Demensia: Pengertian, Gejala, Penyebab, Tahapan, Jenis, Pengobatan, dan Pencegahannya

Pengertian Demensia
Demensia
Pengertian Demensia
Demensia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sekumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan fungsi kognitif otak dalam mengingat (memori), berpikir, bertingkah laku, dan berbicara (berbahasa). Penderita demensia akan kehilangan kemampuan tertentu dan pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya.

Demensia biasanya terjadi pada usia lanjut. Kondisi ini memiliki banyak sebutan lain, seperti gangguan neurokognitif mayor atau penyakit pikun. Pikun sendiri merujuk pada kondisi menurunnya daya ingat seseorang, yang umumnya disebabkan oleh menuanya usia. Namun, orang dengan penyakit demensia sangat khas mengalami gejala pikun yang cukup parah.

Tingkat keparahan kondisi ini bisa beragam, mulai berkisar dari yang ringan hingga berat sekali pun. Bahkan bukan tidak mungkin, kondisi yang memengaruhi fungsi otak ini bisa mengubah kepribadian seseorang. Penyakit yang menyerang otak ini juga bisa bersifat progresif, yang artinya dapat berkembang semakin memburuk dari waktu ke waktu.

Beberapa kasus yang mengakibatkan demensia cenderung sulit untuk pulih. Risiko mengalami demensia memang biasanya semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Namun penting untuk dipahami, bahwa kondisi ini sebenarnya bukan merupakan bagian dari penuaan.

Di Indonesia, tahun 2016 diperkirakan ada sekitar 1,2 juta orang yang memiliki penyakit demensia. Angka ini akan terus melonjak seiring waktu dengan perkiraan 2 juta jiwa di tahun 2030 dan 4 juta jiwa di tahun 2050.

Gejala Demensia
Berikut berbagai gejala yang ditunjukkan oleh orang yang mengalami demensia di antaranya,
1. Gejala terkait perubahan kognitif
a. Kehilangan ingatan
b. Kesulitan berbahasa, berkomunikasi dengan orang lain, dan melakukan kegiatan sehari-hari.
c. Mengalami disorientasi atau kebingungan akan waktu dan tempat.
d. Kesulitan dalam berpikir dan mencerna informasi.
e. Sering lupa dan salah saat meletakkan suatu benda.

2. Gejala terkait perubahan psikologis
a. Perubahan perilaku, kepribadian, dan suasana hati yang kerap terjadi secara tiba-tiba.
b. Kehilangan inisiatif atau apatis pada hal apa pun, termasuk pada kegiatan yang sebelumnya pernah ditekuni.
c. Kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
d. Mengalami depresi.
e. Mengalami halusinasi.
f. Mengalami paranoia.
g. Merasa gelisah.

Seiring bertambahnya usia pasien, gejala demensia di tahap akhir biasanya dapat semakin memburuk. Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas.

Penyebab Demensia
Terdapat beberapa faktor penyebab demensia di antaranya,
1. Usia
Usia merupakan faktor risiko terbesar pengidap demensia. Demensia mempengaruhi satu dari 14 orang di atas usia 65 tahun dan satu dari enam di atas usia 80 tahun.

2. Pembawaan genetik
Ada beberapa keluarga yang mempunyai riwayat penyakit demensia dan dibawa dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam kasus genetik, kondisi demensia bisa muncul relatif lebih awal.

3. Faktor Lain
Faktor lingkungan dapat berkontribusi pada timbulnya penyakit demensia. Misal, orang dengan cedera kepala berat atau leher (whiplash injuries) memiliki risiko mengalami perkembangan demensia atau petinju yang menerima pukulan terus menerus di kepala memiliki risiko serupa.

Penelitian juga menunjukkan, orang yang merokok, memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi atau diabetes memiliki peningkatan risiko perkembangan penyakit demensia.

Tahapan Demensia
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah membagi demensia menjadi tiga tahap di antaranya,
1. Tahap awal demensia
Pada tahapan ini, seseorang masih belum tampak telah mengalami demensia. Namun ada beberapa gejala yang muncul di antaranya,
a. Menjadi lebih pelupa
b. Kesulitan mengidentifikasi waktu
c. Merasa tersesat bahkan di lokasi atau tempat yang sudah dikenal

2. Tahap pertengahan
Pada tahap ini, gejala demensia akan lebih terlihat di antaranya,
a. Lupa akan nama dan kejadian terkini
b. Merasa tersesat bahkan saat hanya berada di rumah
c. Kesulitan untuk berkomunikasi
d. Terjadi perubahan perilaku
e. Berulang kali mengajukan pertanyaan yang sama
f. Membutuhkan bantuan dan perawatan dari orang lain

3. Tahap akhir
Pada tahap akhir dari demensia, seseorang yang mengalaminya benar-benar membutuhkan bantuan dari orang lain bahkan sepanjang waktu. Ini karena gejala demensia menjadi lebih parah. Seseorang dengan demensia di tahap akhir mungkin akan mengalami di antaranya,
a. Tidak menyadari di mana mereka berada
b. Tidak menyadari atau mengenal waktu
c. Mengalami kesulitan bahkan untuk mengenali orang yang dicintai
d. Merasa sulit untuk berjalan
e. Mengalami perubahan perilaku, termasuk menjadi lebih agresif

Demensia yang semakin memburuk seiring waktu dapat menimbulkan komplikasi di antaranya,
1. Kekurangan nutrisi. Kondisi terjadi karena pasien lupa untuk makan dengan baik, atau mungkin tidak bisa menelan dan mengunyah.
2. Pneumonia (radang paru-paru). Kesulitan menelan meningkatkan risiko tersedak atau menyedot makanan ke dalam paru-paru, yang dapat menghalangi pernapasan dan menyebabkan pneumonia.
3. Tidak bisa merawat diri. Ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, menyikat rambut atau gigi, menggunakan toilet sendiri, dan minum obat secara akurat.
4. Kematian. Demensia stadium akhir menyebabkan koma dan kematian, seringkali karena infeksi.

Jenis Demensia
Berdasarkan situs National Institute of Aging, ada beberapa jenis dari demensia di antaranya,
1. Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum. Terbukti dengan sekitar 60-80 persen dari semua kasus demensia ditempati oleh penyakit Alzheimer, sebagian kecil kasus terkait dengan mutasi gen yang diturunkan orangtua ke anak.

Salah satu gen yang mewariskan tingginya risiko penyakit ini adalah apolipoprotein E4 (APOE). Sementara kasus lain kemungkinan terjadi akibat adanya plak (gumpalan protein) di otak.

2. Demensia vaskular
Demensia vaskular adalah gangguan fungsi otak yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah pada otak. Kondisi tersebut bisa disebabkan oleh adanya penumpukan plak di dalam pembuluh darah arteri.

Padahal normalnya, pembuluh darah tersebut seharusnya bertugas sebagai pemasok darah untuk otak. Stroke atau gangguan lainnya bisa menjadi penyebab masalah pada pembuluh darah ini.

3. Lewy body dementia
Lewy body dementia adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya endapan protein di dalam sel saraf pada otak. Akibatnya, fungsi otak untuk menghantarkan sinyal kimia ke seluruh tubuh pun terhambat.

Itulah mengapa orang yang mengalami hal ini biasanya memiliki penurunan daya ingat, dan respons yang cenderung lambat. Lewy body dementia merupakan salah satu jenis demensia progresif yang cukup umum.

4. Demensia frontotemporal
Demensia frontotemporal adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan rusaknya sel-sel saraf di lobus frontal temporal otak, yakni di bagian depan. Bagian otak ini umumnya bertugas untuk mengatur kepribadian, perilaku, dan kemampuan berbicara (bahasa).

5. Kombinasi demensia
Penyakit pikun ini merupakan gabungan dari dua atau lebih jenis demensia, seperti penyakit Alzheimer, demensia vaskular, dan Lewy body disease.

Pengobatan Demensia
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Kondisi yang memengaruhi fungsi kognitif otak ini biasanya tidak hanya melibatkan satu jenis pemeriksaan saja. Dokter mungkin akan melakukan serangkaian tes diagnosa untuk penyakit demensia meliputi di antaranya,
1. Riwayat medis
Dokter akan menanyakan tentang sejarah keluarga, penyakit, cedera, dan operasi yang pernah dialami. Selain itu, obat-obatan yang pernah dikonsumsi, serta kondisi kronis juga akan diperiksa guna mencari tahu penyebab kondisi ini.

2. Pemeriksaan fisik
Tes pendengaran dan penglihatan, tekanan darah, denyut jantung, dan berbagai indikator lainnya akan diperiksa. Tujuannya untuk mendeteksi apakah kondisi kesehatan Anda tergolong akut atau kronis.

3. Tes laboratorium
Tes darah bisa digunakan untuk membantu mendeteksi masalah fisik yang turut memengaruhi kerja otak. Entah itu karena kekurangan vitamin B-12, atau kelenjar tiroid yang kurang aktif.

Terkadang, cairan tulang belakang juga diperiksa guna mengetahui adanya infeksi, peradangan, atau pertanda beberapa penyakit degeneratif.

4. Tes pencitraan
Electroencephalography (EEG), PET scan, dan MRI, bisa menjadi pilihan pengobatan lainnya. Namun hal ini tergantung dari sejarah medis dan gejala yang Anda miliki.

5. Tes neuropsikologis
Dokter biasanya akan meminta pasien untuk mengingat kata-kata atau menyebutkan objek tertentu. Hal ini bertujuan untuk menentukan seberapa parah kondisi, melacak perubahan pada kemampuan tubuh, serta menilai kemampuan yang berfungsi dengan baik.

Secara keseluruhan, pemeriksaan ini bertugas untuk menilai berbagai fungsi. Meliputi memori, bahasa, penglihatan, perhatian, pemecahan masalah, gerakan tubuh, sistem indra, keseimbangan, hingga refleks tubuh.

6. Evaluasi kejiwaan
Seorang ahli kesehatan jiwa biasanya akan menilai apakah depresi atau kondisi kesehatan mental lainnya, turut terkait dengan kondisi penurunan fungsi otak ini.

Demensia dapat ditangani dengan menggunakan dua cara, yakni obat-obatan dan terapi:
1. Obat-obatan
Ada beberapa obat yang digunakan untuk mengobati demensia alias penyakit pikun, di antaranya adalah:
a. Obat penghambat kolinesterase
Obat ini bekerja dengan meningkatkan senyawa kimia di otak yang terlibat dalam memori dan penilaian. Contoh obat-obatan yang digunakan adalah donepezil (Aricept), rivastigmine (Exelon) dan galantamine (Razadyne). Efek samping dari obat ini adalah gangguan pencernaan, denyut jantung melambat, dan gangguan tidur.

b. Obat memantine
Memantime bekerja dengan mengatur aktivitas glutamat, pembawa pesan kimiawi lain yang terlibat dalam fungsi otak, yakni pembelajaran dan pengolahan memori. Efek samping dari obat ini adalah kepala pusing.

2. Terapi demensia
Cara mengobati dan mengatasi demensia selain obat adalah dengan mengikuti terapi. Perawatan ini bertujuan untuk membantu pasien memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Terapi yang dilakukan umumnya meliputi:
a. Terapi okupasi. Perawatan ini membantu pengasuh pasien dan pasien ketika gejala muncul. Tujuannya, untuk mencegah terjadi kecelakaan atau terjatuh yang bisa memengaruhi kesehatan.
b. Perubahan lingkungan. Suasana yang jauh dari kebisingan dan aman tentu membantu pasien demensia untuk lebih fokus dalam menjalankan aktivitas. Keluarga dan pengasuh biasanya akan diminta untuk menyembunyikan berbagai benda yang sifatnya membahayakan, seperti pisau.
c. Menyederhanakan tugas harian. Pasien demensia mudah kesulitan melakukan aktivitas yang biasanya mudah dilakukan orang normal. Oleh karena itu, dalam terapi ini, pasien akan diajarkan untuk lebih fokus serta mengikuti langkah-langkah mudah dalam menyelesaikan suatu kegiatan.

Perawatan demensia di rumah
Hampir semua kasus demensia, menyebabkan seseorang untuk melakukan perawatan di rumah karena gejala yang dialaminya. Oleh karena itu, pasien membutuhkan bantuan Anda dan keluarga. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk merawat pasien demensia di antaranya,
1. Anda harus membantu pasien mengikuti pengobatan yang direkomendasikan dokter. Bahkan, mengatur jadwal pengobatan rutin lanjutan agar kondisi tubuhnya tetap sehat.
2. Anda perlu membantu pasien untuk melakukan perawatan diri, seperti menyiapkan makanan dan memastikan pola makannya sesuai anjuran dokter, membersihkan tubuhnya, dan mengajaknya untuk melakukan berbagai aktivitas yang memberi manfaat pada kesehatan otaknya, seperti berkebun atau olahraga.
3. Cobalah berkomunikasi dengan pasien dengan cara yang benar, yakni menggunakan pilihan kata yang mudah dimengerti, tidak terburu-buru, dan gunakan gestur tubuh untuk menunjukkan suatu hal.
4. Paling penting adalah bagaimana Anda bisa menjaga emosi pasien tetap stabil. Hindari berbicara membentak, dan tidak mengabaikannya.

Pencegahan Demensia
Tidak cara khusus yang bisa mencegah seseorang dari penyakit demensia. Meski begitu, Anda bisa menurunkan risiko sebagai tindakan pencegahan demensia di kemudian hari di antaranya,
1. Jagalah pikiran Anda agar tetap aktif, seperti membaca, memecahkan teka-teki, atau mengikuti permainan tebak kata atau mengasah memori.
2. Aktif baik secara fisik, maupun sosial, yakni dengan menjalankan olahraga secara rutin dan berinteraksi dengan orang-orang di sekeliling, seperti mengikuti komunitas.
3. Berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok.
4. Ikuti pengobatan dari masalah kesehatan yang Anda miliki, seperti depresi, hipertensi, atau kolesterol tinggi.
5. Penuhi nutrisi dari berbagai makanan yang sehat, terutama dari vitamin D, vitamin B kompleks, dan vitamin C. Anda bisa mendapatkan berbagai nutrisi dari sayur, buah, kacang-kacangan, telue, daging, dan biji-bijian.
6. Jaga pola makan tetap sehat, agar berat badan Anda tetap ideal.
7. Pastikan Anda cukup beristirahat. Jika Anda memiliki gangguan tidur, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Demensia: Pengertian, Gejala, Penyebab, Tahapan, Jenis, Pengobatan, dan Pencegahannya"