Sejarah Objektif dan Subjektif: Pengertian dan Contohnya

Pengertian Sejarah Objektif dan Subjektif
Boedi Oetomo 20 Mei 1908
Pengertian Sejarah Objektif
Sejarah objektif adalah bagian daripada adanya kejadian masa lalu yang sekali terjadi dan tidak dapat diulang atau terulang lagi. Dengan kata lain sejarah objektif merujuk pada kejadian atau peristiwa itu sendiri, yaitu proses sejarah dalam aktualitasnya.

Orang yang memiliki kesempatan mengalami suatu kejadian pun sebenarnya hanya dapat mengamati sebagian dari totalitas kejadian tersebut. Oleh karena itu, tidaklah salah jika ada yang mengatakan bahwa sejarah berulang, masuk pada pengertian subjektif.

Pengertian Sejarah Subjektif
Sejarah subjektif adalah suatu konstruk atau bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita tersebut merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik proses maupun struktur.

Disebut subjektif karena sejarah memuat unsur-unsur dan isi subjek (pengarang, penulis). Karena pengetahuan maupun gambaran sejarah adalah hasil penggambaran atau rekonstruksi dari pengarang, otomatis memuat sifat-sifat, gaya bahasa, struktur pemikiran, pandangan, dan sebagainya.

Memahami dan mengerti tentang arti sejarah pada hakikatnya diberikan pembatasan pada pemaknaan sejarah objektif dan sejarah subjektif.

Keduanya tidak terlepas daripada pendapat ahli sejarah Sartono Kartodirjo. Sartono Kartodirjo sebagai sejarawan memberikan makna keduanya, di mana kedua ini berhubungan erat dengan perubahan dan keberlanjutan sejarah.

Contoh Sejarah Objektif dan Subjektif
Contoh Sejarah Objektif
1. Meletusnya gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat
Bagian daripada bentuk sejarah objektif yang berkembang di masyarakat hingga saat ini ialah peristiwa tentang ledakan gunung terbesar di Indonesia yaitu Gunung Tambora di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) cacatan fenomena ini tentu saja bukan tanpa alasan karena diakui ataupun tidak kemungkinan kecil gunung tersebut akan meletus kembali.

2. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Bagian lainnya yang menjadi sejarah objektif ialah pembentukan Pemerintah Darurat Republik Indonesia yang dalam kisah masa lalu berada di Sumatera Barat dengan dipimpin oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara pada tanggal 19 Desember 1948.

Hal ini tentu saja tidak mungkin akan terulang kembali alasannya karena Indonesia kini telah merdeka dan menjadi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Contoh Sejarah Subjektif
1. Sejarah Pergerakan Nasional
Proses sejarah pergerakan nasional bisa dikatakan sebagai bagian daripada sejarah dalam arti subjektif. Alasannya karena sejarah seperti ini dimulai dari pembentukan Budi Utomo hingga proses pembentukan PBUPKI dan PPKI. Adanya bagian historis yang berurutan ini juga tentu saja menimbulkan sikap bela negara bagi masyarakat Indonesia.

2. Konsensus Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Pancasila diakui ataupun tidak menjadi bagian daripada bentuk kesepakatan yang secara universal haruslah diterapkan oleh masyarakat. Khususnya masyarakat Indonesia, alasannya karena dalam Pancasila ini mengandung semua elemen kehidupan masyarakat, sehingga jikalau tidak mengakui Pancasila bisa dikatakan bukan sebagai WNI.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Sejarah Objektif dan Subjektif: Pengertian dan Contohnya"