Peristiwa Merah Putih di Manado: Sejarah, Latar Belakang, Tokoh, dan Dampaknya
Table of Contents
Sejarah Peristiwa Merah Putih di Manado
Peristiwa Merah Putih di Manado adalah peristiwa penyerbuan markas militer Belanda yang terjadi di Teling, Manado, 14 Februari 1946. Peristiwa ini merupakan bentuk perlawanan rakyat Sulawesi Utara demi mempertahankan kemerdekaan serta menolak provokasi tentara Belanda.Bentuk perlawanan mereka tersebut ditunjukkan dengan cara merobek bendera Belanda, yang awalnya berwarna merah, putih, biru, menjadi merah putih. Bendera tersebut kemudian dikibarkan di atas gedung markas Belanda.
Latar Belakang Peristiwa Merah Putih di Manado
Peristiwa ini terutama dilatarbelakangi oleh adanya provokasi yang dilakukan Belanda yang mana menjadi bentuk perlawanan masyarakat Sulawesi Utara terhadap provokasi Belanda tersebut.Saat itu, Belanda mengklaim bahwa kemerdekaan Indonesia hanya untuk Jawa dan Sumatra saja. Bermula dari rakyat Manado yang baru mengetahui tentang kemerdekaan Indonesia, yaitu pada 24 Agustus 1945. Mereka mengetahuinya melalui berita.
Kronologi peristiwa Merah Putih di Manado diawali dengan berita kemerdekaan Indonesia tersebut. Saat itu, mereka pun mengibarkan bendera merah putih di berbagai tempat, seperti di halaman rumah, sudut-sudut jalan, hingga kantor bekas penguasa kolonial Jepang.
Meski sudah diumumkan mengenai kemerdekaan, Belanda tetap ingin dan berusaha menguasai Manado. Kemudian, sekitar Oktober 1945, tentara Belanda atau yang memiliki sebutan NICA (Netherland Indies Civil Administration) datang ke Manado.
Tentu saja rakyat Manado langsung menolak keras kehadiran tentara Belanda. Perlawanan rakyat akhirnya menciptakan peperangan baru yang juga memicu banyak daerah ikut serta dan memanas. Misalnya, rakyat yang tinggal di Manado, Tomohon, serta Minahasa.
Tokoh Peristiwa Merah Putih di Manado
Tokoh-tokoh dalam peristiwa ini antara lain Letnan Kolonel Taulu sebagai pemimpin militer bersama Sersan Wuisan. Mereka memberi komando kepada pasukan untuk secepatnya mengambil alih kembali ke markas pusat yang mana sudah mulai dikuasai oleh Belanda.Rencana perlawanan tersebut telah dirancang sejak 7 Februari 1946. Bisa dikatakan Belanda memang cukup lama ingin mencoba menguasai Sulawesi Utara.
Rakyat bersama tokoh-tokoh besar pun sudah mengetahuinya. Rencana untuk merebut kembali markas juga dibantu oleh politisi sipil, Bernard Wilhem Lapian.
Bukan hanya rakyat, tentara, juga para tokoh peristiwa Merah Putih di Manado saja, banyak himpunan rakyat di Sulawesi Utara ikut terlibat. Salah satunya adalah KNIL yang berasal dari barisan pejuang dan laskar rakyat dari kalangan pribumi.
Peristiwa ini pun kemudian dikenang, khususnya untuk mengenang jasa dari para tokoh dan pahlawan di Manado, melalui pembangunan sebuah monumen.
Sebuah monumen BW Lapian dan Ch Ch Taulu yang berlokasi di Jalan raya Kawangkoan - Tampaso, Minahasa dibangun dan diresmikan pada 30 November 1987. Saat ini, monumen tersebut menjadi bagian ikon Manado.
Dampak Peristiwa Merah Putih di Manado
Dampak peristiwa merah putih di Manado, terjadi beberapa peristiwa lanjutan di dunia dan juga dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.1. Dampak Bagi Dunia
Peristiwa merah putih disiarkan secara berturut – turut oleh radio – radio Australia, San Fransisco dan BBC London serta harian Merdeka dari Jakarta. Mereka menyiarkan tentang “Pemberontakan Besar di Minahasa”. Peristiwa ini membawa dampak pada tentara sekutu yang terdiri dari AS, Inggris dan Belanda sangat menggemparkan.
Para tentara AS yang ingin pulang ke tanah air masih mempunyai kewajiban untuk mendeportasi 8000 tawanan tentara Jepang di Girian. Tentara Belanda menjadikan Minahasa sebagai basis yang kuat untuk menyerang Republik Indonesia dengan pusat di Yogyakarta, tetapi justru harus menyerahkan diri kepada pasukan TRISU-Taulu di Teling.
Peristiwa yang terjadi pada tanggal 14 Februari 1946 tersebut tercatat dalam sejarah dunia karena wakil dari tentara sekutu Inggris di Makassar, Kolonel Purcell memberi pernyataan perang dengan kekuasaan Sulawesi Utara (Lapian-Taulu). Pernyataan perang tersebut dikeluarkan karena Sulawesi Utara dianggap sebagai negara merdeka yang memiliki wilayah, pemerintahan, tentara dan rakyatnya sendiri.
2. Dampak Bagi Sejarah Indonesia
Tugas kepada seluruh bangsa Indonesia yang tercantum dalam proklamasi telah dilaksanakan oleh Lapian dan Taulu melalui peristiwa merah putih 14 Februari 1946 dengan sangat berhasil. Walaupun mereka hanya bisa merebut kekuasaan selama 14 hari hingga 11 Maret 1946, dan dilanjutkan dengan revolusi kemerdekaan hingga akhir tahun 1950 yang diakhiri dengan Konferensi Meja Bundar.
Selama terjadinya perang kemerdekaan RI sejak tahun 1945 – 1949, hanya dampak peristiwa merah putih di Manado inilah yang berhasil merebut kekuasaan dari Belanda dan menggantikannya dengan pemerintahan nasional dipimpin oleh Lapian dan Taulu. Ketika itu semua pejabat Belanda NICA dan KNIL ditangkap lalu dideportasi ke Morotai.
Pada tahun 1946 – 1948 disepakati oleh pihak RI dan Belanda melalui perjanjian Linggarjati dan sejarah perjanjian Renville bahwa wilayah nusantara di luar Jawa – Sumatera tidak menjadi wilayah kekuasaan Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta.
Akan tetapi Lapian – Taulu sebagai pemerintah Merah Putih menyatakan dalam rapat umum di Lapangan Tikala, Manado pada 22 Februari 1946 bahwa Sulawesi Utara merupakan bagian dari NKRI yang pusat pemerintahannya berada di Yogya.
3. Dampak Terhadap Diplomasi Luar Negeri
Kejadian tersebut diberitakan berulang lewat siaran radio serta telegraf Dinas Penghubung Militer di Manado, kemudian siaran tersebut diteruskan oleh kapal perang Australia SS ‘Luna’ ke markas besar Sekutu di Brisbane.
Radio Australia kemudian menjadikan pemberontakan Lapian – Taulu sebagai berita utama. BBC London serta Radio San Fransisco Amerika Serikat kemudian juga menyebarluaskan cerita tersebut. Direbutnya tangsi militer Teling dan pengibaran bendera merah putih memukul Belanda dengan telak.
Peristiwa itu berhasil menggagalkan provokasi Belanda di luar negeri. Belanda tadinya menyebarluaskan bahwa hanya pulau Jawa yang masih berjuang untuk merebut kemerdekaan di Indonesia. Belanda juga menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan tidak diperjuangkan semua rakyat Indonesia dan kekuasaan di daerah lain selain Jawa masih milik Belanda.
Kebangkitan rakyat Manado, Minahasa dan seluruh rakyat Sulut untuk merebut kekuasaan memberi dampak peristiwa merah putih di Manado yang positif bagi perjuangan diplomasi Indonesia di luar negeri.
Dengan adanya peristiwa ini membuka mata dunia bahwa seluruh rakyat Indonesia menginginkan dan berjuang untuk kemerdekaan. Peristiwa itu mempercepat pengakuan internasional terhadap kemerdekaan RI. Melalui peristiwa merah putih di Manado pada 14 Februari 1946, Indonesia dapat meyakinkan dunia bahwa perjuangan kemerdekaan dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Sumber:
https://kumparan.com
https://elshinta.com
https://www.kompas.com
Download
Post a Comment