Psikologi Transpersonal: Pengertian, Sejarah, Konsep, dan Manfaatnya

Pengertian Psikologi Transpersonal
Psikologi Transpersonal
Pengertian Psikologi Transpersonal
Psikologi transpersonal adalah cabang ilmu psikologi yang berupaya menggambarkan dan mengintegrasikan pengalaman spiritual dalam teori psikologi modern serta merumuskan teori baru untuk menjelaskan pengalaman tersebut.

Secara etimologi, transpersonal sendiri berakar dari kata trans dan personal. Trans artinya di atas (beyond, over) dan personal adalah diri. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa transpersonal membahas atau mengkaji pengalaman di luar atau batas diri, seperti halnya pengalaman-pengalaman spiritual

Menurut John Davis, psikologi transpersonal diartikan sebagai ilmu yang menghubungkan psikologi dengan spiritualitas, yakni salah satu bidang psikologi yang berisi mengenai konsep, teori, dan metode psikologi dengan kekayaan spiritual dari macam-macam budaya dan agama.

Wilayah pembahasan dalam psikologi transpersonal menyangkut spiritual, pengembangan diri, diri yang melampaui ego, pengalaman puncak, pengalaman mistik, kerasukan, krisis rohani, evolusi spiritual, praktik-praktik spiritual, dan pengalaman hidup yang tersublimasi serta tidak umum.

Psikologi Transpersonal diawali dengan penelitian tentang psikologi kesehatan pada tahun 1960-an yang dilakukan oleh Abraham Maslow, dan muncul lebih pesat lagi setelah diterbitkannya Jurnal tentang psikologi transpersonal pada tahun 1969 di mana hal tersebut sudah mengarah pada dimensi spiritual manusia.

Sejarah Psikologi Transpersonal
Anthony Sutich (1907-1976), pendiri The Journal of Humanistic Psychology, sebagai pendiri mazhab psikologi transpersonal. Ia mengumpulkan tokoh-tokoh yang punya paham yang sama di rumahnya di California.

Mereka membahas secara informal topik-topik yang tidak diperhatikan oleh psikologi humanistik dan gerakan potensi manusia waktu itu. Pertemuan itu dihadiri antara lain, Abraham Maslow (1908-1970), tokoh psikologi humanistik yang mempopulerkan peak experience (pengalaman puncak).

Diskusi berlangsung sangat menarik, bukan karena topik yang dibicarakan sangat beragam, melainkan karena Sutich yang memimpin diskusi dalam kondisi berbaring akibat serangan penyakit kronis. Ia memimpin diskusi dengan menggunakan cermin di atas kepalanya. Stanislav Grof (1931), Maslow, dan Victor Frankl (1905-1997) kemudian mengusulkan istilah transpersonal bagi gerakan psikologi yang mereka rintis.

Konsep Psikologi Transpersonal
Konsep inti dalam Psikologi Transpersonal ialah nondualitas atau nonduality yang bermakna bahwa tiap-tiap bagian, misalnya tiap-tiap manusia ialah bagian dari keseluruhan alam semesta di mana segalanya dipandang sebagai satu kesatuan.

Berikut beberapa konsep psikologi transpersonal di antaranya,
1. Fokus Pada Dimensi Spiritual
Psikologi Transpersonal berfokus pada dimensi spiritual manusia, dan menganggap bahwa dalam dimensi tersebut ternyata mengandung berbagai potensi dan kemampuan yang luar biasa yang kadang diabaikan. Hal ini berhubungan dengan pengalaman subjektif atau yang dinilai secara pribadi menurut pandangannya sendiri atau dari pengalaman luar bisa yang dialami oleh seseorang.

2. Mengarah pada Kesadaran Manusia
Psikologi Transpersonal menunjukkan bahwa bidang ilmu psikologi ini mencoba untuk menjajaki lebih dalam dan melakukan telaah ilmiah pada dimensi yang selama ini dianggap sebagai sesuatu yang hanya berhubungan dengan kebatinan, ruhaniawan, agamawan, mistikus, atau sesuatu yang berhubungan dengan gaib.

Psikologi Transpersonal menunjukkan bahwa di luar alam kesadaran manusia yang biasa terdapat ragam dimensi lain yang luar biasa potensinya.

3. Pendekatan pada Perkembangan
Konsep Psikologi Transpersonal dimulai dari tahap prapersonal yakni ketika manusia masih berada dalam kandungan sampai usia 3-4 tahun. pada masa ini, kesadaran hanya mengenai tentang keinginan untuk bertahan hidup, mendapatkan perlindungan, dan merasa terikat dengan orang lain atau membutuhkan bantuan orang lain.

Sedangkan tahap selanjutnya ketika ia semakin dewasa ia akan mengalami masa Psikologi Transpersonal di mana ia ingin memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang segala hal dan menjadi pribadi yang mulai sadar akan sekitarnya baik mengenai keindahan budaya, keindahan agama, dan sebagainya yang melampaui gambaran manusia yang nyata atau terlihat.

4. Mengakui Adanya Pandangan Spiritual
Psikologi Transpersonal mengakui bahwa kesadaran diri telah terurai serta telah mengakui adanya pandangan dunia spiritual dalam dirinya sebagai sesuatu yang utama dan membentuk proses atau sebagai terapi jiwa. Psikologi Transpersonal dapat digunakan oleh terapis dengan jalan mengarahkan seseorang pada komitmen atau pada orientasi dan pengalamannya terhadap kehidupan.

5. Proses Pencerahan
Konsep Psikologi Transpersonal juga akan membantu memberikan pengalaman atau hidup yang lebih cerah karena secara tidak langsung telah membimbing seseorang untuk memiliki kepribadian atau akhlak yang lebih baik, terapis akan menggunakan teknik-teknik yang mempertajam intuisi dan memperdalam kesadaran personal dan transpersonal tentang dirinya sendiri yang berhubungan dengan spiritual.

Kearifan dan intuisi akan dibina dan dikembangkan melalui berbagai cara seperti meditasi, pencitraan, dan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan agama. Diharapkan Psikologi Transpersonal mampu memberi pencerahan pada diri seseorang dan mampu memberi ketenangan dalam hati yang nantinya akan berdampak positif pada kesehatan tubuh, jiwa, keinginan di masa depan, dan hubungan sosialisasinya.

Sementara menurut Jhon Davis, terdapat 6 (enam) konsep dasar psikologi transpersonal di antaranya,
1. Pengalaman Puncak
Pengalaman puncak, yakni istilah yang mula-mula dipakai oleh Maslow. Ia bermaksud meneliti pengalaman mistikal serta pengalaman-pengalaman lain pada keadaan kesehatan psikologis yang optimal, tetapi ia merasa bahwa konotasi-konotasi keagamaan dan spiritual akan terlalu membatasi.

Oleh karena itu mulai menggunakan pengalaman puncak sebagai istilah yang netral. Penelitian tentang pengalaman puncak telah mengidentifikasi frekuensi, faktor-faktor pemicu, faktor-faktor psikososial, yang berkaitan dengannya, dan konsekuensi dari pengalaman puncak.

2. Transenden Diri      
Transendensi diri, yakni keadaan yang di situ rasa tentang diri meluas melalui definisi-definisi sehari-hari dan citra-citra diri kepribadian individual bersangkutan. Transendensi diri mengacu langsung akan suatu koneksi, harmoni atau kesatuan yang mendasar dengan orang lain dan dengan alam semesta.

3. Kesehatan Optimal
Kesehatan optimal, yang melampaui apa yang dimungkinkan dalam pendekatan-pendekatan lain dalam psikologi. Kesehatan jiwa biasanya dilihat sebagai penanganan yang memadai dari tuntutan-tuntutan lingkungan dan pemecahan konflik-konflik pribadi, namun pandangan psikologi transpersonal juga memasukkan kesadaran, pemahaman diri, dan pemenuhan diri.

4. Kedaruratan Spiritual      
Kedaruratan spiritual, yakni suatu pengalaman yang mengganggu yang disebabkan oleh suatu pengalaman (atau ‘kebangkitan”) spiritual. Pada umumnya, psikologi transpersonal berpendapat bahwa krisis-krisis psikologis dapat menjadi bagian dari suatu kebangkitan yang sehat dan bahwa kejadian-kejadian itu tidak selalu merupakan tanda-tanda psikopatologi.

5. Spektrum Perkembangan     
Spektrum perkembangan, yakni suatu pengertian yang memasukkan banyak konsep psikologi dan filsafat ke dalam kerangka transpersonal. Secara filosofis, model ini adalah contoh dari filsafat perennial. Pandangan ini mengisyaratkan adanya tingkatan-tingkatan realitas dari tingkat material melalui tingkat yang berturutan mencakup sifat-sifat  dari tingkat-tingkat sebelumnya bersama-sama sifat-sifat yang muncul.

6. Meditasi Mindfulness      
Meditasi, yakni berbagai praktik untuk memusatkan atau menenangkan proses-proses mental dan memupuk keadaan transpersonal. Sama seperti conditioning merupakan metode kunci dalam behaviorisme, interpretasi serta katarsis merupakan metode kunci dalam psikoanalisa, maka meditasi adalah metode kunci bagi metode psikologi transpersonal.


Dalam psikologi transpersonal, seorang individu akan cenderung berperilaku berdasarkan pada pola keyakinan yang ada di dalam dirinya. Keyakinan positif yang baik biasanya akan mengembangkan karakteristik yang baik pula dalam diri seseorang.

Manfaat Psikologi Transpersonal
Berikut beberapa manfaat yang bisa didapatkan dengan adanya psikologi transpersonal tersebut khususnya dalam pengembangan diri di antaranya,
1. Menjaga Sikap
Seseorang ketika bisa menerapkan konsep spiritualitas dengan baik ke dalam dirinya dapat menjaga sikap dengan lebih baik. Ini akan memberikan pedoman bagi ia dalam berperilaku sehingga bisa diterima pula oleh orang-orang sekitarnya. Ia tidak akan mudah untuk melakukan suatu tindakan buruk karena ada keyakinan yang dimilikinya untuk senantiasa berbuat kebaikan.

2. Selalu Merasa Diawasi Tuhan
Keyakinan akan adanya Tuhan menjadi salah satu ciri karakteristik yang baik dalam diri seseorang. Psikologi transpersonal akan membuat seseorang menjadi merasa diawasi oleh Tuhan dalam setiap bertindak. Ini artinya, ia akan cenderung kembali menjaga sikap karena ia yakin diawasi oleh Tuhan.

3. Berperilaku Baik
Karena kemampuannya yang bagus dalam menjaga sikap, maka tidak heran jika karakteristik individu juga bisa menjadi berperilaku dengan penuh kebaikan. Ini semata-mata karena adanya dorongan tersendiri dari psikologi transpersonal yang membuatnya selalu berusaha untuk berperilaku baik.

4. Menunjukkan Karakter yang Ikhlas
Pengembangan diri lainnya yaitu munculnya perasaan ikhlas yang kemudian akan menjadi kebiasaan. Sikap ikhlas ini akan ditunjukkan terutama pada saat ia akan memberikan bantuan kepada orang lain. Tentu saja, ini juga didasari oleh pengetahuan dan sikap yang kaya akan nilai spiritualitas. Tanpa adanya spiritualitas, mungkin seseorang kurang termotivasi untuk bisa ikhlas.

5. Sikap Tanggung Jawab
Pribadi akan berkembang menjadi lebih bertanggung jawab. Ini merupakan manfaat psikologi transpersonal dalam pengembangan diri yang juga memiliki nilai positif. Ia akan berusaha menyelesaikan masalah dengan bertanggung jawab dan percaya diri.

6. Tidak Mudah Menyerah
Karena sikapnya yang bertanggung jawab tadi, seseorang juga akan tidak mudah menyerah. Ini disertai dengan pemahaman bahwa ajaran kebaikan yang dibawa dalam keyakinan tertentu harus diterapkan sedemikian rupa sehingga dapat mendatangkan manfaat kepada dirinya sendiri.

7. Pikiran Positif
Pikiran yang positif merupakan hasil dari psikologi transpersonal yang juga sangat baik untuk pengembangan diri. Seseorang lebih mudah untuk menerima afirmasi positif dibandingkan harus memahami hal-hal yang terlalu negatif lainnya.

8. Persepsi yang Luas
Karena sikap positif yang berkembang, persepsi seseorang akan menjadi lebih meluas. Sikap tidak mudah melakukan penilaian (judgemental) ataupun menyalahkan orang lain menjadi sebuah karakter yang khas nantinya ketika seseorang mampu memiliki sikap-sikap dari psikologi transpersonal ini.

9. Tidak Mudah Menyalahkan Situasi
Dengan adanya keyakinan spiritual yang baik, maka seseorang bisa berkembang dengan baik untuk menerima kenyataan yang sedang dihadapinya. Saat situasi sedang menyudutkannya, ia tidak kemudian menyalahkan situasi tetapi berusaha untuk menenangkan diri terlebih dahulu dan berusaha mencari solusi terbaik.

10. Sumber Koping yang Baik
Melalui psikologi transpersonal pula seseorang dapat memiliki sumber koping yang baik. Ia tidak akan mudah untuk menyerah saat dihadapkan pada stres. Ia mampu mengelola stres dengan baik karena ada keyakinan spiritual di dalam jiwanya yang dapat membantu ia menghalau stres tersebut.

11. Manajemen Emosi yang Baik
Seseorang dengan psikologi transpersonal yang berkembang cenderung memiliki sikap yang lebih tenang dan stabil. Ia tidak gegabah dalam mengambil keputusan dan mungkin akan memikirkan resiko apa saja yang bisa terjadi. Ciri-ciri orang cerdas menurut psikologi tentu salah satunya adalah cerdas dalam mengelola emosi.

12. Respons Adaptif
Respons seseorang saat dihadapkan pada stres kemudian akan cenderung ke arah adaptif karena memiliki sikap yang stabil dan tenang tadi. Sumber koping yang baik menambah kesan yang baik pula pada dirinya.

13. Panutan Bagi Orang Lain
Dengan segala macam aspek positif yang berkembang dalam dirinya, tak heran jika karakter individu dengan transpersonal yang baik bisa menjadi panutan bagi orang lain. Orang lain juga akan lebih mudah percaya dengan dirinya.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Psikologi Transpersonal: Pengertian, Sejarah, Konsep, dan Manfaatnya"