Bandung Lautan Api: Sejarah, Latar Belakang, Kronologi, dan Tokohnya

Table of Contents

Sejarah Bandung Lautan Api
Sejarah Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23 Maret 1946. Sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar kediaman mereka sendiri dalam peristiwa tersebut, kemudian meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Peristiwa ini berlangsung selama tujuh jam.

Hal tersebut bertujuan untuk mencegah tentara sekutu Inggris dan juga NICA Belanda untuk memasuki kota Bandung, dan menggunakannya sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Latar Belakang dan Kronologis Peristiwa Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api berawal dari kedatangan pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies). Panglima AFNEI bernama Jenderal Sir Philip Christison kemudian melakukan tipu muslihat dengan mengakui secara De facto kekuasaan Republik Indonesia pada 1 Oktober 1945. Muslihat ini dilakukan agar rakyat Indonesia merasa tenang dan tidak menaruh curiga pada pasukan sekutu yang sebenarnya membonceng pasukan Belanda (Adeng dkk. 1995: 56).

Karena itu, Tentara Sekutu mendapatkan izin dari pemerintah pusat di Jakarta untuk memasuki kota Bandung. Pada 12 Oktober 1945, pasukan Sekutu dipimpin oleh Panglima Brigjen MacDonald tiba di stasiun Bandung. Untuk menghindari serangan tidak terduga dari para pejuang, pemerintah Republik Indonesia mengusulkan kepada Panglima Sekutu bahwa kedatangan mereka ke Bandung haruslah melalui kereta api istimewa dan dikawal oleh sepasukan TKR di bawah pengawasan dari seorang utusan pemerintah pusat.

Usulan ini kemudian disetujui oleh Panglima Sekutu. Kedatangan tersebut disambut oleh pejabat daerah setempat beserta rakyat sambil membawa bendera merah putih kecil-kecil di pinggir jalur kereta api. Pasukan Sekutu kemudian ditempatkan di beberapa gedung di Bandung Utara serta beberapa hotel di Bandung Selatan, antara lain Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger, dan Hotel Braga (Adeng dkk. 1995: 57-58).
 
Setelah menduduki kota Bandung, terbukti bahwa Jenderal Sir Philip Christison ingkar janji. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya serdadu-serdadu Belanda yang mengenakan seragam Sekutu berkeliaran di dalam kota. Para pejuang memastikannya setelah mereka dipancing untuk berbicara bahasa Belanda.

Bahkan, jumlah pasukan Belanda berseragam Sekutu itu dari hari ke hari kian bertambah jumlahnya (Adeng dkk. 1995: 59). Situasi keamanan juga kian memburuk, sebab tentara NICA mempersenjatai mantan anggota KNIL yang dibebaskan dari tawanan Jepang. Mereka segera memancing kerusuhan dengan melakukan provokasi bersenjata (Poesponegoro dkk. 2008: 187).

Untuk memperkuat kedudukannya di Bandung, Sekutu mengeluarkan ultimatum pada tanggal 29 November 1945 bahwa kota Bandung harus dibagi menjadi dua, utara dan selatan dengan batas rel kereta api. Alhasil, para penduduk dari wilayah utara berbondong-bondong mengungsi ke wilayah selatan Bandung.

Menanggapi ultimatum tersebut, para pejuang mendirikan pos-pos gerilya di berbagai tempat. Selama bulan Desember 1945 hingga awal tahun 1946, terjadi pertempuran di berbagai wilayah Bandung. Selain itu, banyak pula serdadu India yang melakukan desersi dan bergabung dengan pasukan Indonesia, di antaranya adalah Kapten Mirza dan pasukannya.

Inggris kemudian menghubungi Kolonel A.H Nasution untuk menyerahkan mereka namun Nasution menolak. Puncaknya, pada bulan Maret 1946, Sekutu Kembali mengeluarkan ultimatum kepada Perdana Menteri Syahrir agar rakyat Bandung meninggalkan kota dengan radius sebelas kilometer (Poesponegoro dkk. 2008: 202).

Atas dasar ultimatum tersebut pada tanggal 23 Maret 1946, Kolonel A.H. Nasution selaku Komandan Divisi III TRI memerintahkan evakuasi Kota Bandung bagian selatan (Nasution 1977: 187). Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung meninggalkan kota. Meskipun Bandung harus dikosongkan, namun penarikan mundur itu disertai dengan pembakaran gedung-gedung penting sehingga tidak dapat dipakai oleh pasukan Sekutu sebagai markas strategis militer (Maeswara 2010: 91).   

Sembari membumihanguskan kota, para pejuang tetap melakukan perlawanan. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, di mana terdapat gudang amunisi milik tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Mohammad Toha dan Moh. Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakyat Indonesia) gugur setelah berhasil menghancurkan gudang amunisi tersebut dengan dinamit.

Pada pukul 24.00 malam itu, Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI, sementara kebakaran melanda seluruh kota dan terlihat seperti lautan api (Herlambang dkk. 2021: 156-170).

5 Tokoh Bandung Lautan Api dan Perannya

Peristiwa Bandung Lautan Api tersebut tentunya tidak terlepas dari beberapa tokoh yang memimpin di depan maupun yang mendukung dari belakang. Setidaknya ada lima tokoh yang berperan besar dalam peristiwa ini di antaranya,
1. Presiden Soekarno
Negara Asia Afrika bisa merasakan kemerdekaan berkat jasa Presiden Soekarno pada masa itu. Hal ini diupayakan oleh Presiden Soekarno lantaran adanya keprihatinan terhadap bangsa Asia Afrika. Untuk melanjutkan niat tersebut Presiden Soekarno akhirnya mengadakan konferensi di Bandung yang saat ini dikenal sebagai KAA (Konferensi Asia Afrika).

Hasil dari konferensi tersebut menghasilkan Dasasila Bandung, dengan isi sebagai berikut:
a. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
b. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
c. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil
d. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain
e. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
f. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain
g. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara
h. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBBcc
i. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
j. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional

Atas dasasila tersebut, akhirnya menjadikan negara Asia Afrika memperoleh kemerdekaan. Sejak peristiwa ini, kota Bandung menjadi ibukota bangsa Asia Afrika dan juga sebagai bukti keberhasilan Presiden Soekarno.

2. Nurtanio Pringgoadisuryo
Tokoh pertempuran Bandung Lautan Api yang satu ini, lahir di kota Kandangan, Kalimantan Selatan. Beliau juga merupakan tokoh yang tak kalah pentingnya pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Hal ini bisa dilihat dari didirikannya sebuah PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang saat ini dikenal dengan nama PT Dirgantara Indonesia. Berhubung nama beliau sudah terkenal pada kalangan pejuang Indonesia maka dari itu hal tersebut secara otomatis berpengaruh kepada PT. IPTN.

3. Franz Wilhelm Junghuhn
Franz Wilhelm Junghuhn lahir pada tanggal 26 Oktober 1809. Nama ini merupakan salah satu Tokoh Bandung Lautan Api. Jasa Franz Wilhelm Junghuhn adalah beliau yang pertama kali menanam bibit unggul berupa tanaman Kina, sehingga pada masa itu kota Bandung terkenal sebagai penghasil Kina terbanyak.

Beliau adalah seorang doktor berbakat dalam bidang naturalis. Selain itu, beliau juga seorang botaniqus geology. Terlebih, hasil dari penanaman Kina tersebut memperoleh pendapatan yang lumayan sehingga didirikan pabrik-pabrik yang hingga saat ini masih bisa dilihat. Tepatnya, berada di Jl. Padjajaran Bandung.

4. Profesor C.P. Wolff Schoemaker
Tokoh Bandung Lautan Api yang satu ini adalah seorang arsitek yang disebut-sebut sebagai arsitek yang hebat lantaran karyanya bisa dilihat di beberapa sudut kota Bandung, antara lain Landmark Building, Hotel Preanger, Masjid Raya Cipaganti, Villa Isola, Gedung Merdeka, Bioskop Majestik, dan yang paling popular adalah Teropong Bintang Bosscha.

Dengan karyanya tersebut, hingga akhirnya membuat kota Bandung terlihat menawan seperti saat ini dan banyak dikunjungi oleh beragam wisatawan, tidak lain untuk melihat-lihat bangunan-bersejarah di Bandung.

5. Muhammad Toha
Nama Muhammad Toha terkenal lantaran aksinya dalam melakukan perlawanan terhadap sekutu dalam aksi pembakaran gudang amunisi. Muhammad Toha lahir pada tahun 1927 dan meninggal pada saat peristiwa pembakaran gudang tersebut pada tanggal 24 Maret 1946.

Pada saat itu, bukan hanya Muhammad Toha yang menjadi korban, akan tetapi sebuah nama lain yaitu Ramdan. Keduanya merupakan tokoh pergerakan Nasional di Indonesia dalam peristiwa Bandung Lautan Api.

Dari berbagai sumber yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment