Regulasi Emosi: Pengertian, Aspek, Faktor yang Mempengaruhi, Strategi, dan Tahapannya

Pengertian Regulasi Emosi
Regulasi Emosi
Pengertian Regulasi Emosi
Regulasi emosi adalah strategi yang bisa dilakukan secara sadar maupun tidak sadar untuk bisa mempertahankan, memperkuat, serta mengurangi satu atau lebih dari aspek respons yang ada di dalam emosi diri, sehingga bisa lebih mempertahankan emosi positif.

Regulasi Emosi menekankan pada bagaimana emosi itu sendiri mampu mengatur dan memfasilitasi proses-proses psikologis, seperti memusatkan perhatian, pemecahan masalah, dukungan sosial. Regulasi emosi diri ini lebih pada pencapaian keseimbangan emosional yang dilakukan oleh seseorang baik melalui sikap dan perilakunya.

Regulasi Emosi Menurut Para Ahli
1. Pratisti (2012), regulasi emosi adalah proses untuk mengenali, menghindari, menghambat, mempertahankan atau mengelola kemunculan, bentuk, intensitas maupun masa berlangsungnya perasaan internal, emosi psikologis, proses perhatian, status motivasional dan atau perilaku yang berhubungan dengan emosi dalam rangka memenuhi afek biologis atau adaptasi sosial atau meraih tujuan individual.
2. Fitri (2012), regulasi emosi adalah strategi yang dilakukan individu untuk memelihara, menaikkan, dan atau menurunkan perasaan, perilaku, dan respons fisiologis secara sadar maupun tidak sadar.
3. Shaffer (2005), regulasi emosi adalah kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi emosi yang tepat meliputi kemampuan untuk mengatur perasaan, reaksi fisiologis, kognisi yang berhubungan dengan emosi, dan reaksi yang berhubungan dengan emosi.
4. Wilson (1999), regulasi emosi merupakan kemampuan untuk menghalangi perilaku tidak tepat akibat kuatnya intensitas emosi positif atau negatif yang dirasakan, dapat menenangkan diri dari pengaruh psikologis yang timbul akibat intensitas yang kuat dari emosi, dapat memusatkan perhatian kembali dan mengorganisir diri sendiri untuk mengatur perilaku yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.

Aspek Regulasi Emosi
1. Startegis to emotion regulation
Dalam hal ini regulasi emosi bisa berkaitan dengan hal yang mengatasi suatu masalah yang di dalamnya memiliki dasar kemampuan agar bisa menemukan sebuah cara agar bisa Mengurangi emosi negatif yang bisa menenangkan diri kita agar bisa kembali yang berlebihan.

2. Control emotional response
Dalam kemampuan individu yang bisa mengontrol sisi emosi di dalam diri kita yang merasakan dengan sebuah respons dan juga hal yang ditampilkan dan dirasakan, misalnya hal yang berkaitan respons fisiologis, nada suara dan juga tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang lain.

Sehingga di mana diri kita juga merasakan sisi emosi yang bisa menunjukkan sisi sifat yang berlebihan.

3. Engaging in goal directed behavior
Dalam hal ini rekan sosial79 berbicara mengenai kemampuan seseorang yang bisa terpengaruh oleh sisi emosi di dalam diri kita, sehingga bisa jauh lebih berpikir dan juga melakukan sesuatu hal yang baik yang negatif maupun hal-hal positif.

Sementara aspek-aspek regulasi emosi menurut Thompson (1994) di antaranya,
1. Kemampuan memonitor emosi (emotions monitoring), yaitu kemampuan untuk menyadari dan memahami dari keseluruhan proses yang terjadi dalam diri, pikiran dan latar belakang dari tindakan individu.
2. Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating), yaitu kemampuan untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi yang dialami individu. Kemampuan untuk mengelola emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam dan benci akan membuat individu tidak terbawa dan terpengaruh secara mendalam yang dapat mengakibatkan individu tidak dapat berfikir secara rasional.
3. Kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification), yaitu kemampuan untuk merubah emosi sehingga mampu memotivasi diri terutama ketika individu berada dalam putus asa, cemas dan marah. Kemampuan ini membuat individu mampu bertahan dalam masalah yang sedang dihadapinya.

Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi
Menurut Gross (2007), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi regulasi emosi pada seseorang, yaitu:
a. Intensitas emosional
Intensitas emosional merupakan dimensi utama variasi di konteks emosional. Pada situasi dengan intensi rendah dan emosi yang negatif, individu akan lebih memilih untuk melakukan penilaian kembali. Sedangkan individu dalam situasi intensitas tinggi dengan emosi negatif cenderung memilih untuk memblokir informasi emosional atau dengan menghindar situasi yang menimbulkan emosi sebelum mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi situasi.
b. Kompleksitas kognitif
Kompleksitas kognitif dapat menghasilkan sebuah strategi regulasi emosi. Hal ini dapat dilihat dengan melibatkan proses kognitif yang berurutan yaitu generasi, implementasi dan pemeliharaan. Generasi melibatkan untuk menemukan opsi pengaturan yang memadai sehingga dapat menggantikan pengolahan informasi emosional. Implementasi melibatkan untuk mengaktifkan strategi regulasi emosi dan pemeliharaan memegang peran dalam mempertahankan regulasi emosi selama yang diperlukan.
c. Tujuan motivasi
Tujuan motivasi yaitu mengevaluasi stimulus emosional akan ditemui dalam sekali atau beberapa kali. Stimulus emosional yang dihadapi beberapa kali dapat lebih baik dalam melakukan regulasi emosi.

Strategi Regulasi Emosi
Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk melakukan regulasi emosi menurut Garnefski, dkk (2001) di antaranya,
1. Menyalahkan diri sendiri (self-blame). Merupakan suatu strategi di mana individu menyalahkan dirinya sendiri mengenai peristiwa hidupnya, terutama peristiwa negatif.
2. Menyalahkan orang lain (other-blame). Merupakan suatu strategi di mana individu menyalahkan orang lain atau lingkungannya atas peristiwa yang dialaminya, terutama peristiwa negatif.
3. Pemusatan pikiran (rumination of focus or thougt). Individu memusatkan pikirannya pada emosi-emosi negatif yang timbul atau peristiwa negatif yang dialami, sehingga pemikiran individu sepenuhnya tercurah terhadap hal negatif yang dialami.
4. Berpikir yang terburuk (catastrophizing). Menggunakan strategi pemikiran bahwa hal-hal negatif atau peristiwa negatif yang terjadi pada diri individu merupakan sesuatu yang sangat buruk atau bahkan paling buruk.
5. Membandingkan permasalahan (putting into perspective). Individu membandingkan satu masalah dengan masalah lain yang sama-sama melibatkan emosi, kemudian mempersepsikan masalah-masalah yang terjadi dalam hidupnya tersebut.
6. Memikirkan hal positif (positive refocusing). Individu memikirkan hal-hal atau kemungkinan-kemungkinan yang menyenangkan di balik masalah yang dihadapinya, sehingga tidak terfokus pada dampak dan emosi negatif dari suatu masalah.
7. Pemaknaan positif (positive reappraisal). Memaknai masalah yang dialami individu secara positif, sehingga terhindar dari pemikiran-pemikiran irasional yang bisa menyebabkan berbagai masalah.
8. Penerimaan (acceptance). Menerima semua peristiwa di dalam hidup, termasuk peristiwa negatif sebagai pelajaran untuk kehidupan yang lebih baik lagi, bukan menyesalinya.
9. Perencanaan (refocus on planning). Pola pikir tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana mengatasi peristiwa negatif yang menimpanya.

Tahapan Regulasi Emosi
Menurut Kenneth T. Strongman dalam bukunya yang berjudul The Psychology of Emotion, From Everyday Life to Theori menjelaskan bahwa, terdapat lima rangkaian proses regulasi emosi di antaranya,
1. Pemilihan situasi
Pada proses ini, rekan sosial79.com mampu mendekati atau menghindari orang, tempat atau objek. Tipe regulasi emosi ini melibatkan mengambil tindakan yang memperbesar atau memperkecil kemungkinan bahwa Anda akan sampai pada sebuah situasi yang diperkirakan akan memunculkan emosi yang diharapkan (atau tidak diharapkan).

2. Perubahan situasi
Hal ini serupa dengan problem-focused coping. Situasi-situasi yang berpotensi membangkitkan emosi. Upaya untuk memodifikasi situasi secara langsung untuk mengubah dampak emosionalnya merupakan salah satu bentuk regulasi emosi yang kuat.

3. Attentional Deployment
Termasuk di sini, contohnya, bingung atau gangguan, konsentrasi atau perenungan. Attentional deployment adalah salah satu proses regulasi emosi yang pertama muncul di dalam perkembangan dan tampaknya digunakan sejak masa bayi sampai masa dewasa, terutama ketika tidak mungkin mengubah atau memodifikasi situasi kita.

Bukan hanya bayi dan anak-anak kecil yang secara spontan mengalihkan pandangannya dari kejadian aversif (dan mengarahkannya pada hal-hal yang menyenangkan), tetapi proses atensional mereka juga dapat dipandu oleh orang lain dengan maksud mengelolanya.

Attentional deployment dapat dianggap sebagai versi internal dari seleksi situasi. Dua strategi atensional yang utama adalah distraksi dan konsentrasi. Distraksi memfokuskan perhatian pada aspek-aspek yang berbeda dari situasi yang dihadapi, atau memindahkan perhatian dari situasi itu ke situasi lain, misalnya ketika seorang bayi mengalihkan pandangannya dari stimulus yang membangkitkan emosi untuk mengurangi stimulasi.

Distraksi juga bisa melibatkan mengubah fokus internal, misalnya ketika individu membangkitkan pikiran atau ingatan yang tidak konsisten dengan keadaan emosional yang tidak diharapkan atau ketika seorang aktor sengaja mengingat tentang sebuah insiden emosional agar dapat menggambarkan sebuah emosi dengan meyakinkan.

Jadi, attentional deployment bisa memiliki banyak bentuk, termasuk pengalihan perhatian secara fisik (misalnya menutup mata atau telinga), pengubahan arah perhatian secara internal (misalnya melalui distraksi atau konsentrasi), dan merespons pengalihan arah perhatian oleh orang lain.

4. Perubahan kognitif
Perubahan penilaian yang dibuat dan termasuk di sini adalah pertahanan psikologis dan pembuatan pembandingan sosial dengan yang ada di bawahnya (keadaannya lebih buruk daripada saya). Pada umumnya, hal ini merupakan transformasi kognisi untuk mengubah pengaruh kuat emosi dari situasi.

Perubahan kognitif mengacu pada mengubah cara rekan sosial79.com menilai situasi di mana kita terlibat di dalamnya untuk mengubah signifikansi emosionalnya, dengan mengubah bagaimana kita memikirkan tentang situasinya atau tentang kapasitas kita untuk menangani tuntutan-tuntutannya.

5. Perubahan respons
Ini terjadi pada bagian akhir, termasuk di sini penggunaan obat, alkohol, latihan, terapi, makan atau penekanan. Modulasi respons mengacu pada mempengaruhi respons fisiologis, pengalaman, atau perilaku selangsung mungkin. Upaya untuk meregulasi aspek-aspek fisiologis dan pengalaman emosi adalah hal yang lazim dilakukan.

Obat mungkin digunakan untuk mentarget respon-respon fisiologis seperti ketegangan otot (anxiolytics) atau hiperaktivitas (sistem-syaraf) simpatik (beta blockers). Olahraga dan relaksasi juga dapat digunakan untuk mengurangi aspek-aspek fisiologis dan pengalaman emosi negatif, dan, alkohol, rokok, obat, dan bahkan makanan, juga dapat dipakai untuk memodifikasi pengalaman emosi.

Regulasi dapat mempengaruhi perilaku dan pengalaman seseorang. Hasil regulasi dapat berupa perilaku yang ditingkatkan, dikurangi, atau dihambat dalam ekspresinya.

Menurut pandangan evolusioner, regulasi emosi sangat diperlukan karena beberapa bagian dari otak manusia menginginkan individu tersebut untuk melakukan sesuatu pada situasi tertentu, sedangkan bagian lainnya menilai bahwa rangsangan emosional ini tidak sesuai dengan situasi saat itu.

Dengannya membuat seseorang tersebut melakukan sesuatu yang lain atau tidak melakukan sesuatu pun. Memahami tahapan di atas, setidaknya dapat memberi sedikit pemahaman dan membantu kita dalam melakukan regulasi emosi. 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Regulasi Emosi: Pengertian, Aspek, Faktor yang Mempengaruhi, Strategi, dan Tahapannya"