Psikologi Antropologi: Pengertian, Ruang Lingkup, Peran, dan Teori Bawaan Manusia

Pengertian Psikologi Antropologi
Psikologi Antropologi
Pengertian Psikologi Antropologi
Psikologi antropologi (antropologi psikologis) adalah cabang dari psikologi yang bersifat interdisipliner dan mengkaji interaksi proses mental dan kebudayaan. Psikologi dan antropologi saling beririsan dalam hal mempelajari manusia. Psikologi berfokus pada manusia secara internal, sementara antropologi menekankan kepada aspek-aspek eksternal yang mempengaruhi manusia.

Seorang psikolog harus menyelidiki unsur-unsur eksternal yang mempengaruhi sifat dan karakter seorang manusia, sedangkan seorang antropolog harus mempelajari interaksi yang terjadi antara manusia yang satu dengan manusia lainnya yang membentuk pola-pola kebudayaan.

Psikologi antropologi memperhatikan cara perkembangan manusia dan enkulturasi dalam kelompok budaya tertentu-dengan sejarah, bahasa, praktik, dan kategori konseptualnya sendiri-membentuk proses perolehan kognisi, emosi, persepsi, motivasi, dan kesehatan mental.

Psikologi antropologi juga memeriksa tentang bagaimana pemahaman kognisi, emosi, motivasi, dan proses psikologis sejenis membentuk model proses budaya dan sosial. Setiap aliran dalam antropologi psikologis memiliki pendekatannya sendiri-sendiri.

Psikologi Antropologi Menurut Para Ahli
1. Claude Lévi-Strauss menyatakan bahwa individu merupakan produk dari lingkungan sosial, dan kepribadian ditentukan oleh budaya lokal.
2. Ember dan Ember (1985), antropologi psikologi adalah studi yang dilakukan oleh para ahli Antropologi yang tertarik pada perbedaan psikologis di antara dan di dalam suatu masyarakat dan persamaan psikologis pada rentang yang luas pada masyarakat manusia.

Ruang Lingkup Psikologi Antropologi
Dalam pembahasannya, ilmu antropologi psikologis memiliki beberapa ruang lingkup tertentu. Di antaranya,
1. Antropologi psikoanalitis
2. Kebudayaan dan Kepribadian
3. Etnopsikologi
4. Antropologi kognitif
5. Antropologi psikiatris

Sementara menurut Milton Singer, ilmu antropologi psikologi mengacu pada tiga kelompok permasalahan besar di antaranya,
1. Kelompok hubungan kebudayaan dengan sifat pembawaan manusia (human nature)
2. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian khas kolektif tertentu (typical personality)
3. Kelompok hubungan kebudayaan dengan kepribadian abnormal

Adapun Ciri dari penelitian antropologi psikologi adalah menekankan perhatiannya pada perbedaan pada kelompok-kelompok alami (natural groups), serta perbedaan individu dan perbedaan kolektif yang sengaja dibentuk untuk kepentingan penelitian (experimentally produced group).

Peran Psikologi Antropologi
Antropologi psikologi tentunya memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata. Beberapa yang paling sering diaplikasikan di masyarakat di antaranya,
1. Mempelajari Pola Perilaku Individu
Cabang ilmu antropologi psikologi biasanya sering digunakan dalam ilmu pengetahuan sosial. Sebab keterkaitan ilmu ini dengan kehidupan bermasyarakat cukup erat. Antropologi psikologis dapat digunakan untuk mempelajari pola perilaku manusia, baik secara individual, kelompok, ataupun yang lebih luas yakni dalam sebuah suku bangsa.

2. Mendeteksi Sebuah Masalah
Penerapan antropologi psikologi yang selanjutnya adalah untuk mendeteksi sebuah masalah. Ilmu yang mempelajari tentang manusia dari sisi psikis, emosi, tingkah laku dan lingkungannya ini dapat membantu seseorang untuk lebih peka. Cukup dengan melihat raut muka atau perilaku biasanya ada atau tidaknya permasalahan bisa terdeteksi dengan cepat.

3. Menciptakan Solusi-Solusi untuk Pemecahan Masalah
Sejalan dengan poin sebelumnya, selain mendeteksi masalah, ilmu antropologi psikologi juga mampu memecahkan problem. Pemahaman secara mendalam terhadap ilmu ini bisa membantu pikiran untuk lebih sensitif terhadap penciptaan ide-ide baru atau solusi terhadap masalah tertentu. Khususnya yang berhubungan dengan manusia, kejiwaan, budaya dan sosial.

4. Mengenal Karakter Tiap Bangsa di Dunia
Cakupan ilmu antropologi psikologi tidak hanya memahami karakter manusia secara individual saja. Tapi juga dalam ruang yang lebih luas yakni kehidupan di masyarakat. Dengan mempelajarinya maka kita bisa menambah wawasan tentang tata pergaulan bangsa di tiap-tiap negara sesuai dengan ciri khas masing-masing.

5. Memahami Kebudayaan Manusia
Selain mengenal karakter manusia dari berbagai negara, antropologi psikologi juga bisa diterapkan untuk mempelajari kebudayaan dunia. Tentunya hal ini sangat menarik.

Dengan mengenal budaya yang bervariasi maka bisa menjadikan kita pribadi yang open mind, baik terhadap budaya politik, tradisi dan interaksi sosial. Budaya sendiri merupakan warisan sosial yang dimiliki tiap masyarakat. Sifat budaya ini dapat mengalami akulturasi dan berkembang lewat hubungan sosial yang terus-menerus dan sesuai perubahan zaman.

6. Membentuk Sikap Toleransi
Penerapan antropologi psikologi yang selanjutnya adalah untuk membentuk sikap toleransi, baik antar individu ataupun dalam pergaulan yang lebih luas di masyarakat. Dengan memahami konsep-konsep ilmu antropologi sekaligus psikologi, biasanya seseorang bisa menjadi lebih memahami, saling tolong-menolong serta menghargai.

Sikap-sikap tersebut tentunya sangat penting untuk memupuk kekeluargaan, sekaligus membentuk kemajuan bangsa dan negara. Selain itu, sikap toleransi juga berguna untuk melestarikan budaya. Sebab dengan saling mengerti maka kita bisa menghormati budaya etnis lain tanpa harus menjatuhkan.

7. Pembangunan Bangsa dan Negara
Pembangunan bangsa dan negara tidak hanya dipengaruhi oleh aparat petingginya saja. Tapi masyarakat pun juga mengambil peranan penting. Khususnya para pemuda-pemudi. Mereka hendaknya tidak hanya terpaku dalam kehidupan bercinta, namun memahami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perkembangan bangsa.

Salah satunya ilmu antropologi psikologi. Ilmu yang membahas tingkah laku manusia secara keseluruhan ini, mulai dari sosial, alam, bahasa dan budaya dapat membantu mempererat hubungan individu di suatu negara. Selain itu meningkatkan wawasan, sehingga komunikasi antar bangsa juga bisa lebih baik.

8. Memahami Konsep Kemanusiaan Secara Keseluruhan
Untuk memahami konsep kemanusiaan tentunya tidak bisa jika digali secara individual saja. Karena manusia itu bersifat sebagai makhluk sosial. Tidak bisa hidup sendiri dan pastinya selalu menjalin hubungan dengan lainnya.

Hal-hal yang berkaitan dengan manusia, misalnya kejiwaan ini dipelajari mulai dari kondisi kesehatannya, penerapannya dalam kehidupan nyata dan di sebuah masyarakat. Begitu pun dengan unsur lain seperti sejarah, bahasa serta perilaku juga perlu dipahami secara menyeluruh.

9. Meningkatkan Taraf Hidup
Ketika seseorang dapat memahami ilmu antropologi psikologi secara baik, maka secara tak langsung ia bisa meningkatkan taraf hidupnya. Sebab ia mampu menjadi seseorang yang lebih peka, mengerti kejiwaan dan perilaku orang lain.

Dengan demikian ia pun mudah diterima di lingkungan. Di samping itu, pembelajaran ilmu ini yang juga mencakup bahasa, budaya, sosial dan sejarah juga dapat menambah wawasan. Yang mana akan membantu interaksi yang lebih baik antar daerah, etnis, bangsa ataupun negara.

10. Membangun Adaptasi yang Lebih Baik
Ketika kita dapat mempelajari keterkaitan tingkah laku dan aspek kejiwaan seseorang maka itu bisa menjadi jalan untuk mempermudah beradaptasi dalam masyarakat. Adaptasi yang baik adalah yang dilakukan lewat pemahaman masing-masing karakter, saling mengenal dan menghargai. Dengan demikian terbentuklah dinamika kelompok yang harmonis.

11. Menumbuhkan Rasa Syukur
Penerapan antropologi psikologi tidak sekedar pada masyarakat ataupun bangsa. Ilmu ini bisa menumbuhkan karakter baik dari dalam diri. Salah satunya meningkatkan rasa syukur. Sebab dengan adanya ilmu antropologi kita bisa mempelajari tentang pembentukan manusia secara keseluruhan. Mulai sejarah perkembangan manusia hingga hubungannya dengan alam.

Kemudian psikologi yang mempelajari aspek-aspek perilaku, jiwa dan lingkungan. Semua itu menjadikan kita sadar bahwa manusia adalah kesatuan yang sempurna. Sehingga kita patut bersyukur.

12. Memahami Kebesaran Tuhan
Adanya ilmu ini juga memiliki penerapan dalam memahami kebesaran Tuhan. Pembahasan tentang fenomena-fenomena alam, mulai dari terbentuknya hujan, angin, petir, pelangi hingga peristiwa yang langka seperti aurora, awan lenticular dan sebagainya dapat membuat kita kagum dan takjub terhadap kekuasaan Tuhan.

13. Penciptaan Gaya Hidup yang Lebih Sehat
Dikarenakan antropologi psikologi adalah cabang ilmu yang cakupannya sangat luas. Khususnya di aspek kemanusiaan, maka kaitannya juga erat dengan kesehatan. Antropologi menjelaskan manusia secara lengkap, mulai dari sejarah, budaya, sosial dan lainnya. Sedangkan psikologi tentang kejiwaan. Maka keduanya ini memiliki pengaruh terhadap cara memelihara kesehatan jiwa dan jasmani.

14. Membentuk Jiwa Kepemimpinan
Antropologi psikologi juga memiliki penerapan terhadap pembentukan jiwa kepemimpinan. Ketika orang mampu memahami hubungan tingkah laku dengan kondisi psikis maka ia akan mudah menghidupkan rasa berani dalam jiwanya.

Selain itu keahlian dalam mempelajari aspek bahasa, budaya dan sosial yang berkaitan dengan manusia juga membuat seseorang lebih berwawasan. Membangun adaptasi serta interaksi yang lebih fleksibel. Semua poin tersebut memberikan pengaruh kuat untuk membentuk sosok pemimpin berkarisma.

15. Meminimalisir Kerasisan
Sebagai ilmu yang juga mempelajari aspek ras, etnis dan budaya tentunya ini bisa meminimalisir sikap rasis dalam sebuah kehidupan bangsa dan negara. Sebab bagaimanapun juga kerasisan masih menjadi hal yang sering diusung dalam masyarakat, sehingga kerapkali memicu perdebatan hingga pertikaian.

Nah apabila kita mampu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan antropologi, maka tentunya pikiran kita akan lebih luas untuk menerima perbedaan. Selain itu, psikologi yang mencakup tentang ilmu kejiwaan juga menjadikan kita lebih mudah memahami kondisi mental orang, dengan demikian kita juga enggan untuk menyakiti.

Teori Bawaan Manusia dalam Psikologi Antropologi
Dalam mazhab teori pembawaan manusia antara lain didukung oleh teori mengenal seksualitas kanak-kanak Sigmund Freud dan teori gejala masalah akil balig dari Margaret Mead. Menurut Sigmund Freud terdapat dua hipotesa dasar dalam psikoanalisa yaitu memgenai teori seksualitas kanak-kanak dan teori kompleks Oedipus (Oedipus Complex).

Menurutnya manusia memiliki dua macam dorongan vital (vital drive) yaitu dorongan Untuk melindungi diri (the drive of self preservation) serta dorongan untuk berkembang biak (the drive toward procreation), yaitu dorongan untuk memelihara kelangsungan hidup dari jenis manusia.

Freud lebih tertarik pada dorongan kedua yaitu dorongan untuk berkembang biak, di mana yang ia sebut dengan libido. Dorongan ini kerap kali dihambat oleh hal-hal yang dapat bersifat sosial budaya manusia. Yang kemudian membuatnya  membagi daerah libido menjadi tiga zona yakni daerah erotik (erotic zone) yaitu mulut, anal, dan genital seperti juga pada teori aus dalam komunikasi interpersonal .

Seorang anak biasanya akan menaruh perhatian khusus terhadap daerah erotik ini terjadi secara bertahap, yakni tahap oral, tahap anal, dan tahap genital. Perkembangan tahap libido ini ditentukan aspek oleh biologis,  namun harus diakui juga bahwa pada perkembangan tersebut, anak dipengaruhi oleh reaksi tokoh-tokoh penting di sekitarnya, melalui cara pengasuhan dari orang tuanya dalam psikologi komunikasi .

Sedangkan Oedipus Complex, dalam aliran psikoanalisis yang diutarakan Sigmund Freud merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksual di masa anak-anak saat anak dari jenis kelamin laki – laki menganggap ayah mereka sebagai musuh dan saingan dalam meraih cinta yang eksklusif dari ibunya.

Para penderita Oedipus Complex pada saat masa kecilnya berusaha untuk menahan hasrat seksualnya terhadap sang ibu dan perasaan cemburu terhadap sang ayah. Akibatnya anak tersebut akan memiliki perasaan bersalah yang berlebihan sehingga akan mengalami konflik emosional sampai ia dewasa. Oedipus kompleks  disebabkan olek faktor kejiwaan yang didapatkan sejak dari masa kecil, seperti terlalu dekat atau terlalu dilindungi oleh ibunya.

Sehingga yang dimaksud dengan  Sindrom Oedipus Complex di sini merupakan pengaruh lanjutan yang di timbulkan dari konflik emosional yang dialaminya dari masa kecil terhadap ibunya dan membawa pengaruh yang berkepanjangan dalam kehidupannya sampai ia nantinya  menjadi dewasa.

Di dalam kajian ilmu Psikologi terdapat tiga aliran yang mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu :
1. Aliran Nativisme
Aliran ini  dipelopori oleh Arthur Schopenhauer (1788-1860), di mana menurut pandangannya bahwa peranan sifat bawaan dan keturunan merupakan penentu perkembangan tingkah laku, persepsi tentang ruang dan waktu tergantung terhadap faktor alamiah yang merupakan pembawaan dari lahir, asumsi yang mendasari aliran ini adalah bahwa pada diri anak dan orangtua terdapat banyak kesamaan baik fisik maupun psikis. Aliran ini lebih dipandang sebagai aliran pesimistis dan deterministik.

2. Aliran Empirisme
Teori ini dipelopori John Locke (1632-1704) ia menitik beratkan pandangannya pada peranan lingkungan sebagai penentu perkembangan tingkah laku manusia, asumsi psikologis ialah bahwa manusia terlahir dalam kondisi tidak memiliki pembawaan apapun, bagaikan kertas putih yang dapat ditulisi dengan apa saja yang dikehendaki.

Sehingga perwujudan dari setiap tingkah lakunya akan ditentukan oleh lingkungan dengan kiat-kiat rekayasa yang bersifat impersonal dan direktif.

Bayi yang baru lahir mempunyai kecenderungan yang sama, yaitu menyusu jika bibirnya bersentuhan dengan payudara ibunya, menangis ketika merasa haus, lapar dan sakit. ini merupakan sebuah reaksi dasar yang secara umum akan dilakukan oleh semua manusia.

Aliran ini lebih dikenal sebagai aliran yang optimistik dan positivistik, hal ini dikarenakan suatu tingkah laku menjadi lebih baik apabila dirangsang oleh usaha-usaha yang nyata, sebab manusia bukanlah robot yang diprogram secara deterministik.

3. Aliran Konvergensi
Teori ini dipelopori oleh William Stern (1871-1929) di mana ia menggabungkan dua aliran sebelumnya. Konvergensi merupakan interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku. Hereditas tidak akan dapat berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan.

Sebaliknya rangsangan lingkungan tidak akan dapat membina perkembangan yang ideal pada diri manusia tanpa didasari oleh faktor hereditas. Karenanya dalam  penentuan kepribadian seseorang bukan hanya ditentukan dengan kerja integral antara faktor internal (potensi bawaan) dan faktor eksternal (lingkungan pendidikan) dalam fungsi-fungsi komunikasi.

Sifat-sifat yang dimiliki seseorang merupakan salah satu aspek yang diwariskan orang tua kepada anak-anaknya. Seperti, penyabar, pemarah, kikir boros, hemat dan sebagainya. Sifat berbeda dengan kebiasaan. Sifat ini sangat sulit untuk diubah, sedangkan kebiasaan dapat diubah jika dia menghendaki dan bersungguh-sungguh mau merubah kebiasaannya itu. Sifat atau kebiasaan merupakan corak dari kepribadian seseorang atau suku bangsa.

Dalam teori ini hal yang paling penting yang menjadi faktor bawaan adalah keturunan. Sehingga tentunya faktor genetik dari orang tua, menjadi hal yang dapat menjadikan sifat bawaan dari setiap masing-masing orang berbeda.

Pada dasarnya teori ini sudah cukup dapat mewakili apa yang terjadi secara nyata dalam kehidupan masyarakat. Namun pastinya masih dapat dikembangkan secara lebih luas. Sebab masih terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kepribadian atau bawaan seseorang.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Psikologi Antropologi: Pengertian, Ruang Lingkup, Peran, dan Teori Bawaan Manusia"