Tragedi Semanggi I: Sejarah, Latar Belakang, Kronologi, dan Dampaknya
Table of Contents
Sejarah Tragedi Semanggi I
Tragedi Semanggi di Jakarta, Indonesia adalah dua insiden ketika pasukan negara menembaki warga sipil tak bersenjata dan para pengunjuk rasa selama sesi khusus parlemen. Insiden pertama, yang dikenal sebagai Semanggi I, terjadi pada tanggal 13 November 1998 dan menewaskan 17 orang. Insiden kedua, Semanggi II, terjadi pada tanggal 24 September 1999 dan menewaskan 12 orang dan melukai lebih dari 200 orang. Tragedi Semanggi merujuk pada dua aksi protes masyarakat dan mahasiswa terhadap pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa MPR di awal pemerintahan Presiden BJ Habibie. Peristiwa ini disebabkan oleh ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Tragedi Semanggi merupakan bentuk pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia yang hingga kini, upaya penyelesaian kasus tersebut belum juga menemui titik terang.
Latar Belakang Tragedi Semanggi I
Pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Presiden RI. Setelah itu, Indonesia mengalami transisi pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden BJ Habibie, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden. BJ Habibie pun mengumumkan susunan Kabinet Reformasi di tengah gejolak masyarakat yang mengawal proses transisi pemerintahan. Mahasiswa dan masyarakat bergejolak kembali karena tidak menginginkan BJ Habibie dan para anggota DPR/MPR saat itu, yang dinilai sebagai kepanjangan tangan Orde Baru. Mereka mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik serta pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.
Pada November 1998, pemerintahan transisi Indonesia dijadwalkan mengadakan Sidang Istimewa (SI) MPR untuk membahas mengenai pemilihan umum (pemilu) berikutnya dan agenda-agenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa dan masyarakat gencar melakukan demonstrasi memenuhi jalan-jalan Jakarta untuk menolak SI MPR 1998.
Aksi penolakan terhadap SI MPR 1998 berujung pada peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Tragedi Semanggi I.
Kronologi Tragedi Semanggi I
Demonstrasi untuk menolak SI MPR 1998 berlangsung pada 11-13 November 1998. Pada 11 November, mahasiswa dan masyarakat bergerak dari Jalan Salemba. Mereka terlibat bentrok dengan Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa atau Pam Swakarsa (kelompok sipil bersenjata yang dibentuk TNI) di Kompleks Tugu Proklamasi.Ketegangan mulai meningkat saat demonstrasi pada 12 November 1998. Ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat bergerak ke gedung DPR atau MPR dari Semanggi, Slipi, dan Kuningan.
Meski demikian, tidak ada satu pun yang berhasil sampai kompleks wakil rakyat itu karena dikawal dengan sangat ketat oleh aparat keamanan. Menurut paper internasional dari Ian Wilson yang terbit di National Library of Australia pada 2005, sebanyak 30 ribu warga sipil direkrut tentara dan dimobilisasi ke sekitar gedung parlemen.
Malam harinya, bentrok tak terelakkan antara mahasiswa dan aparat di daerah Slipi dan Jalan Sudirman. Puluhan mahasiswa ada yang dilarikan ke rumah sakit dan ribuan lainnya dievakuasi ke Universitas Atma Jaya.
Seorang pelajar bernama Lukman Firdaus ditemukan terluka berat dan masuk rumah sakit. Namun, beberapa hari kemudian, ia dikabarkan sudah meninggal dunia.
Puncaknya, pada 13 November 1998, jumlah aparat yang menghadang mahasiswa dan masyarakat semakin banyak. Bahkan, mereka dikepung dari dua arah sepanjang Jalan Sudirman dengan kendaraan lapis baja.
Aparat gabungan TNI-Polri pun berupaya membubarkan massa aksi yang berada di Semanggi dan sekitarnya. Namun, mahasiswa mencoba bertahan hingga terjadilah penembakan dari aparat ketika mahasiswa sedang duduk di jalan.
Salah satu mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (ITI), Teddy Wardhani Kusuma, merupakan korban meninggal dunia pertama pada hari itu. Hal itu membuat mahasiswa berlarian ke Universitas Atma Jaya untuk berlindung dan merawat mereka yang terluka.
Nahas, peristiwa tragis juga terjadi di kampus tersebut saat peluru tajam bersarang di dada Bernardus Realino Norma Irmawan alias Wawan, mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya. Wawan ditembak saat berupaya menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus.
Korban pun semakin berjatuhan, baik yang tertembak hingga tewas maupun terluka. Tercatat, 17 orang tewas dan 109 lainnya terluka dalam insiden yang dikenal dengan Tragedi Semanggi I tersebut.
Selain Teddy dan Wawan, tiga korban tewas lainnya juga berstatus mahasiswa, yaitu Sigit Prasetya, Engkus Kusnadi, dan Heru Sudibyo.
Dampak Tragedi Semanggi I
Peristiwa Semanggi yang termasuk sebagai pelanggaran HAM, menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat maupun mahasiswa. 1. Jatuhnya banyak korban dari warga sipil, termasuk mahasiswa.
2. Ratusan orang mengalami luka-luka.
3. Rasa trauma yang dialami oleh masyarakat.
Sumber:
https://www.kompas.com
https://www.detik.com
https://kumparan.com
Download
Post a Comment