Pembelajaran Kontekstual: Pengertian, Komponen, Prinsip, Tujuan, Karakteristik, Strategi, Langkah, Contoh, dan Manfaatnya

Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual
Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan antara materi pembelajaran dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menghubungkan dan menerapkan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran kontekstual siswa mengetahui implementasi dari pengetahuan yang diperolehnya sehingga pengetahuan tersebut akan bermakna. Melalui pembelajaran kontekstual siswa mampu menerapkan pengetahuan atau ketrampilan yang dipelajarinya serta secara fleksibel, serta mampu mengaitkan suatu permasalahan ke konteks permasalahan lainnya.

Melalui pembelajaran kontekstual, siswa akan merasakan pentingnya belajar karena relevan dengan kehidupan mereka. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa pengertian pembelajaran kontekstual menurut para ahli di antaranya,
1. Depdiknas, pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi di dunia nyata siswa. Menurut Depdiknas, metode pembelajaran ini harus mampu mendorong siswa menciptakan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Elaine B. Johnson, pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses pendidikan untuk menolong para siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari. Caranya ialah dengan menghubungkan subjek-subjek akademik yang sudah dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari.
3. Wina Sanjaya, pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya pada kehidupan mereka.
4. Suherman, pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang diawali dengan mencontoh kejadian di dunia nyata yang dialami siswa, lalu diangkat menjadi pembahasan konsep yang sedang diajarkan. Siswa bisa mempraktikkan, menceritakan, berdialog, atau tanya jawab.
5. Mulyasa, pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga para siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
6. Fathurrohman, pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Melalui pembelajaran kontekstual, peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri.

Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual terdiri dari tujuh komponen utama menurut Trianto (2010) di antaranya,
1. Kontruktivisme (Contruktivisme)
Pembelajaran dikemas menjadi proses mengonstruksikan bukan hanya menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.

Tugas guru adalah memfasilitasi proses mengonstruksi dengan cara menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan strategi mereka dalam belajar.

2. Menemukan (Inquiri)
Strategi menemukan (Inquiri) merupakan rangkaian kegiatan belajar siswa yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

3. Bertanya (Question)
Dalam pembelajaran, kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, baik administrasi maupun akademik, mengetahui pemahaman siswa, membangkit respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa, membangkit lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa dan menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Comunity)
Dalam kelas Contextual Teaching and Learning siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dengan harapan siswa dapat saling berinteraksi dimana siswa yang pandai dapat membantu siswa yang lemah dalam memahami konsep yang dipelajari dan pengetahuan siswa menjadi lebih berkembang.

5. Pemodelan (Modeling)
Guru membuat suatu model sebagai contoh agar siswa dapat meniru, menelusuri dan menggunakan objek yang dijadikan model pembelajaran kontekstual. Misalnya guru membuat beberapa contoh soal penyelesaiannya sehingga siswa dapat menirunya, atau guru membuat alat peraga untuk dimanipulasi oleh siswa.

6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, merenungkan apa yang telah dilakukan dan mengevaluasinya. Refleksi juga dapat dikatakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Dengan demikian, pada pelaksanaannya dapat berupa catatan siswa, meneliti dan memeriksa hasil pekerjaan siswa, memperbaiki kesalahan dan mencari alternatif cara belajar yang lebih baik jurnal dan lain sebagainya.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Aunthentic Asesment)
Assesmen adalah proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.

Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual harus memuat tiga prinsip utama menurut Elaine B. Johnson dalam Syaefudin (2002) di antaranya,
1. Prinsip ketergantungan
Sebagai suatu sistem, pasti ada keterikatan dan keterkaitan di dalam sekolah. Artinya, setiap elemen di sekolah saling tergantung satu sama lain. Misalnya, antara peserta didik dan guru, guru dan kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan seterusnya.

Adanya ketergantungan ini bisa meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal-hal yang tidak bisa dipisahkan saat pembelajaran berlangsung adalah bahan ajar, media ajar, sarana dan prasarana, sumber belajar, dan iklim sekolah.

2. Prinsip diferensiasi
Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di dunia pendidikan. Hal itu memicu terbentuknya perbedaan, keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu, pendidik selalu dituntut untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi.

3. Prinsip organisasi diri
Artinya guru harus mampu memberikan dorongan atau motivasi pada peserta didik agar senantiasa menggali setiap potensi yang dimiliki secara optimal.

Adapun menurut Muslich (2009), pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip, yang disingkat dengan istilah REACT di antaranya,
1. Relating
Bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata, pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari- hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan.

2. Experincing
Belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inguary.

3. Applying
Belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan.

4. Coorperating
Belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi. Bentuk ini tidak hanya membantu siswa belajar materi, tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata.

Dalam kehidupan nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain.

5. Transfering
Kegiatan belajar dalam bentuk memampatkan pengetahuan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.

Tujuan Pembelajaran Kontekstual
Metode pembelajaran kontekstual ini memiliki beberapa tujuan di antaranya,
1. Meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar, sehingga mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi yang sedang dipelajari.

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual ditandai dengan beberapa karakteristik menurut Fathurrohman (2012) di antaranya,
1. Pembelajaran bermakna. Pemahaman, relevansi, dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan peserta didik dan mempelajari isi materi pembelajaran.
2. Penerapan pengetahuan. Kemampuan peserta didik untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi dimasa sekarang atau dimasa yang akan datang.
3. Berpikir tingkat tinggi. Peserta didik diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kreatif dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.
4. Responsif terhadap budaya. Guru harus memahami dan menghargai nilai kepercayaan, dan kebiasaan peserta didik, teman, pendidik, pendidik dan masyarakat dimana dia mendapatkan pendidikan.
5. Penilaian autentik. Penggunaan berbagai penilaian, misalnya penilaian tugas terstruktur, kegiatan peserta didik, penggunaan portofolio dan sebagainya akan merefleksikan hasil besar sesungguhnya.

Sementara menurut Kunandar (2007), karakteristik pembelajaran kontekstual di antaranya,
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful conections). Artinya, siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (Learning by doing).
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Artinya, siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.
3. Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning). Melakukan kegiatan yang signifikan dengan tujuan, bekerja sama dengan orang lain, berkaitan dengan penentuan pilihan serta terdapat produk atau hasil yang nyata.
4. Bekerja sama(collaborating). Artinya, siswa dapat bekerja sama, guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Artinya, siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan dan menggunakan logika serta bukti-bukti.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi (nurturing the individual). Artinya, siswa memelihara pribadinya, mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standars). Artinya, siswa mengenal dan mencapai standar tinggi, mengidentifikasi tujuan dan memotivasi untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa cara mencapai apa yang disebut excellence.
8. Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assesment). Penilaian dilaksanakan secara obyektif berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa dengan menggunakan berbagai sistem penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan.

Strategi Pembelajaran Kontekstual
Secara sederhana, Hernowo dalam Rulviana dan Kadarwati (2020) menjelaskan langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menerapkan pembelajaran kontekstual di antaranya,
1. Kaitkan setiap materi pelajaran dengan seorang tokoh terkenal yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut.
2. Ceritakan riwayat hidup atau perjalanan tokoh dalam mencapai kesuksesan melalui ilmu yang dimilikinya.
3. Berdasarkan pengalaman tokoh, tunjukkan ke siswa manfaat yang jelas mengenai ilmu yang sedang atau akan mereka pelajari.
4. Upayakan agar ilmu-ilmu yang siswa pelajari bisa memotivasi mereka untuk menerapkannya di kehidupan sehari-hari, seperti tokoh yang diceritakan di awal.
5. Berikan kebebasan pada siswa untuk menemukan cara belajarnya sendiri.
6. Biarkan siswa mengekspresikan emosinya dengan bebas.
7. Bimbing siswa untuk menggunakan emosi yang ada di setiap pembelajaran agar lebih bermakna.

Langkah Pembelajaran Kontekstual
Adapun langkah-langkah pembelajaran kontekstual di antaranya,
1. Mengenalkan sosok/figur yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik pada kegiatan belajar mengajar serta memotivasi agar peserta didik bisa meniru kesuksesan sosok/figur tersebut.
2. Merumuskan manfaat serta tujuan materi yang akan dipelajari serta mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
3. Memberikan umpan balik dengan cara membebaskan peserta didik untuk bereksplorasi, sehingga nantinya mereka bisa menemukan cara belajar yang sesuai.
4. Mengarahkan dan membimbing peserta didik selama mereka belajar untuk bereksplorasi.

Contoh Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Berikut ini adalah contoh penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas yang mengutamakan pengalaman dan konteks nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Gunakan media koran sebagai sumber belajar. Mintalah siswa kita untuk membuat kliping gambar yang menunjukkan kondisi banjir di beberapa daerah.

Secara berkelompok, ajak siswa untuk melakukan pengamatan yang bertujuan menjawab pertanyaan, “kenapa di lingkungan tersebut sering terjadi banjir?”. Di tahap ini, siswa berusaha untuk menemukan penyebab masalah, mengklasifikasikannya, dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Setelah semua data terkumpul, secara bergantian siswa akan mempresentasikan hasil pekerjaannya. Dalam sesi ini, kelompok atau siswa lain boleh memberikan pertanyaan atau tanggapan terkait hasil pengamatan yang dilakukan temannya.

Dari contoh kegiatan di atas, siswa bisa mengenali penyebab-penyebab banjir yang mereka temui di berita koran serta merancang pemecahan masalahnya. Karena proses penemuan ilmu baru dilakukan secara mandiri, siswa akan lebih mudah memahami dan menerapkannya di kehidupan nyata.

Manfaat Pembelajaran Kontekstual
Adapun manfaat metode pembelajaran ini bagi peserta didik di antaranya,
1. Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara kritis, logis, dan sistematis.
2. Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama karena memahami dengan menerapkan.
3. Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan yang didapatkan.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pembelajaran Kontekstual: Pengertian, Komponen, Prinsip, Tujuan, Karakteristik, Strategi, Langkah, Contoh, dan Manfaatnya"