Martin Luther King Jr.: Biografi dan Gerakan Hak Sipilnya

Table of Contents

Biografi Martin Luther King Jr.
Biografi Martin Luther King Jr.

Martin Luther King Jr, terlahir dengan nama Michael Luther King Jr, pada 15 Januari 1929 di Atlanta, Georgia, AS. Martin Luther King Jr, adalah pendeta dan aktivis yang menjadi juru bicara dan pemimpin gerakan hak sipil tahun 1954 sampai 1968.

King dikenal karena menuntut hak sipil dengan cara non-kekerasan dan ketidakpatuhan sipil sesuai ajaran Kristen dan terinspirasi oleh aktivisme damai Mahatma Gandhi. King memimpin boikot bus Montgomery tahun 1955.

Pada tahun 1957, ia menjadi presiden pertama Southern Christian Leadership Conference (SCLC). Di SCLC, ia memimpin perjuangan melawan segregasi 1962 di Albany, Georgia dan membantu unjuk rasa damai di Birmingham, Alabama, tahun 1963. 

Baca Juga: Pengertian Segregasi Sosial, Bentuk, dan Jenisnya

King turut menyelenggarakan March on Washington tahun 1963; di sana ia menyampaikan pidato "I Have a Dream".

Pada tanggal 14 Oktober 1964, King dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas jasanya melawan kesenjangan ras melalui perlawanan damai. Tahun 1965, ia ikut memimpin pawai Selma ke Montgomery.

Tahun selanjutnya, ia dan SCLC membawa gerakan ini ke Chicago untuk menyoroti persoalan segregasi perumahan. Menjelang akhir hayatnya, ia mulai menyoroti kemiskinan dan Perang Vietnam.

Ia berseberangan dengan para sekutu liberalnya setelah menyampaikan pidato "Beyond Vietnam" tahun 1967. J. Edgar Hoover mencap King sebagai orang radikal dan menjadikannya target pengintaian COINTELPRO FBI sejak 1963.

Agen FBI menyelidiki dugaan hubungan dengan orang-orang komunis, merekam hubungan luar nikahnya dan melaporkannya ke pejabat pemerintah, dan mengirim surat ancaman anonim ke King agar ia bunuh diri.

Pada tahun 1968, King merencanakan pendudukan rakyat di Washington, D.C., dengan judul Poor People's Campaign, tetapi ia dibunuh oleh James Earl Ray pada tanggal April 4 di Memphis, Tennessee; kerusuhan pecah di berbagai kota di Amerika Serikat.

Ia dianugerahi Presidential Medal of Freedom dan Congressional Gold Medal secara anumerta. Hari Martin Luther King Jr. diresmikan sebagai hari libur di berbagai kota dan negara bagian pada tahun 1971, kemudian hari libur federal pada tahun 1986.
 

Peran Martin Luther King Jr.

Peran Martin Luther King Jr dalam gerakan hak sipil yang paling dominan, yaitu mengakhiri undang-undang mengenai pemisahan rasial antara keturunan Afrika-Amerika dan kulit putih di AS, utamanya di wilayah selatan.

Peran dan perjuangan King melawan undang-undang tersebut membawanya meraih penghargaan Nobel Perdamaian pada 1964. Martin Luther King Jr dimakamkan di Georgia dan dihadiri sedikitnya 300 ribu orang.

Gerakan Boikot Martin Luther King Jr.

Di tahun 1955, Asosiasi Nasional untuk Warga Kulit Berwarna (NAACP), organisasi hak sipil yang memperjuangkan persamaan hak bagi warga kulit hitam dengan kulit putih, melancarkan aksi boikot terhadap jasa bus umum.

Aksi tersebut dipicu peraturan yang mewajibkan warga keturunan Afrika Amerika untuk menyerahkan kursi mereka kepada warga kulit putih di bus.

Saat itu, seorang warga Afrika Amerika, Rosa Park (42) dihukum denda 10 dollar AS karena tindakannya yang menolak menyerahkan tempat duduknya di bus untuk penumpang warga kulit putih.

King Jr ditunjuk sebagai pemimpin aksi boikot. Dia terpilih karena kemampuannya berbicara di hadapan publik, selain juga demi mendapat pengakuan dari komunitas kulit hitam yang baru diikutinya.

Berkat kemampuannya dalam berbicara, pidato Martin Luther King Jr saat itu berhasil memberi kekuatan baru ke dalam upaya memperjuangkan hak sipil di Alabama.

Namun, selama aksi boikot bus yang berlangsung selama lebih dari satu tahun, membuat warga keturunan Afrika Amerika di Montgomery mendapat tekanan dan intimidasi.

Belum lagi harus berjalan ke tempat kerja karena menolak menggunakan bus. Karena aksi boikot itu pula, tempat tinggal King Jr sempat mendapat serangan dari oknum tak dikenal.

Komunitas warga Afrika Amerika juga mengambil tindakan hukum untuk memperjuangkan hak sipil mereka, melawan undang-undang yang mengatur pemisahan rasial dalam kendaraan umum.

Upaya mereka membuahkan hasil dan peraturan yang memisahkan tempat duduk bagi warga keturunan Afrika Amerika dengan warga kulit putih akhirnya dicabut.

Setelah keberhasilan itu, Martin Luther King Jr bersama sekitar 60 pendeta dan aktivis hak sipil mendirikan Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan (SCLC) untuk memanfaatkan otoritas moral dan menyusun kekuatan gereja-gereja komunitas warga kulit hitam.

Perlawanan Tanpa Kekerasan Martin Luther King Jr.

Februari 1960, komunitas mahasiswa Afrika Amerika di Greensboro, Carolina Utara, melancarkan aksi menentang aturan pemisahan tempat duduk di kantin dan restoran kota.

Mereka melakukan aksi duduk di kursi yang dikhususkan bagi warga kulit putih dan tetap bertahan saat diminta pindah, membuat para peserta aksi menerima kekerasan fisik maupun verbal.

Mendengar adanya aksi tersebut, Martin Luther King Jr bersama SCLC mendukung para mahasiswa tersebut dengan menekankan agar mereka tetap menggunakan metode protes tanpa kekerasan.

Setelah beberapa bulan melancarkan aksi protes, tepatnya pada Agustus 1960 gerakan tersebut berhasil menghentikan aturan pemisahan tempat duduk berdasarkan warna kulit di 27 kota.

Musim semi 1963, King Jr menggerakkan massa untuk berdemonstrasi damai di pusat kota Birmingham, Alabama dan akhirnya dipenjara.

Selama dalam penjara dia menuliskan surat yang menguraikan gambaran perlawanan tanpa kekerasan terhadap rasisme. Tulis yang kemudian disebut dengan "Surat dari Penjara Birmingham" itu membuatnya kian dikenal.

Pada 28 Agustus tahun yang sama, pidato yang disampaikan Martin Luther King Jr dalam sebuah aksi demonstrasi besar-besaran yang diikuti 200.000 orang di Lincoln Memorial di Washington menjadi momen bersejarah.

Dalam pidato berjudul "I Have a Dream" atau Saya Mempunyai Mimpin, Martin Luther King Jr mengungkapkan keyakinannya bahwa suatu saat setiap manusia di AS akan dapat saling bersaudara tanpa memperhatikan warna kulit.

Pidato itu membuat gelombang perlawanan yang mempertanyakan hukum yang memperlakukan warga keturunan Afrika Amerika sebagai penduduk kelas dua. Akhirnya pada 1964, Undang-undang Hak Sipil 1964 diloloskan pemerintah federal.

Undang-undang tersebut melarang adanya diskriminasi rasial di fasilitas milik publik. Di tahun yang sama, Martin Luther King Jr menerima penghargaan Nobel Perdamaian.

Akhir Kehidupan Martin Luther King Jr.

Meski Undang-undang Hak Sipil telah disahkan pada 1964, namun praktik dalam penerapannya cukup lambat. Namun Martin Luther King Jr tak lelah dalam menyuarakan hak-hak sipil.

Pada 1968 sebuah aksi pemogokan yang dilakukan para pekerja sanitasi di Memphis menjadi panggung terakhir perjuangan Martin Luther King Jr. Tanggal 3 April, dia berkesempatan menyampaikan pidato di hadapan para peserta aksi.

Namun sehari setelahnya, pada 4 April 1968, saat sedang keluar di balkon kamar hotel tempatnya menginap, sebuah peluru tiba-tiba mengenainya dan membunuhnya. Si penembak jitu, yang diketahui bernama James Earl Ray ditahan dua bulan setelah insiden berkat perburuan internasioanl.

Dia mengaku melakukan pembunuhan terhadap Martin Luther King Jr dan dijatuhi hukuman 99 tahun penjara pada 1969. Namun dia meninggal di penjara pada 1998.

Meski telah meninggal dunia, peninggalan Martin Luther King Jr terhadap persamaan hak sipil tetap bertahan dengan disahkannya Undang-undang Hak Sipil 1968.

Dalam undang-undang tersebut mengatur larangan diskriminasi dalam perumahan dan transaksi terkait perumahan atas dasar ras, agama, atau asal negara.

Undang-undang ini menjadi penghargaan terhadap perjuangan King Jr di tahun-tahun terakhirnya memerangi diskriminasi ras di AS.

Baca Juga: Pengertian Diskriminasi, Sebab, Jenis, dan Bentuknya

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://internasional.kompas.com
https://kumparan.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment