khomeini: Ulama dan Pemimpin Revolusi Iran 1979
Ali Khamenei dianggap sebagai otoritas politik paling kuat di Iran, bahkan lebih kuat daripada Presiden negaranya.
Sebelum menjadi Pemimpin Tertinggi Iran dia pernah menjabat sebagai Presiden Iran selama beberapa tahun. Dia memainkan peran kunci dalam Revolusi Iran 1979, ketika dinasti Pahlavi di bawah Mohammad Reza Shah Pahlavi digulingkan.
Setelah Grand Ayatollah Ruhollah Khomeini mendirikan Partai Republik Islam. Ali Khamenei mencapai kekuatan politik yang cukup besar sebagai orang kepercayaannya. Dia mengambil alih jabatan presiden pada 1981, setelah pembunuhan Mohammad-Ali Rajai dan menjadi ulama pertama yang menjabat di posisi tersebut.
"Saya memiliki jiwa yang miskin, tubuh yang tidak lengkap, dan sedikit martabat yang telah Anda berikan kepada saya - saya akan mengorbankan semuanya untuk Revolusi dan untuk Islam," kata Ayatollah Ali Khamenei pada 2009.
Sekilas Biografi
Ali Khamenei lahir pada 19 Juli 1939 dan dikenal sebagai seorang Marja kaum Syiah serta pemimpin tertinggi Republik Islam Iran. Di masa kecilnya, ia menyelesaikan pendidikan dasar dan kemudian masuk ke pendidikan seminari di Masyhad, Najaf, dan Qom. Pertemuan dengan Navvab Safavi, seorang tokoh revolusioner Islam, menjadi titik awal yang menyalakan semangat perjuangan dalam dirinya.
Baca Juga: Syi’ah: Pengertian, Doktrin, Itikad, Sekte, dan Polemiknya dengan Sunni
Saat remaja, Khamenei mulai terlibat dalam aktivitas melawan Dinasti Pahlavi yang berkuasa di Iran. Perjuangannya tak selalu mulus; ia beberapa kali ditangkap dan bahkan mengalami pengasingan selama tiga tahun di Iranshahr sebelum akhirnya kembali ke Teheran.
Pada 1976, Khamenei bertemu Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin revolusi yang kemudian menggulingkan Dinasti Pahlavi pada 1978. Pertemuan ini memperkuat semangat perjuangan Khamenei, membuatnya semakin gigih melawan rezim berkuasa kala itu. Sejalan dengan tujuan gerakan Khomeini, Khamenei terus aktif dalam revolusi yang akhirnya membawa perubahan besar pada peta politik Iran.
Kepemimpinan Khomeini menginspirasi Khamenei untuk mengambil posisi penting setelah revolusi, mulai dari anggota Dewan Revolusi hingga Wakil Menteri Pertahanan. Peran ini turut mempersiapkannya sebagai pemimpin di masa depan.
Target Percobaan Pembunuhan
Di tengah gejolak politik pada 1981, Khamenei menjadi target percobaan pembunuhan yang melumpuhkan lengan kanannya. Insiden ini justru memperkuat hubungannya dengan Pengawal Revolusi Iran, yang kemudian menjadi lembaga militer dan politik yang berperan penting dalam mempertahankan kekuasaan Khamenei hingga saat ini.
Baca Juga: Revolusi Iran: Sejarah, Latar Belakang, dan Dampaknya
Khamenei juga memiliki peran strategis selama Perang Iran-Irak pada 1980-an, yang mempererat hubungannya dengan militer dan memperkokoh posisinya di pemerintahan Iran. Selama masa tersebut, ia banyak terlibat dalam perencanaan militer yang berpengaruh besar pada kekuatan Iran di kawasan Timur Tengah.
Pemimpin Tertinggi Iran
Pada 1989, setelah Ayatollah Khomeini wafat, Majelis Ahli memilih Khamenei sebagai pemimpin tertinggi kedua Iran. Sejak saat itu, Khamenei menjadi tokoh terkuat di Iran, dengan kewenangan sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata dan pemimpin spiritual bagi kaum Syiah.
Pada tahun 2015, Majalah Forbes bahkan menempatkannya pada posisi ke-18 dalam daftar orang paling berkuasa di dunia. Khamenei juga dikenal sebagai penggerak utama kebijakan strategis Iran di bidang politik dan militer, yang memengaruhi posisi Iran di kancah internasional.
Serangan Israel
Pada 19 April 2024, di hari ulang tahunnya yang ke-84, Israel meluncurkan rudal ke wilayah Iran sebagai bentuk serangan balasan. Peristiwa ini menjadi sorotan karena terjadi di tengah konflik panas yang melibatkan Israel dan Hamas, di mana Israel mengklaim bahwa Iran mendukung penuh kelompok Hamas.
Israel sebelumnya telah meluncurkan serangan ke Kedutaan Besar Iran di Damaskus yang menewaskan seorang komandan militer Iran, sementara Iran merespons dengan serangan pesawat tanpa awak ke Tel Aviv. Konflik ini pun terus berlanjut dengan serangan balasan di Isfahan, Iran.
Terbaru, Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin Iran, dilaporkan sedang mengalami masalah kesehatan serius setelah serangan Israel terhadap Iran. Berita ini muncul dari laporan The New York Times, yang dikutip oleh First Post pada 27 Oktober 2024.
Garis Keturunan Khamenei
Ayatollah Ali Khamenei disebut-sebut memiliki garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad. Mengutip Shiite News, ia adalah cucu ke-38 Nabi Muhammad, keturunan dari keluarga terhormat dalam suku Quraysh. Garis keturunan Khamenei bersumber dari leluhur mulia, mulai dari kakek pihak ayah, Sayyid Hussein Khamenei, hingga kakek dari pihak ibu, Sayyid Hashem Najafabadi Mirdamadi.
Latar belakang keluarga ini memberikan pengaruh mendalam pada pemahaman dan kepribadian Khamenei, menjadikannya sosok pemimpin yang kuat dalam menegakkan prinsip-prinsip Syiah di Iran.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.liputan6.com
dan sumber lain yang relevan
Download
Post a Comment