Perang Yom Kippur: Sejarah, Latar Belakang, Kronologi, Akhir, dan Dampaknya
Table of Contents
Sejarah Perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur adalah perang yang terjadi pada tanggal 6 - 26 Oktober 1973 antara negara Israel melawan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah. Perang ini berakhir dengan kemenangan Israel dan kekalahan telak Mesir, serta diadakannya gencatan senjata pada Konferensi Camp David. Perang Yom Kippur ini merupakan pertempuran yang terjadi saat hari Yom Kippur. Yom Kippur merupakan hari paling suci dalam kalender Yahudi, yang juga berarti Hari Penebusan. Perang ini juga bertepatan dengan bulan Ramadan bagi umat Islam sehingga dinamakan juga Perang Ramadan 1973.
Penyebab Perang Yom Kippur 1973 adalah Mesir dan Suriah yang berusaha merebut kembali wilayah yang lepas ke tangan Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Alasan mengapa Israel menyerang Mesir waktu itu adalah nasionalisasi Terusan Suez oleh pemimpin Mesir, Jenderal Gamal Abdul Nasser, pada Juli 1956.
Latar Belakang Perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur adalah lanjutan dari Perang Enam Hari yang dimenangi Israel dengan menakjubkan pada 1967, membuat wilayah negara tersebut empat kali lebih luas dari ukuran sebelumnya. Kala itu Mesir kehilangan Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza seluas 23.500 mil persegi, Jordania kehilangan Tepi Barat serta Yerusalem Timur, dan Suriah kehilangan Dataran Tinggi Golan yang strategis.
Kemudian, saat Anwar Sadat (1918-1981) menjadi presiden Mesir pada 1970, dia menyadari negaranya bermasalah secara ekonomi akibat kalah perang melawan Israel. Menurut penjelasan History, Sadat ingin berdamai untuk mencapai stabilitas dan menguasai Sinai lagi.
Namun, dengan situasi Israel menang perang 1967 tidak mungkin lawannya itu mau berdamai dan menguntungkan Mesir. Sadat lalu menyusun rencana untuk menyerang Israel lagi, yang kalaupun kembali gagal, setidaknya dapat meyakinkan Israel mereka butuh perdamaian dengan Mesir.
Sadat memulainya dengan mengusir 20.000 penasihat Soviet dari Mesir dan membuka jalur diplomatik baru dengan Washington DC sebagai sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS) akan menjadi mediator penting dalam setiap pembicaraan damai berikutnya.
Sadat juga membentuk aliansi baru dengan Suriah untuk membuat serangan terencana terhadap Israel.
Kronologi Perang Yom Kippur
Pada September 1967, negara-negara Arab bertemu dalam KTT Arab di Khartoum, Sudan. Delapan negara Arab seperti Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon, Irak, Aljazair, Kuwait, dan Sudan, mengeluarkan resolusi: melarang negara Arab mana pun untuk berdamai, mengakui, dan bernegosiasi dengan Israel.Permusuhan setelah Perang Enam Hari meningkat. Presiden Mesir Anwar Sadat pada Desember 1970 memberi isyarat untuk "mengakui hak-hak Israel sebagai negara merdeka" dengan penarikan total dari Semenanjung Sinai.
Ini adalah pertama kalinya negara Arab melakukan perjanjian perdamaian dengan Israel. Tidak berhenti di sana, proposal tersebut memiliki perselisihan tentang perbatasan Israel-Mesir, terutama tentang Jalur Gaza. Israel yang dipimpin Perdana Menteri Golda Meir menolak, walau AS geram dengan tanggapan dingin itu.
Israel mengklaim bahwa sebenarnya punya keinginan untuk mengembalikan Sinai ke Mesir dan Dataran Tinggi Golan ke Suriah pada 19 Juni, tak lama dari Perang Enam Hari. Pengembalian ini dengan satu syarat: Mesir dan Suriah harus berdamai dengan Israel.
Namun, keputusan ini tidak dipublikasikan dan disampaikan ke negara-negara Arab. Menteri Luar Negeri Israel Abba Eban mengatakan sudah, tetapi tidak punya bukti kuat.
Kebuntuan ini menegangkan situasi pada 1973. Mesir menyelenggarakan latihan militer antara Mei dan Agustus 1973 di dekat perbatasan. Suriah pun mengikuti menjelang perang pecah di Dataran Tinggi Golan. Aktivitas ini pun diamati oleh intelijen Israel.
Israel mencurigai adanya indikasi peperangan, sebab jumlah unit lapisan baja dari Mesir dan Suriah bertambah. Warga sipil Uni Soviet segera meninggalkan Mesir dan Suriah, membuat Israel semakin terkejut dan yakin bahwa akan terjadi perang. Pasukan Israel di Semenanjung Sinai bersiaga bila terjadinya pertempuran dari Mesir.
Siang hari 6 Oktober 1973, militer Mesir yang berada di Terusan Suez menyerang pasukan Israel yang berada di Semenanjung Sinai. Penyerangan ini didukung dengan helikopter untuk menyeberangi terusan. Tidak mau ketinggalan, Suriah juga melakukan penyerangan terhadap warga Israel di Dataran Tinggi Golan.
Perang pecah pada hari suci Yom Kippur di saat bersamaan dengan bulan suci Ramdan. Hari raya Yom Kippur, umat Yahudi berpuasa 25 jam lamanya sejak matahari tenggelam pada 10 Tishri dalam kalender mereka. Israel menjadikan Yom Kippur sebagai hari libur, membuat banyak unit tentara yang berada di kediamannya masing-masing.
Perang Yom Kippur dibuka dengan penyerangan yang berlangsung pada hari ke-10 Ramadan. Tentara Mesir dan Suriah yang mayoritas beragam Islam juga berpuasa, tetapi dengan gigihnya untuk bertempur menghadapi Israel.
Di Dataran Tinggi Golan yang merupakan milik mereka sebelum Perang Enam Hari, Suriah menyerang dari udara dan menggunakan artileri pada barisan depan Israel, kemudian diikuti tank.
Barisan tentara Suriah bagian selatan di Golan akhirnya berhasil menerobos, dan pertempuran berlangsung sengit. Israel terbukti mampu bertahan dan maju melawan Suriah. Sampai pada 10 Oktober, Suriah didorong untuk kembali ke garis gencatan senjata tahun 1967--di luar Golan.
Tidak berhenti di situ, Israel pun melancarkan serangan balik dengan melampaui garis gencatan senjata. Tiba-tiba, tank Irak datang ke tempat kejadian dan langsung menyerang tank-tank Israel. Sontak, serdadu Israel terpaksa mundur dan kehilangan 80 tank.
Di sini, Suriah mendapatkan kembali keunggulan dalam Perang Yom Kippur. Akan tetapi, tentara Israel segera merebut Gunung Hermon yang membuat Dataran Golan dikuasai. Di sini, Israel dapat meletakkan artileri jarak jauh yang punya hulu tembak mencapai pinggiran Damaskus.
Sedangkan di Mesir, mereka menggunakan meriam air yang dipasang pada kendaraan lapis baja. Meriam ini digunakan untuk melubangi dinding pasir yang dibangun Israel, sehingga tank dapat lewat pada 6 Oktober. Semua kendaraan perang Mesir berhasil melintasi Teusan Suez dari peralatan Uni Soviet.
Israel sempat mencoba melakukan serangan balik terhadap Mesir, tetapi upaya pertama mereka gagal. Kegagalan ini juga karena tidak dapat didukung oleh pesawat tempur yang sedang mengalami kendala.
Di sini, Israel tidak mampu menahan serangan Mesir, bahkan pertempuran tank berat terjadi. Hal ini membuat AS mengirimkan bantuan ke Israel atas perhatian dari Presiden Richard Nixon terhadap Perang Yom Kippur.
Barulah pada 15 Oktober, Israel melancarkan serangan balik, bahkan melintasi Terusan Suez di selatan. Pada kondisi ini, Tentara Ketiga Mesir terpisah dari pasukan lainnya dan terkepung.
Tentara yang berhasil diselamatkan setelah PBB mengeluarkan kesepakatan gencatan senjata pada 22 Oktober dan menghentikan Perang Yom Kippur. Mesir, Suriah, dan Israel sepakat untuk melakukan gencatan senjata, agar tidak menimbulkan korban jiwa lebih banyak.
Akhir Perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur menunjukkan keberhasilan awal perang pada Mesir, walaupun pada akhirnya kalah. Setelah perang selesai, Sadat bertemu dengan para pemimpin Israel untuk membangun perdamaian dalam Perjanjian Camp David tahun 1978.Akan tetapi, keputusan ini dibenci oleh negara-negara Arab lainnya, kalangan fundamentalis Islam, mahasiswa Mesir, dan para aktivis kemerdekaan Palestina. Keputusannya inilah yang kelak menjadi alasan pembunuhan terhadapnya pada 1981.
Dampak Perang Yom Kippur
Kemenangan Israel didapat dengan mengorbankan banyak tentara, kurang lebih 2.800 korban tewas, sehingga rakyat mengkritik pemerintah kurang siap. Akhirnya pada April 1974, perdana menteri Golda Meir (1898-1978) mengundurkan diri. Sementara itu bagi Mesir, meski kalah lagi dari Israel, Perang Yom Kippur meningkatkan prestise Sadat di Timur Tengah dan memberinya kesempatan menjalin perjanjian damai.
Ia berhasil melakukannya dua kali. Pertama pada 1974 dengan Israel mengembalikan sebagian Sinai ke Mesir, kedua tahun 1979 bersama PM Menachem Begin menandatangani perjanjian damai. Selanjutnya pada 1982 Israel memenuhi perjanjian damai 1979 dengan mengembalikan bagian terakhir Semenanjung Sinai ke Mesir.
Sebaliknya bagi Suriah, Perang Yom Kippur adalah bencana. Gencatan senjata Mesir-Israel yang tak terduga membuat militer Suriah rentan kalah. Israel pada akhirnya merebut lebih banyak wilayah di Dataran Tinggi Golan. Kemudian, pada 1979 Suriah bersama negara-negara Arab lainnya memilih untuk mendepak Mesir dari Liga Arab.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://internasional.kompas.com
https://nationalgeographic.grid.id
Download
Post a Comment