Tantrum pada Anak: Pengertian, Penyebab, Jenis, Cara Mengatasi, dan Manfaatnya

Pengertian Tantrum pada Anak
Tantrum pada Anak

Pengertian Tantrum pada Anak
Tantrum (tantrum temper) pada anak adalah kondisi ketika seorang anak menunjukkan ledakan kemarahan dan frustrasi yang tidak terkendali. Tantrum pada anak kadang-kadang mungkin melibatkan teriakan, menginjak, menendang, atau menjatuhkan diri sendiri ke tanah. (Baca Juga: Pengertian Frustrasi, Penyebab, Gejala, Reaksi, dan Dampaknya)

Balita dan anak-anak prasekolah yang belajar untuk mengelola emosi mereka akan cenderung menunjukkan amukan yang dramatis ketika mereka marah. Amukan mereka mungkin juga merupakan upaya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. (Baca Juga: Pengertian Emosi, Karakteristik, Faktor, Macam, Ekspresi, dan Teori)

Tantrum sebenarnya kondisi yang normal terjadi pada anak, bahkan bisa dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan. Perilaku tantrum ini biasanya menurun seiring berjalannya waktu, ketika seorang anak belajar cara yang lebih tepat secara sosial untuk menangani emosi mereka.

Namun, rekan sosial79 perlu mengetahui tanda tantrum pada anak yang sudah melebihi batas di antaranya,
1. Memiliki frekuensi mengamuk yang sering.
2. Mengamuk dalam waktu yang lama.
3. Saat mengamuk, melakukan kontak fisik dengan orang lain.
4. Marah sampai melukai diri sendiri.

Tanda di atas bisa menjadi risiko gangguan emosional pada anak. Oleh sebab itu, jika sudah dirasa berlebihan Anda bisa berkonsultasi pada dokter.

Penyebab Tantrum pada Anak
Istilah ini digunakan ketika anak menangis, merengek, menjerit, menendang, atau memukul. Kondisi ini biasanya terjadi pada balita usia 1 sampai 3 tahun. Anak yang tantrum umumnya disebabkan oleh rasa kesal, marah, dan frustrasi. Bisa juga muncul karena anak merasa lelah, lapar, dan tidak nyaman.

Tindakan agresif tersebut terjadi akibat anak sulit untuk mengungkapkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Namun, rekan sosial79 tidak perlu khawatir dengan hal ini. Seiring bertambahnya usia, kemampuan berbahasa anak akan semakin meningkat.

Selain itu, anak juga lebih mampu untuk mengendalikan emosi sebagai salah satu tahap perkembangan sosial emosional anak usia dini.

Jenis Tantrum pada Anak
Seperti berjalan, berbicara, dan belajar banyak hal, tantrum merupakan salah satu bagian dari tahap tumbuh kembang anak. Penelitian pada 2007 yang dipublikasikan di The Journal of Pediatrics, mengungkapkan bahwa 70 persen anak berusia 18-24 bulan mengalami tantrum.

Namun, tantrum tersebut tidak serta merta hilang pada usia 2 tahun. Bahkan, beberapa peneliti menemukan bahwa insiden tantrum tertinggi terjadi pada rentang usia 3-5 tahun. Sekitar 75 persen anak prasekolah juga masih melakukan tantrum.

Jadi, rekan sosial79.com tidak perlu terlalu khawatir jika Si Kecil mengalami tantrum. Daripada kesal, cobalah untuk lebih memahami mereka. Salah satunya adalah dengan cara mengenali jenis tantrum yang dilakukan anak di antaranya,
1.Tantrum Manipulatif
Biasanya, tantrum manipulatif akan muncul jika keinginan anak tidak dipenuhi. Tantrum manipulatif adalah tindakan yang dilakukan oleh anak-anak ketika keinginannya tidak terpenuhi dengan baik. Ini adalah tantrum yang dibuat-buat oleh anak-anak untuk membuat orang lain memenuhi keinginannya.

Perlu diingat, tantrum manipulatif tidak terjadi pada semua anak. Kebanyakan tantrum manipulatif muncul akibat adanya penolakan.

Banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk menghentikan anak dari kondisi tantrum. Tenangkan anak. Anda bisa membawa anak ke tempat yang lebih tenang, pantau anak dan awasi, bebaskan dia untuk melakukan apa yang dia mau untuk bisa meluapkan emosinya

Pastikan Anda atau pasangan mampu menguasai emosi agar orangtua juga bisa terlihat tetap tenang dalam menghadapi anak yang tantrum. Jika anak sudah tenang, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku seperti tadi tidak bisa diterima dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh anak. Beri penjelasan yang baik bagaimana seharusnya anak bersikap untuk mendapatkan yang dia inginkan.

Jika setelah kondisi ini anak masih mengalami kondisi tantrum manipulatif, menurut laman Kids Health, salah satu cara terbaik mengurangi perilaku ini dengan mengabaikannya. Ajak anak untuk melakukan kegiatan lain yang sama menyenangkan.

Jangan ragu untuk mencari bantuan pada psikolog anak jika Anda mengalami kesulitan mengatasi tantrum manipulatif pada anak.

2.Tantrum Frustrasi
Umumnya tantrum frustrasi yang terjadi disebabkan karena anak belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik. Anak dengan berusia 18 bulan rentan alami kondisi ini akibat merasa kesulitan mengatakan dan mengekspresikan apa yang dirasakan pada orang lain.

Namun tidak hanya itu, anak akan mengalami tantrum frustasi karena dipengaruhi beberapa faktor. Contohnya seperti kelelahan, kelaparan, atau gagal melakukan sesuatu.

Ada beberapa tips untuk orangtua jika anak mengalami tantrum frustasi. Dekati anak dan buatlah anak menjadi tenang. Kemudian, bantu anak untuk menyelesaikan apa yang tidak bisa dia lakukan. Setelah anak tenang dan berhasil melakukan apa yang dia inginkan, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku yang dilakukan tidak baik.
 

Ajari anak untuk meminta pertolongan kepada orangtua atau orang lain yang anak kenal. Tidak ada salahnya sesekali memberikan pujian kepada anak jika dia berhasil melakukan sesuatu tanpa tantrum. Saat anak meminta pertolongan berikan pertolongan dengan lembut dan kasih sayang.


Tantrum pada anak memang terkadang merepotkan. Namun, peran orangtua dibutuhkan untuk membantu perkembangan dan karakter anak. Ketika menenangkan anak, sebaiknya orangtua menghindari tindakan kekerasan pada anak agar anak merasa dihargai. Orangtua adalah panutan bagi anak, jadi sebaiknya lakukan perilaku yang bisa dijadikan pelajaran untuk anak.

Cara Mengatasi Tantrum pada Anak
Tantrum pada anak tidak boleh dibiarkan terus-menerus karena bisa menjadi kebiasaan yang buruk dan memengaruhi perkembangannya di kemudian hari. Rekan sosial79 bisa mencoba menghentikan tantrum pada anak dengan melakukan beberapa cara berikut di antaranya,
1. Tetap tenang
Saat anak tantrum, Anda harus tetap tenang dan jangan membalas berteriak atau memaksa anak menghentikan amukannya. Sikap yang tenang akan membuat tantrum Si Kecil lebih mudah untuk diatasi. Anda juga bisa mengajak Si Kecil ke tempat yang lebih sepi dan tenang guna menenangkan emosinya.

2. Cari tahu penyebab tantrum
Beragam hal bisa menjadi penyebab tantrum pada anak, seperti keinginan yang tidak terpenuhi atau adanya perasaan lapar dan mengantuk yang sulit diungkapkan. Jika anak belum bisa berbicara, salah satu cara untuk mengenali penyebabnya adalah dengan menanyakan secara langsung, “Kamu lapar?” atau “Kamu masih ngantuk?”.

Anak mungkin akan mengangguk atau menggeleng. Jika penyebab tantrum anak diketahui, maka Bunda akan lebih mudah mengatasinya.

3. Alihkan perhatian Si Kecil
Anak kecil sangat mudah melupakan sesuatu dan tertarik pada hal baru. Anda bisa memanfaatkan hal ini untuk mengalihkan perhatiannya saat tantrum. Misalnya, rekan sosial79 bisa memberikan mainan yang sudah lama tidak dimainkan atau memberikan camilan kesukaannya saat anak berteriak, marah, atau terlihat rewel.

4. Jangan memukul anak
Untuk mengatasi tantrum, pola asuh otoritatif lebih cocok untuk diterapkan. Jadi, jangan memukul atau mencubitnya. Ini justru dapat membuat anak jadi suka memukul untuk menyampaikan keinginannya. Sebagai gantinya, Anda bisa memeluk atau mencium Si Kecil untuk menenangkan emosinya.

Selain menenangkan, pelukan dan ciuman juga bisa menjadi cara untuk menunjukkan bahwa Anda benar-benar peduli dan mencintai mereka.

Jika tantrum pada anak tampak terlalu sering, atau membuatnya menyakiti dirinya atau orang lain, rekan sosial79 sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendiskusikan perilaku tersebut dan cara tepat menanganinya.

Manfaat Tantrum untuk Anak dan Orangtua
Meski menghadapi anak tantrum itu sangat melelahkan, sebenarnya ada manfaatnya. Berikut beberapa alasan penting mengapa tantrum sebenarnya adalah hal yang baik di antaranya,
1. Membantu anak Anda belajar
Anak yang tantrum sedang berjuang dan mengungkapkan rasa frustrasi mereka. Hal ini akan membantu mereka untuk mengendalikan diri sehingga mereka bisa belajar sesuatu yang baru seperti belajar untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengatasi emosi negatif.

Lama-lama, anak akan mengerti bahwa tantrum bukanlah cara yang tepat untuk menarik perhatian orangtua atau untuk memaksakan kehendaknya sendiri.

2. Mendekatkan anak dan orangtua
Ketika anak tantrum, biarkan mereka melewati gejolak perasaannya. Tantrum adalah bagian dari proses belajar anak untuk mempelajari kosakata seperti apa yang dapat membuat kebutuhannya terpenuhi dan mana yang tidak.

Saat anak tantrum, rekan sosial79 perlu tetap tenang, jangan terlalu banyak bicara, dan tawarkan beberapa kata yang meyakinkan dan pelukan hangat. Dengan begitu, anak Anda akan belajar untuk menerima keputusan Anda dan merasa lebih dekat dengan Anda sesudahnya.

3. Anak belajar soal batasan perilakunya
Anak bisa saja menggunakan amukan sebagai senjata untuk mendapatkan yang ia mau. Namun, dengan bersikap tegas, ia akan belajar bahwa memang ada batasan-batasan perilaku (atau permintaan) yang harus diikutinya. Dengan bersikap tegas, lama-lama ia tidak akan mengamuk jadi senjata utamanya saat merasa kesal.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Tantrum pada Anak: Pengertian, Penyebab, Jenis, Cara Mengatasi, dan Manfaatnya"