Padang Lamun: Pengertian, Karakteristik, Fungsi, Faktor yang Mempengaruhi, serta Sebarannya

Pengertian Padang Lamun
Padang Lamun
Pengertian Padang Lamun
Padang lamun adalah ekosistem khas di laut dangkal pada wilayah perairan hangat dengan dasar pasir dan didominasi oleh tumbuhan lamun. Lamun adalah satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) dengan kemampuan beradaptasi secara penuh pada perairan yang memiliki salinitas tinggi, yaitu air laut. Tumbuhan berbunga ini dapat hidup terbenam di dalam air namun tetap memiliki rhizoma, daun, serta akar sejati.

Padang lamun biasanya hanya dapat terbentuk pada bagian perairan laut yang dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Padang lamun, terumbu karang serta bakau merupakan tiga ekosistem penting di kawasan pesisir. Selain itu, wilayah ini juga mempunyai potensi ekonomi dan ekologi.

Padang lamun dapat dianggap sebagai bagian dari ekosistem mangrove, walaupun padang lamun dapat berdiri sendiri. Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Lamun adalah sumber pakan utama hewan duyung.

Padang lamun menjadi tempat yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan terumbu karang karena sebelum zat-zat halus dan berbahaya menuju permukaan terumbu karang terlebih dahulu disaring oleh padang lamun, selain bermanfaat bagi kelangsungan hidup terumbu karang padang lamun juga bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia karena dapat di manfaatkan sebagai bahan makanan dari alam.
 
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Padang Lamun adalah hamparan lamun yang hidup dan tumbuh di laut dangkal, mempunyai akar, rimpang, daun, bunga dan buah, dan berkembang biak secara generatif dan vegetatif.

Karakteristik Padang Lamun
Secara ekologis, padang lamun memiliki sejumlah karakteristik yang menjadi ciri khasnya di antaranya,
1. Dapat dijumpai di perairan landai, baik di dataran lumpur maupun pasir.
2. Dapat pula didapati pada batas terendah area pasang surut di kawasan hutan bakau atau di area terumbu karang.
3. Dapat hidup hingga kedalaman 30 meter di area perairan tenang serta terlindung.
4. Hidupnya sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan.
5. Dapat melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air, termasuk daur generatif.
6. Dapat hidup di area perairan asin.
7. Memiliki sistem perakaran yang dapat berkembang secara optimal.

Taksonomi Lamun
Salah satu cabang ilmu biologi yang khusus membahas dan mempelajari tentang pengklasifikasian atau penggolongan sistematika makhluk hidup adalah taksonomi. Berikut adalah taksonomi dari tumbuhan lamun, yaitu:
Taksonomi Lamun
Taksonomi Lamun
Flora dan Fauna Padang Lamun
Lamun merupakan ekosisten dengan produktivitas organik dan kekayaan biota yang sangat tinggi. Ekosistem lamun merupakan habitat bagi beragam biota laut, seperti krustacea, ikan, moluska (Pinna sp., Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Archaster sp., Linckia sp.), dan cacing polychaeta.

Fungsi Padang Lamun
Ekosistem lamun ternyata mempunyai banyak fungsi dan manfaat. Menurut Azkab pada tahun 1988, ekosistem lamun adalah salah satu ekosistem paling produktif yang ada di laut dangkal. Selain itu, ekosistem lamun juga memiliki sejumlah peran penting khususnya dalam membantu kehidupan dan pertumbuhan organisme hidup di laut dangkal.
1. Produsen Primer
Padang lamun sebagai produsen primer mempunyai tingkat produktivitas primer paling tinggi jika dibandingkan dengan ekosistem di laut dangkal lainnya seperti ekosistem terumbu karang.

2. Habitat Biota
Lamun disebut sebagai habitat biota karena mampu memberikan tempat perlindungan atau tempat untuk menempel sejumlah jenis hewan dan tumbuhan. Misalnya alga, udang, kerang, dan masih banyak lagi. Selain itu padang lamun juga bisa digunakan sebagai padang penggembalaan, daerah peliharaan, dan makanan untuk beraneka macam jenis ikan kelompok herbivora serta ikan-ikan karang (Kikuchi & Peres, 1977).

3. Penangkap Sedimen
Daun tumbuhan lamun sangatlah rimbun sehingga dapat menghambat laju air yang diakibatkan oleh adanya ombak dan arus sehingga perairan di sekitarnya bisa menjadi lebih senyap. Selain itu, akar dan rizoma tumbuhan lamun juga dapat mengangkat dan melilit sedimen sehingga akan memantapkan serta memperkuat dasar permukaan.

Jadi padang ini juga bisa bermanfaat untuk penjerat sedimen dan penahan erosi (Gingsuburg & Lowestan, 1958).

4. Pendaur Zat Hara
Lamun mempunyai tugas penting dalam pendauran beraneka ragam zat hara dan elemen-elemen langka di lingkungan laut khususnya zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.

Menurut Phillips & Menez pada tahun 1988, ekosistem lamun adalah salah satu ekosistem bahari yang produktif dan mempunyai beberapa fungsi berikut di antaranya,
1. Menahan serta menstabilkan sedimen yang terbawa oleh tekanan-tekanan arus dan gelombang
2. Mengurangi dan memperlambat arus atau gelombang serta bisa juga mengembangkan sedimentasi
3. Memberikan perlindungan kepada hewan-hewan muda sampai dewasa yang mengunjungi padang lamun
4. Daun-daun lamun sangatlah membantu organisme epifit yang merupakan organisme menempel pada permukaan tumbuhan lain
5. Mempunyai perkembangan dan daya produksi yang tinggi
6. Memfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam pola daur rantai makanan

Secara ekologis padang lamun memiliki sejumlah fungsi penting bagi wilayah pesisir di antara,
1. Penghasil detritus dan zat hara
2. Penambat sedimen dan penguatan substrat lunak dengan pola perakaran yang sama-sama padat dan menyilang
3. Tempat berlindung, berburu makanan, tumbuh besar, dan berkembang biak bagi sejumlah biota laut terutama saat memasuki masa dewasa
4. Tudung pelindung bagi para penghuni tumbuhan lamun dari sengatan matahari
5. Membantu melancarkan siklus oksigen dan siklus karbon

Faktor yang Mempengaruhi Padang Lamun
Berikut ini beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap ekosistem padang lamun di antaranya,
1. Intensitas Cahaya Matahari
Penetrasi cahaya yang masuk dalam perairan sangatlah berpengaruh pada proses fotosintesis yang sedang dilakukan oleh tanaman lamun. Tumbuhan lamun sangatlah memerlukan intensitas cahaya yang cukup tinggi untuk proses fotosintesis tersebut.

Jika suatu perairan memperoleh intensitas cahaya matahari yang cukup untuk fotosintesis lamun, maka produktivitasnya pun juga akan berbanding lurus.

2. Kecepatan Arus
Daya produktif tumbuhan lamun juga sangatlah dipengaruhi oleh kecepatan arus dalam suatu perairan.Saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik maka lamun jenis Thallassia testudium mempunyai kesanggupan maksimal untuk bisa tumbuh dan berkembang.

3. Salinitas
Kisaran salinitas yang bisa diterima oleh tumbuhan lamun adalah 10-40% dan nilai optimumnya yaitu 35%. Turunnya salinitas akan menurunkan pula kemampuan lamun untuk bisa melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas suatu perairan tergantung dengan umur dan jenis.

Tumbuhan lamun dengan usia yang tua bisa mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga bisa berpengaruh terhadap biomassa, kerapatan, produktivitas, kecepatan pulih, dan lebar daun. Sementara kerapatan akan lebih meningkat seiring dengan meningkatnya salinitas.

4. Substrat
Tumbuhan lamun bisa hidup di beraneka jenis sedimen yaitu mulai dari kawasan berlumpur sampai karang sekalipun. Kebutuhan substrat yang utama bagi pertumbuhan lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup. Peran intensitas substrat dalam stabilitas sedimen adalah sebagai penjaga tanaman dari arus laut dan tempat untuk mengolah serta penyuplai nutrien.

5. Suhu
Ekosistem padang lamun umumnya bisa ditemukan secara luas pada area bersuhu dingin maupun tropis. Hal tersebut membuktikan bahwa toleransi tumbuhan lamun memang cukup baik khususnya terhadap adanya perubahan suhu.

Namun sebenarnya tumbuhan lamun bisa tumbuh secara optimal hanya pada temperatur 28-30oC. Jika di luar rentang suhu tersebut, proses fotosintesis tumbuhan tersebut akan terganggu.

Sebaran Padang Lamun
Sebaran tumbuhan lamun cukup luas, mulai dari benua Artik sampai ke kawasan Afrika dan Selandia Baru. Terdapat 58 jenis tumbuhan lamun di seluruh dunia dengan konsentrasi utama di perairan Indo-Pasifik. Dari jumlah tersebut, 16 jenis dari 7 marga di antaranya ditemukan di perairan Asia Tenggara.

Jumlah jenis terbesar dapat dijumpai di perairan Filiphina. Namun ada dua hipotesis yang saling bertolak belakang untuk menjelaskan penyebaran tanaman lamun. Dua hipotesis tersebut di antaranya,
1. Hipotesis Vikarians
Hipotesis ini dikemukakan oleh McCoy dan Heck pada tahun 1976. Hipotesis tersebut didasarkan pada lempeng tektonik, pertimbangan ekologi seperti kepunahan, hubungan spesies, hingga perubahan iklim. McCoy dan Heck menyimpulkan bahwa biogeography lebih baik dijelaskan oleh keberadaan penyebaran biota secara luas.

2. Hipotesis Pusat Asal Usul
Hipotesis asal usul berpendapat bahwa penyebaran radiasi lokasi merupakan pola sebaran lamun. Radiasi lokasi tersebut memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi (den Hartog, 1970).

Hipotesis tersebut menyatakan bahwa Malinesia termasuk Kalimantan-Malaysia, Papua-Papua Nugini, serta Utara Australia merupakan pusat asal-usul penyebaran lamun. Mukai (1993) menjelaskan bahwa pola penyebaran modern dari lamun di Pasifik Barat merupakan fungsi dari arus laut dan jarak dari pusat asal usul.

Di Indonesia, ditemukan jenis lamun dengan jumlah relatif lebih rendah dibandingkan Filiphina. Namun di Indonesia juga terdapat dua jenis lamun yang diduga belum teridentifikasi secara jelas, yakni Halophila beccari serta Rupia maritime.

Dari beberapa jenis yang ada di Indonesia, terdapat jenis Thalassodendron ciliatum atau lamun kayu yang penyebarannya sangat terbatas dan berada di wilayah timur perairan Indonesia.

Padang Lamun di Indonesia
Menurut hasil verifikasi luasan padang lamun di Indonesia oleh Tim Wali Data Lamun Indonesia di bawah kepemimpinan LIPI, Indonesia memiliki areal seluas 292 ribu hektar dan menjadi yang tertinggi dibanding negara Asia Tenggara lainnya.

Data verifikasi tersebut juga menunjukkan area-area yang berpotensi terjadi tekanan atau ancaman, serta kawasan dengan luasan stabil dan cenderung lestari atau meningkat.

Salah satu pakar dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI juga mengatakan jika lamun seluas 150.693,16 hektare mampu menyerap karbon sebesar 992,67 kilo ton setiap tahunnya. Jumlah tersebut setara dengan 4,64 mega ton karbondioksida per tahun.

Oleh karena peran dan manfaatnya bagi masyarakat secara ekonomi serta lingkungan, upaya konservasi padang lamun harus terus dilestarikan agar tidak rusak bahkan menghilang. Sebab kerusakan padang lamun di Indonesia sendiri sangatlah tinggi, yaitu mencapai angka 2% hingga 5% setiap tahunnya.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Padang Lamun: Pengertian, Karakteristik, Fungsi, Faktor yang Mempengaruhi, serta Sebarannya"