Psikodiagnostik: Pengertian, Aspek, Fungsi, Tujuan, Metode, dan Penggunaannya
Table of Contents
Psikodiagnostik |
Pengertian Psikodiagnostik
Psikodiagnostik merupakan suatu metode diagnosa untuk mengenali kepribadian seseorang secara mendalam. Psikodiagnostik merupakan penggabungan dari dua kata, psikologi dan diagnostik. Psikologi berarti ilmu tentang tingkah laku manusia, sedangkan diagnostik berarti mencari informasi tentang sesuatu.Metode ini digunakan untuk memahami kondisi psikis seseorang yang akan didiagnosa. Istilah psikodiagnostik secara eksplisit muncul sekitar tahun 1921 ketika Hermann Rorschach menerbitkan hasil penelitian dengan metode Rorschach dalam lapangan psikiatri dengan judul Psikodiagnostik.
Berdasarkan hasil penelitian dari Hermann Rorschach (dalam lapangan klinis), psikodiagnostik dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menetapkan kelainan-kelainan psikis, dengan tujuan untuk dapat memberikan pertolongan secara tepat.
Dalam perkembangan selanjutnya, metode ini tidak hanya digunakan untuk permasalahan di bidang klinis saja, tetapi juga di bidang non-klinis seperti bidang industri, organisasi, pendidikan, dan sosial.
Aspek Psikodiagnostik
Psikodiagnostik dalam arti luas memiliki 2 aspek di antaranya, 1. Aspek praktis
Psikodiagnostik adalah setiap metode untuk membuat diagnosis psikologis, yang dilakukan oleh orang yang memiliki dalam melakukannya. Misalnya, diagnosis psikologis untuk terapi, untuk anak yang mengalami gangguan kesukaran belajar, untuk penjurusan bagi siswa-siswi SMA, untuk seleksi calon karyawan, mutasi atau promosi.
2. Aspek teoritis
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dengan segala aspek kehidupannya, dan memiliki orientasi pada kehidupan praktis manusia. Dalam rangka memahami manusia, maka diperlukanlah psikodiagnostik, yaitu studi ilmiah mengenai berbagai metode untuk membuat diagnostik psikologis, agar dapat memperlakukan subjek dengan tepat.
Fungsi Psikodiagnostik
Adapun fungsi dari psikodiagnostik di antaranya,1. Memahami individu (subyek) dengan lebih baik dan memberikan paling sesuai bagi diri yang bersangkutan.
2. Penjabaran dan pemanfaatan tes psikologis.
3. Penyeleksian kualitas tingkah laku dan kepribadian.
4. Pengembangan kepribadian individu (subyek).
Tujuan Psikodiagnostik
Sasaran dari psikodiagnostik adalah kepribadian dari individu yang terwujud dalam tingkah laku, termasuk juga inteligensi, bakat atau kemampuan, minat, emosi, cita-cita, fantasi, inisiatif, daya tahan, daya analisis, dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan dari psikodiagnostik di antaranya,
1. Klasifikasi, maksudnya adalah untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan, perkembangan anak, klinis, dan industri.
2. Deskripsi, maksudnya adalah memberikan penggambaran yang lebih intensif dari individu (subyek).
3. Prediksi, maksudnya adalah memberikan peramalan terhadap perkembangan individu (subyek).
Metode Psikodiagnostik
Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam psikodiagnostik di antaranya, 1. Wawancara
Wawancara adalah suatu situasi pertukaran pandangan antara dua orang yang bertemu. Dalam proses wawancara akan diajukan beberapa pertanyaan yang sebelumnya telah disusun, atau bisa juga pertanyaan dilakukan secara spontan pada saat proses wawancara berlangsung.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan wawancara di antaranya,
a. Timing (waktu), harus diatur secara tepat, tidak terlalu lama atau terlalu singkat.
b. Content (isi), isi dari setiap pertanyaan yang diajukan haruslah disusun dengan jelas dan mudah dimengerti.
c. Mener of respone (cara menanggapi), menanggapi dengan baik sehingga individu (subyek) mau menjawab sesuai dengan yang peneliti butuhkan.
d. Feedback (timbal balik), harus ada timbal baliknya, untuk peneliti agar dalam proses wawancara dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan, sedangkan untuk yang diwawancara bisa menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
2. Observasi
Observasi adalah suatu aktivitas pengamatan yang dilakukan terhadap tingkah laku individu di suatu situasi yang diciptakan atau pada saat tes sedang berlangsung. Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam melakukan observasi adalah where, what, how, dan when.
Sementara observasi dapat dilakukan pada setting sebagai berikut di antaranya,
a. Field setting, adalah situasi dalam keadaan alamiah tanpa ada kontrol apapun, yang biasanya dilakukan di tempat individu yang bersangkutan berada.
b. Simulated setting adalah situasi observasi di mana individu mendapat stimulasi untuk situasi tertentu, tetapi tidak sepenuhnya dikontrol.
c. Laboratory setting, adalah observasi dilakukan dalam suatu laboratorium dengan menggunakan kontrol tertentu dengan situasi yang cukup ketat.
Observasi dapat dilakukan dengan memakai dua metode di antaranya,
a. Observasi partisipan, di mana observator atau peneliti ikut langsung dalam kegiatan yang ingin diobservasi, dan mengamati kegiatan tersebut. Tujuan dari observasi partisipan adalah untuk mendapatkan hasil observasi yang nyata tanpa dibuat-buat.
b. Observasi non partisipan, di mana observator atau peneliti mengamati dari jauh kegiatan yang diobservasi, tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Observator atau peneliti hanya mencatat dan mengamati apa saja kegiatan yang sedang diobservasi.
3. Analisa dokumen pribadi
Metode ini jarang dipakai, biasanya akan dipakai hanya untuk kasus-kasus tertentu saja. Akan tetapi apabila dipakai ada juga manfaatnya untuk menambah pemahaman dan kejelasan mengenai kepribadian individu (subyek).
Beberapa dokumen pribadi yang bisa dianalisis di antaranya,
a. Diary atau buku harian, biasanya digunakan oleh individu (subyek) untuk mencurahkan hal-hal yang dialami atau dirasakannya, baik itu positif atau negatif.
b. Surat-surat pribadi, seringkali individu (subyek) mencurahkan perasaan atas hal-hal yang dialaminya kepada seseorang yang dekat dengannya melalui surat. Pada era modern seperti ini, bisa juga dianalisa e-mail atau media sosial yang dipunyai individu (subyek).
c. Biografi atau autobiografi.
4. Tes psikologi
Tes psikologi adalah prosedur klasifikasi atau pengukuran yang sistematik, yang memberikan pernyataan tentang satu atau lebih karakteristik individu tentang perilaku tertentu secara empiris dan teoritis, dengan memproses secara obyektif reaksi-reaksinya pada sejumlah stimuli yang dipilih secara hati-hati dan membandingkan reaksi tersebut dengan sampel representatif dari subyek.
Tes psikologis perlu memiliki informasi tentang reliabilitas, ketepatan, dan validitasnya. Komponen-komponen tersebut harus dirujuk pada pengembangan tes, yang menunjuk pada bagaimana tes disusun, item ditulis dan dipilih, bagaimana deviasi diselesaikan dan bagaimana jumlah skor dihitung dan diinterpretasikan.
Penggunaan Psikodiagnostik
Berkaitan dengan metode yang dapat digunakan dalam psikodiagnostik tersebut, psikodiagnostik dapat digunakan dalam beberapa setting di antaranya, 1. Clinnical setting, yang lebih memfokuskan untuk mendeteksi gangguan psikis individu (subyek), mengukur kemampuan pribadi individu, dan menetapkan pola treatment yang efektif. Dalam clinnical setting, psikodiagnostik digunakan di rumah sakit, rumah sakit jiwa, pusat kesehatan mental, atau klinis konsultan psikologis.
2. Legal setting, yang berhubungan dengan masalah kriminal dan kejahatan. Dalam legal setting, psikodiagnostik digunakan di pengadilan, pusat rehabilitasi, dan lembaga pemasyarakatan.
3. Educational and vocational guide setting, yang memfokuskan pada pengembangan studi dan kerja. Dalam educational and vocational guide setting, psikodiagnostis digunakan di sekolah, universitas, pusat pelatihan, dan pusat bimbingan karier.
4. Educational and vocational selection setting, yang memfokuskan pada penentuan bidang studi, seleksi jabatan, dan lain sebagainya. Dalam educational and vocational selection setting digunakan di perusahaan, instansi, atau suatu organisasi.
5. Research setting, yang memfokuskan pada pengembangan ilmu dan teknik serta metode psikodiagnostik. Dalam research setting, psikodiagnostik digunakan di lembaga penelitian.
Dari berbagai sumber
Post a Comment