Psychological Safety: Pengertian, Peran, Faktor Pendukung, Manfaat, dan Cara Membentuknya

Table of Contents
Pengertian Psychological Safety atau Keamanan Psikologis
Psychological Safety (Keamanan Psikologis)

Pengertian Psychological Safety

Psychological safety (keamanan psikologis) adalah mekanisme organisasi yang memungkinkan para anggotanya mendapatkan perasaan aman secara psikologis ketika mereka bekerja dalam tim. Psychological safety juga diartikan sebagai keyakinan bersama bahwa tim aman untuk pengambilan risiko antarpribadi.

Psychological Safety Menurut Para Ahli
1. Kahn (1990), psychological safety adalah kemampuan untuk menunjukkan dan mempekerjakan diri sendiri tanpa takut akan konsekuensi negatif dari citra diri, status, atau karier. Dalam tim yang aman secara psikologis, anggota tim merasa diterima dan dihormati.
2. Maslow (1945), psychological safety adalah semacam perasaan percaya diri, keamanan dan kebebasan dari ketakutan dan kecemasan.
3. Edmondson (2003), psychological safety adalah suatu gambaran persepsi individu tentang konsekuensi risiko interpersonal di lingkungan kerja mereka. Psychological safety juga berkaitan dengan suatu kepercayaan terhadap lingkungan yang memungkinkan individu mengambil risiko dalam pekerjaan atau aktivitas yang dijalaninya.

Peran Psychological Safety

Amy Edmondson dalam studinya menunjukkan bahwa psychology safety merupakan faktor penting dalam pembelajaran organisasi, memotivasi orang menjadi lebih inovatif. Peranan pemimpin dalam hal ini cukup penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif dengan meningkatkan keamanan (psikologi) karyawannya.

Terdapat beberapa indikator yang mengisyaratkan lingkungan mengalami krisis keamanan psikologi termasuk keengganan anggota tim untuk berbagi informasi tentang pencapaian mereka, baik apa yang berhasil ataupun tidak berhasil, karyawan merasa tidak nyaman membicarakan masalah dan merasa sulit untuk mendiskusikan apa yang ada di pikiran mereka.

Dalam hal ini, peran pemimpin sangat dibutuhkan. Setiap karyawan sangat sadar akan perilaku pemimpinnya, dan bagaimana cara mereka merespons satu situasi akan mempengaruhi persepsi karyawan untuk bertindak lebih aman.

Faktor Pendukung Psychological Safety

Terdapat sejumlah faktor pendorong psychological safety di tempat kerja di antaranya,
1. Lingkungan yang luwes
Studi Edmondson (1999) melaporkan bahwa lingkungan kerja yang penuh tekanan dapat mempengaruhi individu, sehingga mengakibatkan keengganan untuk berinisiatif meminta bantuan dalam pekerjaan atau tidak berani mempertanyakan tujuan tim karena takut sanksi oleh manajemen.

2. Afeksi
Psychological safety dipicu oleh interaksi sosial antar individu dalam organisasi, ditambah adanya iklim interpersonal yang koheren dalam setiap kelompok yang dicirikan oleh campuran kepercayaan, rasa hormat terhadap kompetensi satu sama lain, dan kepedulian satu sama lain sebagai manusia (Edmondson, 1999).

3. Information exchange
Penelitian yang dilaksanakan Gong, et. al. (2012) membuktikan bahwa karyawan yang proaktif melakukan information exchange dengan orang lain akan mendorong hubungan saling percaya yang memberikan keamanan psikologis bagi karyawan yang lain.

4. Tingkat kecemasan
Sebuah studi yang dilakukan oleh Edmondson & Mogelof (2005) melaporkan bahwa individu yang memiliki tingkat kecemasan tinggi akan cenderung memiliki psychological safety yang rendah, begitu pula sebaliknya. Contohnya, seseorang tidak akan bekerja dengan maksimal jika dia merasa ada ancaman pelecehan seksual di tempat kerja.

Manfaat Psychological Safety

Psychological safety yang terwujudkan dalam lingkungan kerja akan memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh seluruh pihak dalam organisasi di antaranya,
1. Meningkatkan Effort dalam Bekerja
Edmondson (2003) menulis, psychological safety dapat meningkatkan kemungkinan perilaku belajar yang effortful maupun berisiko secara interpersonal, serta perilaku positif lainnya seperti mencari bantuan, eksperimen, dan berdiskusi dengan rekan kerjanya tentang kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.

2. Organizational Learning
Organization learning adalah segala bentuk kegiatan yang melibatkan perolehan, pemrosesan, dan penyaluran pengetahuan antar pihak-pihak yang berpartisipasi di dalamnya. Sebuah studi membuktikan kualitas hubungan kerja berkontribusi terhadap organizational learning melalui adanya psychological safety (Carmeli, et., al., 2009).

Secara terperinci, individu akan merasa aman secara psikologis saat ia dapat terlibat dalam perilaku belajar, mengemukakan kekhawatiran, dan membicarakan berbagai hal secara terbuka.

3. Mendukung Kinerja Tim yang Positif
Sebuah organisasi terdiri dari tim-tim yang saling bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Maka dari itu, kinerja tim-tim tersebut diharapkan juga harus konsisten. Sebuah penelitian oleh Kim, et. al. (2020) membuktikan bahwa lingkungan yang mendukung psychological safety juga akan mendukung kinerja tim.

Selain itu, jika ketika anggota mengenali komunikasi yang baik dalam tim, mereka menjadi lebih terlibat dan produktif, dan kepercayaan pada kemampuan tim dapat diperkuat.

Membentuk Psychological Safety Pribadi

Tanpa banyak kontrol pada tim (seperti pemimpin), tidak banyak yang dapat Anda lakukan untuk mengatur perilaku orang lain. Namun, pikiran Anda hanya dapat dan sepenuhnya dikendalikan oleh Anda sendiri.

Berikut beberapa cara bagaimana Anda dapat membentuk psychological safety untuk diri sendiri, mulai dari dalam.
1. Lihat kegagalan secara berbeda
Takut akan kegagalan adalah dampak yang paling terlihat dari kurangnya psychological safety. Jika Anda bicara, bos bisa marah. Jika ide Anda gagal, orang-orang tidak akan melupakannya. Ini semua memang benar, tapi setelah itu, apa?

Itu hanyalah satu sisi dalam melihat kegagalan. Cara yang lebih baik adalah menempatkan kegagalan di bawah cahaya yang lebih optimis. Jika Anda bicara dan bos marah, maka Anda belajar untuk menghubunginya dalam suasana hati yang lebih baik. Jika ide Anda gagal, maka Anda belajar apa yang harus dihindari dan akan lebih berpengalaman untuk ide berikutnya.

Mungkin terdengar klise, tapi sebenarnya masuk akal. Kegagalan akan terjadi selalu terjadi dan tidak bisa dihindari. Jadi sisanya terserah Anda antara menganggapnya sebagai kekalahan atau kesempatan untuk mencoba lagi dengan pengetahuan yang lebih baik. Dan ketika Anda melihatnya dengan lebih optimis, kegagalan akan terlihat tidak terlalu menyeramkan, dan akan terasa lebih aman untuk mengambil risiko.

2. Belajar mengambil risiko
Psychological safety bukanlah hal yang sama dengan zona nyaman (comfort zone), yang berarti Anda harus belajar mengambil risiko untuk mencapainya. Jika ada kemungkinan gagal, maka juga ada kemungkinan berhasil. Jika Anda punya ide untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik, atau Anda tahu suatu cara untuk memecahkan masalah, ambil risiko dan utarakan pikiran Anda. Menjadi diam saja tidak akan mengubah apapun.

Selain membuat hal menjadi lebih baik, manfaat lainnya dari mengambil risiko interpersonal adalah inisiatif yang Anda ambil akan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dan ketika mereka mengerti bahwa aman untuk mengambil risiko interpersonal, maka akan terlihat tidak mengancam, dan psychological safety pun tercapai.

3. Hargai orang dan mulai memberi kepercayaan
Jangan takut meminta bantuan dari orang lain. Memang ada namanya ancaman dilihat sebagai tidak kompeten, tapi ambil saja risiko itu. Orang akan merasa dihargai ketika keahlian mereka diakui. Lagi pula, lebih baik mendapatkan bantuan daripada improvisasi dan membuatnya lebih buruk.

Namun intinya adalah orang akan sadar bahwa Anda mempertaruhkan psychological safety dengan meminta bantuan, atau dengan memberi bantuan walalupun harus menggunakan waktu untuk melakukan tugas Anda sendiri, atau dengan mengutarakan opini yang jujur namun tidak populer.

Perlahan orang-orang akan belajar untuk melakukan hal yang sama, dan ketika mereka mengambil risiko juga, tunjukkan bahwa Anda menghargai tindakan mereka — dengarkan ketika mereka mengutarakan pikiran, tawarkan bantuan ketika diminta. Begitulah bagaimana orang belajar bahwa menjadi rentan itu tidak apa-apa.

4. Putar balik golden rule
Ingat golden rule saat masih kecil? “Perlakukan orang seperti Anda ingin diperlakukan.” Mungkin terdengar mulia, tapi ternyata ini bukanlah nasihat yang begitu baik. Alasannya sangat sederhana: setiap orang berbeda, yang artinya mereka mempunyai reaksi berbeda pada setiap perlakuan.

Dalam menjadi alasan agar orang merasakan psychological safety saat di sekitar Anda, penting untuk mengerti bahwa tidak semua orang ingin diperlakukan seperti yang Anda inginkan. Kata-kata lembut dapat membantu Anda menjadi tenang, namun bagi orang lain itu hanya akan mengingatkan akan masalah mereka.

Yang penting adalah untuk mengerti kepribadian orang yang berbeda-beda untuk menyediakan suasana yang tepat agar mereka merasa aman untuk menjadi rentan. Bahkan ini pun dapat menjadi risiko interpersonal untuk Anda, tapi itu akan membawa imbalan yang besar — membentuk psychological safety untuk tim, mulai dari Anda.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment