Georg Simmel: Biografi dan Pemikirannya

Biografi Georg Simmel
Biografi Georg Simmel
Georg Simmel lahir di jantung kota Berlin pada 1 Maret 1858. Dia mempelajari deretan luas mata kuliah di Universitas Berlin. Akan tetapi, usahanya yang pertama untuk menghasilkan suatu desertasi ditolak, dan salah seorang profesornya berkomentar: Kami akan memberinya pelayanan yang hebat jika kami tidak mendorongnya lebih lanjut ke arah ini (Frisby, 1982:17). Meskipun hal itu terjadi, Simmel gigih dan menerima gelar doktoralnya di bidang filsafat pada 1881.

Dia menduduki suatu posisi yang tidak begitu penting sebagai Privatdozent mulai dari 1885 hingga 1900. Di dalam posisinya yang belakangan, Simmel bertugas sebagai seorang dosen yang tidak digaji yang penghidupannya tergantung kepada biaya kuliah mahasiswanya. Meskipun ia dipinggirkan, Simmel bekerja dengan cukup baik di dalam posisinya, sebagian besar karena dia seorang dosen yang unggul dan menarik sejumlah besar mahasiswa (yang membayar) (Frisby, 1981:17; Salomon, 1963/1997).

Gayanya begitu populer sehingga para anggota masyarakat Berlin yang berbudaya pun tertarik mengikuti kuliahnya yang menjadi peristiwa-peristiwa publik (Leck, 2000). Keterpinggiran Simmel seiring dengan fakta bahwa dia adalah seseorang yang agak kontradiktif dan oleh karena itu merupakan orang yang membingungkan: Jika kita menggabungkan kesaksian-kesaksian yang ditinggalkan pada kerabat, sahabat, mahasiswa, dan orang-orang sezamannya, kita menemukan sejumlah petunjuk yang kadang-kadang bertentangan mengenai Georg Simmel.

Oleh sebagian orang, dia digambarkan sebagai laki-laki yang tinggi dan langsing, sebagian lainnya melukiskan dia pendek dan menampakkan raut wajah yang sedih. Penampilannya dilaporkan tidak menarik, khas Yahudi, tetapi juga intelektual yang bersemangat dan mulia. Dia dilaporkan seorang yang bekerja keras, tetapi juga humoris dan terlalu pandai bicara sebagai seorang dosen. Pada akhirnya kita mendengar bahwa dia adalah seorang yang brilian secara intelektual (Lukacs, 1991:145), bersikap bersahabat, baik—tetapi juga bahwa di dalam dia adalah seorang yang tidak rasional, buram, dan liar. (Schnabel, dikutip di dalam Poggi, 1993:55)

Simmel menulis artikel yang sangat banyak (Metropolis dan Kehidupan Mental (1903/1971) dan buku-buku (The Philosophy of Money (1907/1978)). Dia dikenal baik di lingkungan akademik Jerman dan bahkan mempunyai pengikut internasional, khususnya di Amerika Serikat, tempat karyanya mempunyai signifikansi yang besar dalam lahirnya sosiologi.

Akhirnya pada 1900, Simmel menerima pengakuan resmi, suatu gelar penghormatan semata di Universitas Berlin, yang tidak memberi dia status akademik yang penuh. Simmel berusaha memperoleh banyak posisi akademik, tetapi dia gagal meskipun mendapat dukungan para sarjana seperti Max Weber.

Salah satu alasan bagi kegagalan Simmel ialah karena dia adalah orang Yahudi di Jerman abad kesembilan belas yang penuh dengan anti-Semitisme (Kasler, 1985; Birnbaum, 2008). Oleh karena itu, di dalam suatu laporan mengenai Simmel yang ditulis kepada menteri pendidikan, Simmel dilukiskan sebagai seorang Israel tulen, di dalam penampilan luarnya, dalam pembawaan, dan cara berpikirnya (Frisby, 1981:25).

Alasan lain ialah jenis pekerjaan yang dia lakukan. Banyak artikelnya muncul di koran-koran dan majalah-majalah; artikel-artikel itu ditulis untuk audiens yang lebih umum daripada sosiolog akademis saja (Rammstedt,1991). Selain itu, karena dia tidak memegang suatu jabatan akademis, dia terpaksa menghasilkan uang melalui kuliah-kuliah publik.

Audiens Simmel, baik untuk tulisan-tulisannya maupun kuliah-kuliahnya, lebih berupa publik intelektual ketimbang para sosiolog profesional, dan hal itu cenderung menghasilkan penilaian-penilaian yang bersifat mengejek dari rekan profesionalnya. Contohnya, salah satu dari rekan sezamannya mengutuk dia karena pengaruhnya tetap... pada atmosfir umum dan mempengaruhi, terutama, level-level jurnalisme yang lebih tinggi (Troeltsch, dikutip dalam Frisby, 1981:13). Kegagalan-kegagalan pribadi Simmel juga dapat dikaitkan dengan sikap menganggap remeh akademisi Jerman pada masa itu kepada sosiologi.

Pada 1914 akhirnya Simmel memperoleh pengangkatan akademis reguler di universitas kecil (Starsburg), tetapi sekali lagi dia merasa diasingkan. Di satu sisi, dia menyesali telah meninggalkan audiens para intelektualnya di Berlin. Oleh karena itu, istrinya menulis kepada istri Max Weber: Georg mohon diri dari auditorium dengan sangat menyesal... para mahasiswa sangat penuh kasih sayang dan simpatik... hal itu merupakan kepergian pada saat kehidupan yang puncak (Frisby, 1981:29).

Di sisi lain, Simmel tidak merasa merupakan bagian dari kehidupan di universitasnya yang baru. Oleh karena itu, dia menulis kepada Nyonya Weber. Hampir tidak ada apa pun yang perlu kami laporkan. Kami hidup... terpencil, tertutup, tidak diperhatikan, sunyi dari lingkungan luar. Kegiatan akademik adalah 0, orang-orang... asing dalam hati bersikap bermusuhan (Frisby, 1981:32).

Perang Dunia I segera mulai setelah pengangkatan Simmel di Starsbourg; ruang-ruang kuliah berubah menjadi rumah sakit militer, para mahasiswa diliburkan untuk berperang. Dengan demikian, Simmel tetap menjadi tokoh pinggiran di akademi Jerman hingga kematiannya pada 1918. Dia tidak pernah melakukan karier akademik yang normal. Namun demikian, Simmel menarik pengikut akademik yang besar di zamannya, dan ketenangannya sebagai seorang sarjana, jika memang ada, terus bertaumbuh selama tahun demi tahun.

Geometri Sosial Georg Simmel
Di dalam sosiologi formal Simmel, orang melihat secara paling jelas usahanya untuk mengembangkan suatu geometri relasi-relasi sosial. Dua dari koefisien geometrik yang menarik perhatiannya adalah jumlah dan jarak (yang lain adalah posisi, valensi, keterlibatan diri, dan simetri (Lavine, 1981b).

Jumlah
Perhatian Simmel pada dampak jumlah orang pada kualitas interaksi dapat dilihat di dalam diskusinya mengenai perbedaan antara suatu diade (kelompok terdiri dari dua orang) dan suatu triade (kelompok terdiri dari tiga orang).

Diade dan Triade
Bagi Simmel (1950) ada perbedaan yang penting antara diade dan triade. Penambahan orang ketiga menyebabkan suatu perubahan radikal dan fundamental. Bertambahnya keanggotaan di luar tiga orang tidak pernah mempunyai dampak yang mendekati penambahan orang ketiga. Tidak seperti semua kelompok lainnya, diade tidak mencapai suatu arti di luar kedua individu yang terlibat.

Tidak ada struktur kelompok independen di dalam suatu diade; tidak ada hal yang lebih bagi kelompok itu selain dua individu yang dapat dipisahkan. Oleh karena itu, tiap anggota suatu diade mempertahankan suatu tingkat individualitas yang tinggi. Sang individu tidak direndahkan pada tingkat kelompok. Hal itu tidak berlaku pada suatu triade.

Suatu triade benar-benar mempunyai kemungkinan memperoleh suatu arti di luar individu-individu yang terlibat. Triade mempunyai kemungkinan lebih banyak daripada individu-individu yang terlibat. Tiade sangat dimungkinkan untuk mengembangkan suatu struktur kelompok yang independen. Hasilnya, ada ancaman yang lebih besar terhadap individualitas para anggota. Suatu triade dapat mempunyai efek pengatur terhadap para anggota.

Dengan penambahan suatu pihak ketiga kepada kelompok itu, sejumlah peran sosial yang baru menjadi mungkin. Contohnya, pihak ketiga dapat mengambil peran sebagai penengah atau juru pisah dalam perselisihan yang terjadi di dalam kelompok. Kemudian pihak ketiga dapat menggunakan perselisihan di antara dua pihak lainnya untuk keuntungannya atau menjadi objek persaingan di antara kedua pihak lainnya.

Anggota ketiga juga dapat dengan sengaja menumbuhkan konflik di antara kedua pihak lain dalam upaya memperoleh superioritas (memecah belah dan menguasai). Lalu muncullah suatu sistem stratifikasi dan suatu struktur otoritas. Pergeseran dari diade kepada triade sangat penting bagi perkembangan struktur-struktur sosial yang dapat menjadi terpisah dari, dan dominan kepada, para individu. Kemungkinan seperti itu tidak ada dalam suatu diade.

Proses yang dimulai di dalam peralihan dari suatu diade ke suatu triade berlanjut ketika kelompok-kelompok semakin besar dan, pada akhirnya, muncullah masyarakat. Di dalam struktur-struktur sosial yang besar itu, sang individu, semakin terpisah dari struktur masyarakat, semakin sendirian, terasing, dan terpecah-pecah.

Hal itu pada akhirnya menghasilkan suatu hubungan dialektis di antara para individu dan struktur-struktur sosial: Menurut Simmel, individu yang terasosiasi selalu berada dalam relasi ganda terhadap masyarakat: dia digabungkan ke dalamnya namun berdiri melawannya... sang individu ditentukan, namun menentukan; bertindak sesuai dengan, namun memengaruhi sendiri (Coser, 1965:11). Kontradiksinya ialah bahwa masyarakat mengizinkan munculnya individualitas dan otonomi, tetapi juga menghalanginya (Coser, 1965:11).

Ukuran kelompok
Pada level yang lebih umum, ada sikap Simmel yang ambivalen kepada dampak ukuran kelompok. Di satu sisi dia berpendirian bahwa pertambahan ukuran suatu kelompok atau masyarakat meningkatkan kebebasan individu. Suatu kelompok kecil atau masyarakat kecil besar kemungkinan mengendalikan individu secara komplet.

Akan tetapi, di dalam masyarakat yang lebih besar, individu lebih dimungkinkan terlibat di dalam sejumlah kelompok, yang masing-masing kelompok hanya mengendalikan bagian kecil dari seluruh personalitasnya. Dengan kata lain, Individualitas di dalam sifat dan tindakan meningkat secara umum sesuai dengan derajat cakupan lingkaran sosial pada perluasan individu (Simmel, 1908/1971a:252).

Akan tetapi, Simmel mempunyai pandangan bahwa masyarakat-masyarakat yang lebih besar menciptakan sekumpulan masalah yang pada akhirnya mengancam individu. Contohnya, massa yang lebih besar kemungkinan untuk didominasi oleh satu ide, ide yang paling sederhana. Kedekatan fisik suatu massa membuat orang dapat disugesti dan lebih mungkin mengikuti ide-ide simplistik, terlibat di dalam tindakan-tindakan tanpa pertimbangan, emosional.

Barangkali yang paling penting, dari segi perhatian Simmel di dalam bentuk-bentuk interaksi, ialah bahwa ukuran dan diferensiasi yang semakin bertambah cenderung melonggarkan ikatan-ikatan antarindividu yang menghasilkan banyak hubungan yang jauh lebih berjarak, tidak berpribadi, dan terpecah-pecah.

Secara paradoksal, kelompok besar yang membebaskan individu juga sekaligus mengancam individualitas. Juga paradoksal adalah kepercayaan Simmel bahwa satu cara bagi para individu untuk mengatasi ancaman masyarakat massa adalah menenggelamkan diri di dalam kelompok-kelompok kecil seperti keluarga.

Jarak
Perhatian Simmel yang lain pada geometri sosial ialah jarak. Levine memberikan suatu rangkuman yang baik mengenai pandangan-pandangan Simmel dalam hal peran jarak di dalam hubungan-hubungan sosial: Sifat bentuk-bentuk dan makna benda-benda ialah suatu fungsi jarak-jarak relatif di antara individu dan individu atau benda-benda lain (1971:xxxiv).

Perhatian terhadap jarak tersebut terwujud di banyak tempat pada karya Simmel. Kita akan mendiskusikannya di dalam dua konteks yang berbeda—di dalam karya Simmel yang sangat besar The Philosopy of Money dan di dalam salah satu essainya yang paling pintar, The Stranger.

Di dalam The Philosophy of Money (1907-1978), Simmel menyebutkan beberapa prinsip umum tentang nilai—dan tentang apa membuat benda-benda bernilai—yang berfungsi sebagai dasar bagi analisisnya atas uang. Oleh karena itu, saya akan membahas karya tersebut di postingan berikutnya. Poin utamanya ialah bahwa nilai sesuatu ditentukan oleh jarak dari sang aktor.

Ia tidak akan bernilai jika terlalu dekat dan terlalu mudah untuk diperoleh atau terlalu jauh dan terlalu sulit untuk diperoleh. Objek-objek yang paling bernilai adalah yang dapat dicapai tetapi hanya dengan usaha yang besar.

Jarak juga memainkan peran sentral di dalam The Stranger nya Simmel (1908/1971b; McVeigh dan Sikkink, 2005; Tabboni, 1995), essay mengenai suatu tipe aktor yang tidak terlalu dekat juga tidak terlalu jauh. Jika dia terlalu dekat, dia tidak akan menjadi orang asing lagi, tetapi jika dia terlalu jauh, dia tidak akan mempunyai kontak lagi dengan kelompok. Interaksi yang melibatkan orang asing dengan para anggota kelompok meliputi suatu kombinasi kedekatan dan jarak.

Jarak khas orang asing dari kelompok memungkinkan dia mempunyai serangkaian pola interaksi yang tidak lazim dengan para anggota. Contohnya, orang asing itu dapat menjadi lebih objektif di dalam hubungannya dengan para anggota kelompok. Oleh karena itu, dia adalah seorang asing, para anggota kelompok lainnya merasa lebih nyaman mengungkapkan kepercayaan kepadanya.

Di dalam hal-hal tersebut dan hal-hal lain, suatu pola koordinasi dan interaksi yang konsisten muncul di antara orang asing dan para anggota kelompok lainnya. Orang asing menjadi suatu anggota organik kelompok itu. Akan tetapi, Simmel tidak hanya mempertimbangkan orang asing sebagai suatu tipe sosial, dia mempertimbangkan keasingan sebagai suatu bentuk interaksi sosial.

Suatu derajat keasingan, yang meliputi kombinasi kedekatan dan kejauhan, masuk ke dalam semua hubungan sosial, bahkan yang paling intim. Oleh karena itu, kita dapat memeriksa suatu deretan luas interaksi spesifik agar dapat menemukan derajat keasingan yang ditemukan di dalam masing-masing interaksi.

Meskipun dimensi-dimensi geometris memasuki sejumlah tipe dan bentuk-bentuk yang dibuat Simmel, masih ada lagi yang lain pada tipe-tipe dan bentuk-bentuk itu selain geometri belaka. Tipe-tipe dan bentuk-bentuk adalah konstruk-konstruk yang digunakan Simmel untuk memperoleh suatu pengertian yang lebih besar atas deretan pola-pola interaksi yang lebih luas.

The Philosophy of Money Georg Simmel
The Philosophy of Money (1907/1978) menggambarkan dengan baik keluasan dan kecanggihan pemikiran Simmel (Deflem, 2003). Karya itu dimulai dengan suatu diskusi mengenai bentuk-bentuk umum uang dan nilai. Kemudian diskusi itu bergeser ke dampak uang pada dunia batin para aktor dan pada kebudayaan secara umum.

Uang dan Nilai
Simmel berargumen bahwa manusia menciptakan nilai dengan membuat objek-objek, memisahkan diri dari objek-objek itu, dan kemudian berusaha mengatasi jarak, rintangan-rintangan, dan kesulitan-kesulitan (Simmel, 1907/1978:66). Semakin besar kesulitan memperoleh suatu objek, semakin besar nilainya. Akan tetapi, kesulitan pencapaian mempunyai suatu batas yang lebih rendah dan yang lebih tinggi (Simmel. 1907/1978:72).

Prinsip umumnya ialah bahwa nilai benda-benda berasal dari kemampuan orang untuk menjaga jarak dirinya yang tepat dari objek-objek itu. Hal-hal yang terlalu dekat, terlalu mudah diperoleh, tidak begitu bernilai. Suatu pengerahan tenaga dibutuhkan untuk sesuatu yang dianggap bernilai. Sebaliknya, hal-hal yang terlalu jauh, terlalu sulit, atau hampir mustahil diperoleh juga tidak begitu bernilai.

Hal-hal yang paling bernilai adalah yang tidak terlalu jauh, juga tidak terlalu dekat. Demikian, orang mencoba menempatkan diri pada suatu jarak yang tepat dari objek-objek yang pasti dapat dicapai, tetapi yang tidak terlalu mudah dicapai.

Kesulitan dalam memperoleh uang, yang berarti kesulitan mendapat objek-objek itu, membuat objek itu bernilai bagi kita. Pada saat yang sama, ketika kita memperoleh cukup uang, kita dapat mengatasi jarak di antara diri kita dan objek-objek itu. Dengan demikian, uang melaksanakan fungsi yang menarik yang menciptakan jarak antara orang dan objek-objek dan kemudian memberikan alat-alat untuk mengatasi jarak itu.

Uang, Reifikasi, dan Rasionalisasi
Di dalam proses penciptaan nilai, uang juga memberikan dasar untuk pengembangan pasar, ekonomi modern, dan pada akhirnya masyarakat modern (kapitalistik) (Poggi, 1996). Uang memberikan alat-alat yang membuat entitas-entitas tersebut memperoleh kehidupannya sendiri yang eksternal bagi, dan memaksa bagi, sang aktor.

Simmel melihat proses reifikasi itu sebagai hanya bagian dari proses yang lebih umum melalui mana pikiran mewujudkan dan menyimbolkan dirinya di dalam objek-objek. Perwujudan-perwujudan itu, struktur-struktur simbolik tersebut, menjadi direifikasi dan pada akhirnya menjalankan kekuatan mengendalikan terhadap aktor.

Uang tidak hanya benar-benar membantu menciptakan suatu dunia sosial yang direifikasi, juga menyumbang bagi rasionalisasi dunia sosial yang terus meningkat (Deutschmann, 1996;B. Turner, 1986). Sebagian karena ekonomi uang, intelek telah dianggap sebagai hal yang paling bernilai dari energi-energi mental kita.

Demikian, tema rasionalisasi yang semakin bertambah dalam karya Simmel tersebut berkaitan dengan konteks pemikiran Simmel mengenai hal yang tidak rasional. Menurut Simmel, tidak rasional adalah suatu unsur kehidupan utama yang hakiki, suatu aspek integral dari kemanusiaan kita. Maka kemunduran yang berangsur-angsur di dalam perluasan dunia modern yang sangat terrasionalisasi menyiratkan suatu pemiskinan sifat yang tidak dapat disangkal (Arditi, 1996:95).

Satu contoh dari tidak rasional adalah cinta (yang lainnya adalah emosi dan iman), cinta adalah tidak rasional karena, di antara hal-hal lain, tidak praktis, sering berlawanan dengan pengalaman intelektual, tidak harus mempunyai nilai nyata, bersifat dorongan hati, tidak ada campur tangan sosial dan budaya di antara pencinta dan yang dicintai, dan ia berasal dari kedalaman kehidupan yang sama sekali tidak rasional (Simmel, di dalam Arditi, 1996:96).

Dengan rasionalisasi yang terus bertambah, kita mulai kehilangan yang tidak rasional dan bersamanya kita kehilangan... yang paling bermakna dari sifat-sifat manusiawi kita: keaslian/ otensitas kita (Arditi, 1996:103). Hilangnya keaslian, hal yang tidak rasional tersebut, adalah suatu tragedi manusia yang nyata.

Di permukaan, tampak bahwa uang hanyalah alat untuk beragam tujuan atau, dalam kata-kata Simmel, bentuk alat yang paling murni (1907/1978:210). Akan tetapi, uang telah menjadi contoh paling ekstrim suatu alat yang telah menjadi tujuan dalam dirinya sendiri.

Efek-efek Negatif
Suatu masyarakat yang menjadikan uang sebagai tujuan di dalam dirinya sendiri, benar-benar tujuan terakhir, mempunyai sejumlah efek negatif pada individu (Beilharz, 1996), dua hal yang paling menarik dari efek-efek itu adalah bertambahnya sinisme dan sikap bosan. Sinisme muncul ketika aspek-aspek yang paling tinggi maupun paling rendah dari kehidupan sosial diperjualbelikan, direduksi ke suatu bilangan pembagi—uang.

Dengan demikian, kita dapat membeli keindahan atau kebenaran atau kecerdasan nyaris semudah kita dapat membeli kerupuk atau deodoran. Suatu ekonomi uang juga menyebabkan sikap bosan, semua hal sama menjemukannya dengan warna abu-abu, sehingga tidak menggembirakan bila memperolehnya (Simmel, 1907/1978:256).

Efek negatif lainnya dari ekonomi uang adalah hubungan-hubungan yang semakin impersonal antarmanusia. Hal tersebut berhubungan dengan Isu yang masih ada kaitannya dengan dampak ekonomi uang pada kebebasan individual. Semakin hilangnya ketergantungan dari suatu hubungan sosial ternyata malah menyebabkan peningkatan di dalam perbudakan individu oleh hal yang bersifat anonim yaitu uang.

Dampak lainnya adalah kecenderungan untuk mereduksi semua nilai manusiawi kepada istilah-istilah dolar, Kecenderungan mereduksi nilai manusia kepada ungkapan moneter (Simmel, 1907/1978:356), contohnya penukaran seks untuk uang, perluasan jaringan pelacuran sebagian dapat dilacak kepada pertumbuhan ekonomi uang.

Terakhir dampak uang terhadap gaya hidup masyarakat. Suatu masyarakat yang didominasi oleh ekonomi uang cenderung mereduksi apa pun kepada rangkaian hubungan-hubungan kausal yang dapat dipahami secara intelektual, bukan secara emosional. Terkait dengan hal yang terakhir ialah apa yang disebut Simmel watak menghitung di dalam kehidupan di dalam dunia modern.

Tragedi kebudayaan
Penyebab perbedaan-perbedaan sosial yang semakin bertambah dikarenakan meningkatnya pembagian kerja di dalam suatu masyarakat modern (Oakes, 1984:19). Spesialisasi yang bertambah menyebabkan suatu kecakapan yang meningkat untuk menciptakan berbagai komponen dunia budaya. Akan tetapi, pada saat yang sama sang individu yang sangat terspesialisasi kehilangan pengertian atas kebudayaan total dan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika kebudayaan objektif terus tumbuh, kebudayaan individual terhenti.

Para individu yang sangat terspesialisasi dihadapkan dengan suatu dunia produk-produk yang semakin tertutup dan terinterkoneksi yang hanya sedikit mereka kendalikan atau mereka tidak punya kendali sama sekali. Dunia mekanis yang tanpa spiritualitas akhirnya mendominasi para individu, gaya hidup mereka dipengaruhi dalam berbagai cara.

Tindakan-tindakan produksi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang tidak bermakna yaitu para individu tidak melihat peran mereka di dalam seluruh proses atau di dalam menghasilkan produk akhir. Hubungan antarmanusia sangat terspesialisasi dan impersonal. Konsumsi menjadi berarti tidak lain daripada menelan produk demi produk yang tidak bermakna.

Pada akhirnya, uang telah menjadi simbol, dan suatu faktor utama di dalam pengembangan cara berada yang relativistik. Uang mengizinkan kita untuk mereduksi fenomena yang paling berlainan menjadi sejumlah dolar, dan hal itu mengizinkannya dibanding satu sama lain. Dengan kata lain, uang memungkinkan kita merelatifkan segala sesuatu.

Cara hidup kita yang relativistik bertentangan dengan metode-metode hidup terdahulu ketika orang percaya pada sejumlah kebenaran abadi. Ekonomi uang menghancurkan kebenaran-kebenaran abadi yang demikian. Alienasi yang endemik bagi perluasan kebudayaan objektif ekonomi uang modern adalah suatu ancaman yang jauh lebih besar terhadap manusia, di mata Simmel, daripada keburukan-keburukan absolutisme.

Mungkin simmel tidak menghendaki kita kembali ke zaman yang lebih awal yang lebih sederhana, tetapi tentu saja dia akan mengingatkan kita agar waspada terhadap bahaya-bahaya yang menggoda yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi uang dan kebudayaan objektif di dunia modern.

Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Lebih lengkap mengenai pemikiran Georg Simmel lihat link berikut:

1. Georg Simmel. Kebudayaan Objektif
2. Georg Simmel. Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Interaksi Sosial
3. Georg Simmel. Kerahasiaan; Sebuah Geometri Sosial
4. Georg Simmel. Level-Level dan Wilayah-Wilayah Perhatian
5. Georg Simmel. Pemikiran Dialektis
6. Georg Simmel. Bentuk-Bentuk Sosial; Superordinasi dan Subordinasi
7. Georg Simmel. Fesyen
8. Georg Simmel. Kebudayaan Individual (Subjektif) dan Kebudayaan Objektif
9. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
10. Teori-Teori Sosiologi Sesudah Comte: Mazhab Formal
11. Georg Simmel. Lebih-Hidup dan Melampaui-Kehidupan
12. Georg Simmel. Tentang Kesadaran Individual
13. Georg Simmel. Interaksi Sosial (Asosiasi)
14. Georg Simmel. Tipe-tipe Sosial
15. Georg Simmel. Struktur-Struktur Sosial

Materi Sosiologi SMA Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

Materi Sosiologi Kelas X Bab 1: Pengantar Sosiologi (Kurikulum Merdeka)

1. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 1. Sosiologi sebagai Ilmu tentang Masyarakat (KTSP)
2. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 1. Fungsi dan Peran Sosiologi (Kurikulum 2013)
3. Materi Sosiologi Kelas X Bab 1.1 Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas X Bab 1.2 Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
5. Materi Ujian Nasional Kompetensi Teori dan Pengetahuan Sosiologi    
6. Materi Ringkas Sosiologi dan Gejala Sosial

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Georg Simmel: Biografi dan Pemikirannya"