Deklarasi Balibo: Sejarah, Latar Belakang, Kronologi dan Tujuannya

Table of Contents

Deklarasi Balibo
Apa Itu Deklarasi Balibo?

Deklarasi Balibo adalah sebuah deklarasi oleh rakyat Timor Portugis di Balibo, Timor Leste untuk bergabung dengan Bangsa Indonesia. Deklarasi ini dilontarkan oleh Francisco Xavier Lopes da Cruz pada 30 November 1975, mewakili tiga partai politik, di antaranya adalah Partai Klibur Oan Timor Asu'wain (KOTA), Uni Demokrasi Timor (UDT) dan Associacao Popular Democratica de Timor Pro Referendo (APODETI).
 
Saat deklarasi ini dilontarkan, dua hari sebelumnya (28 November 1975), ada pula Partai Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente (Fretilin), yang juga telah mengumandangkan kemerdekaan wilayah Timor Timur dari penjajahan Portugis, dan menjadi negara sendiri.

Latar Belakang Deklarasi Balibo

Sejak abad ke-16, wilayah Timor Leste menjadi daerah koloni Portugis. Peristiwa kudeta militer di Portugal oleh Jenderal Antonio de Spinola pada 1974 turut memengaruhi nasib Timor Timur. Saat Presiden Spinola yang baru saja berkuasa melakukan dekolonialisasi bagi daerah-daerah jajahannya, Timor Timur mengalami kekosongan kekuasaan.

Ketika Gubernur Timor Timur memberi kebebasan politik kepada warganya, terbentuklah lima partai politik, antara lain: Uniau Democratica Timorense (UDT), Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente (FRETILIN), Associacao Populer Democratica Timorense (Apodeti), Partai KliburOanTimor (KOTA), Partidu Trabalista .

Tiga partai di antaranya, yaitu UDT, FRETILIN, dan Apodeti mempunyai perbedaan prinsip tentang masa depan Timor Timur. UDT yang dipimpin oleh Mario Viegas Carascalao menghendaki Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal. FRETILIN yang dipimpin oleh Xavier de Amaral ingin membentuk negara merdeka, sementara Apodeti yang dipimpin oleh Arnaldo dos Reis Araujo ingin bergabung bersama Indonesia.

Akibatnya, terjadi perang saudara di Timor Timur yang dimulai di Kota Dili sejak Agustus 1975. Dalam kurun waktu Agustus hingga November, FRETILIN yang sempat tersingkir dari Dili kabarnya melakukan pembantaian terhadap 60.000 penduduk yang kebanyakan bergabung dengan Apodeti.

Setelah berhasil menduduki Dili kembali, FRETILIN akhirnya mendeklarasikan kemerdekaan Republik Demokratik Timor Timur secara sepihak pada 28 November 1975. Namun, deklarasi ini tidak mendapat dukungan dari masyarakat Timor Timur maupun dunia internasional.

Kelompok masyarakat Timor Timur yang terdiri atas UDT, Apodeti, KOTA, dan Trabalhista kemudian menyampaikan proklamasi tandingan di Balibo pada 30 November 1975. Pernyataan yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balibo ini menyatakan keinginan Timor Timur untuk berintegrasi dengan Republik Indonesia.

Kronologi dan Tujuan Deklarasi Balibo

Deklarasi Balibo bertujuan untuk memperkuat legitimasi pemerintah Indonesia menyerbu Timor Portugis, serta secara de facto menjadi upaya untuk menyatukannya ke dalam Republik Indonesia. Ketika itu, Amerika Serikat baru saja menarik pasukannya dari Vietnam Selatan lantaran haluan negara Vietnam Selatan itu adalah komunis, dan tidak sepaham dengan Amerika Serikat.

Fretelin yang disebut-sebut didominasi oleh golongan "Komunis" juga dikhawatirkan oleh pemerintah Amerika Serikat dan Australia, sehingga mendukung Deklarasi Balibo dan mendukung Invasi Indonesia ke Timor Timur. Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia telah berada di Timor Timur.
 
Baca Juga: Operasi Seroja: Sejarah, Latar Belakang, Pelaksanaan, Akhir dan Konsekuensinya

Lalu pada 17 Desember 1975, kelompok pro integrasi menyatakan berdirinya Pemerintah Sementara Timor Timur (PSTT) yang dipimpin oleh Arnaldo dos Reis Araujo dan Francisco Xavier dari Apodeti. Setelah terbentuknya PSTT, kemudian dibentuk pula DPR di wilayah Timor Timur guna menampung kehendak rakyat, sehingga tuntutan Indonesia agar keinginan integrasi dilegalisasi terlebih dulu dapat terpenuhi.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.kompas.com
https://www.tribunnewswiki.com
 
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment