Perang Paregreg: Sejarah, Latar Belakang, Kronologi, dan Dampaknya
Sejarah Perang Paregreg
Perang Paregreg (Regreg) adalah perang saudara antara istana barat Majapahit yang dipimpin Wikramawardhana, melawan istana timur yang dipimpin Bhre Wirabhumi. Perang ini terjadi tahun 1404–1406 dan menjadi penyebab utama kemunduran Majapahit. Regreg /Legreg merupakan sebuah kosakata dalam bahasa Jawa yang berarti rusak.
Kekalahan Bhre Wirabhumi disebabkan oleh pengkhianatan patihnya yaitu Raden Gajah/Minak Jinggo yang membelot ke Wikramawardhana dan akhirnya Raden Gajah/Minak Jinggo dihukum Mati oleh Suhita cucu Bhre Wirabhumi (diabadikan dalam cerita Minak Jinggo vs Damarwulan).
Sebenarnya, Kerajaan Majapahit sudah beberapa kali menghadapi perang saudara, namun Perang Paregreg berdampak sangat besar. Meski hanya berlangsung dua tahun, namun perang ini menjadi salah satu penyebab melemahnya Kerajaan Majapahit.
Dikutip dari laman medan.tribunnews.com, hal ini terjadi setelah meninggalnya raja Hayam Wuruk sekitar tahun 1389. Setelah itu, Kerajaan Majapahit menghadapi masalah perebutan takhta pemerintahan di antara para penguasa daerah yang sebagian besar merupakan kerabat raja.
Latar Belakang Perang Paregreg
Dikutip dari buku Sejarah Kelam Kerajaan Majapahit Jejak-jejak Konflik Kekuasaan dan Tumbal Asmara di Majapahit karya Peri Mardiyono, secara garis besar, penyebab Perang Paregreg adalah pertikaian antara istana barat dan istana timur. Hal ini berawal dari munculnya Keraton baru di Pemotang tahun 1376, yang letaknya di timur Kerajaan Majapahit.
Keraton baru ini dipimpin oleh Bhre Wengker atau Wijayarajasa yang merupakan suami Rajadewi. Rajadewi sendiri adalah bibi dari Raja Hayam Wuruk, ini yang membuat Wijayarajasa berambisi untuk menggantikan Hayam Wuruk menjadi Raja Majapahit.
Hayam Wuruk selama menjadi raja Majapahit memiliki putra dari selirnya bernama Bhre Wirabhumi. Kemudian Bhre Wirabhumi dinikahkan dengan Nagarawardhani yang merupakan cucu dari Rajadewi.
Setelah Wijayarajasa wafat, Bhre Wirabhumi kemudian diangkat menjadi raja di istana timur. Sedangkan di istana barat dipimpin oleh Wikramawardhana sebagai menantu Hayam Wuruk.
Istana barat dan istana timur mulai bergejolak saat Bhre Wirabhumi mengangkat istrinya, Nagarawardhani menjadi Bhre Adipati Lasem. Kabar tersebut membuat Wikramawardhana juga ikut mengangkat Kusumawardani, istrinya menjadi Bhre Lasem.
Setelah kematian Nagarawardhani dan Kusumawardhani tahun 1400, Wikramawardhana segera mengangkat Istri Bhre Tumapel menjadi Bhre Lasem. Semenjak itu, pertengkaran antara istana barat dan timur menjadi semakin sengit.
Akhirnya meletuslah Perang Paregreg pada tahun 1404 yang memicu berbagai dampak bagi Kerajaan Majapahit. Salah satunya yaitu banyak daerah kekuasaan yang melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit.
Bahkan wilayah kekuasaan Majapahit di luar Pulau Jawa banyak melepaskan diri dengan cepat, ini membuat wilayah Kerajaan Majapahit semakin sempit. Selain itu, Perang Paregreg juga memakan banyak korban meski hanya berlangsung dua tahun.
Kronologi Perang Paregreg
Sesuai nama Paregreg yang berasal dari istilah dalam bahasa Jawa Kuno, peperangan ini terjadi dalam beberapa tahap dengan tempo yang lambat. Hal ini menjelaskan jalannya Perang Paregreg yang berlangsung antara tahun 1404 hingga 1406.
Perang saudara ini berjalan secara bertahap dengan kemenangan yang terjadi silih berganti. Selama dua tahun tersebut, kemenangan kadang didapat oleh istana barat dan kemudian berganti dimenangkan istana timur.
Hingga di tahun 1906, akhirnya Perang Paregreg dimenangkan oleh istana barat yang dipimpin oleh Bhre Tumapel, putra dari Wikramawardhana yang dapat menguasai istana timur. Dalam Perang Paregreg, Bhre Wirabhumi yang memimpin istana timur tewas.
Walau peperangan sudah usai, ternyata pertikaian antara dua istana itu masih menyebabkan dampak luar biasa pada Kerajaan Majapahit.
Dampak Perang Paregreg
Dampak perang Paregreg bagi Majapahit sangat terasa, karena selain memakan banyak korban akibat perang tersebut, Majapahit tidak lagi mampu menguasai daerah jajahannya yang sangat luas.
Ketika Perang Paregreg masih berlangsung, pada tahun 1405 Kalimantan Barat direbut oleh Kerajaan Cina, setelah itu Palembang, Melayu, Brunei dan Malaka beserta beberapa kerajaan lainnya juga berusaha merebut kemerdekaan dari Majapahit.
Pemberontakan pemukiman Majapahit pada saat Perang Paregreg menunjukkan bahwa Majapahit pada saat itu benar-benar tidak berdaya untuk mengurus pemukimannya yang luas, karena negara mereka sedang dalam kekacauan. Meski begitu, setelah Perang Paregreg berakhir, Majapahit juga berusaha merebut kembali wilayah jajahannya, kemungkinan Palembang dan Melayu.
Selain mempengaruhi banyak kerajaan taklukan yang ingin merdeka, Majapahit juga memiliki hubungan dengan kerajaan Cina, seperti dalam perang paregreg Majapahit Barat membunuh 170 utusan kerajaan Cina dalam penyerangan ke Majapahit Timur. Kejadian ini membuat Majapahit membayar 60.000 tahil emas kepada kerajaan Cina.
Sumber:
https://kumparan.com
https://regional.kompas.com
https://www.kompasiana.com
Download
Post a Comment