Psikologi Cinta: Pengertian, Dimensi, Ciri, Teori, dan Manfaatnya

Pengertian Psikologi Cinta
Psikologi Cinta
Pengertian Psikologi Cinta
Psikologi cinta adalah fenomena cinta dari sudut pandang ilmu psikologi. Cinta berperan penting dalam kehidupan sekaligus menjadi landasan dalam kehidupan manusia, cinta diekspresikan sebagai wujud suatu rasa yang spesifik yang akan mengikat sisi emosional individu kepada individu lainnya.

Abraham Maslow menyebutkan bahwa cinta berada diperingkat ketiga dari lima tingkat kebutuhan manusia. Kebutuhan akan rasa memiliki dan dicintai disebabkan karena manusia sangat peka terhadap kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan semua ini tidak terlepas oleh karena manusia itu sendiri adalah makhluk sosial.

Maslow membagi cinta pada dua bentuk, yakni Deficiency (D-Love) dan Being (B-Love). D-Love adalah mencintai sesuatu disebabkan karena suatu hal yang tidak ada pada diri dengan cintalah hal itu bisa tertutupi seperti: harga diri, seks atau karena kesendirian.

Selanjutnya B-Love, didasarkan terhadap penilaian kepada orang lain apa adanya, B-Love adalah cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, cinta seperti ini membuka kesempatan untuk seseorang dalam berkembang.

Terakhir, walaupun para ahli di bidang psikologi, baik itu ilmu psikologi cinta, keluarga, kepribadian atau pendidikan telah berhasil menemukan pengertian tentang cinta, namun tetap saja pada akhirnya semuanya tak terdefinisikan secara pasti.

Psikologi Cinta Menurut Para Ahli
1. C.G Boefree dalam buku General Psychology, psikologi cinta adalah kepedulian terhadap keadaan orang lain sebanyak, atau melebihi kepedulian terhadap diri sendiri, jika orang yang dicintai merasa sakit atau sedih kita juga merasakannya, bahkan cinta yang kuat akan menyebabkan seseorang mengorbankan kebahagiaannya sendiri untuk orang yang dicintai tersebut.
2. James Drever, psikologi cinta adalah sebuah perasaan khusus yang mana berkaitan dengan kesenangan yang menyangkut sebuah objek. Pendapatnya ini tertuang dalam kamus psikologi.
3. Ashley Montagu, psikologi cinta adalah sebuah perasaan memperhatikan, menyukai, menyayangi secara mendalam yang disertai dengan rasa rindu serta hasrat kepada sebuah objek.
4. Abraham Maslow, psikologi cinta adalah proses aktualisasi diri yang mana dapat membuat orang melahirkan beragam tindakan yang kreatif dan produktif. Dengan adanya cinta, maka seseorang akan mendapatkan kebahagiaan jika mampu membahagiakan orang yang dicintainya.
5. Elaine dan William Waster, psikologi cinta adalah suatu keterlibatan yang dalam serta diasosiasikan dengan munculnya rangsangan fisiologis yang begitu kuat serta diiringi dengan perasaan untuk bisa mendambakan pasangan serta keinginan untuk bisa memuaskan melalui pasangannya tersebut.
6. Erich Fromm, psikologi cinta merupakan suatu yang aktif yang mana dapat memecah tembok yang memisahkan dari manusia dengan teman-temannya, yang dapat menyatukan seseorang dengan orang lain dan memiliki 4 unsur. Unsur tersebut adalah care, responsibility, respect, dan knowledge.

Dimensi Psikologi Cinta
Di dalam dunia ilmu psikologi dan ilmu pengetahuan cinta dibagi menjadi banyak dimensi dan bagian-bagiannya. Berikut beberapa dimensi cinta dalam ilmu psikologi di antaranya,
1. Cinta Memiliki Dominasi dalam Cinta
Dimensi pertama tentang psikologi cinta ini adalah ada dominasi dalam cinta yang secara langsung merujuk pada sesuatu atau dalam hal ini seseorang yang lebih menonjol dalam suatu hubungan. Biasanya, yang mendominasi ini adalah laki-laki. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, hal ini tak lagi hanya dipegang oleh laki-laki saja.

Pada dasarnya dominasi dalam psikologi cinta atau hubungan ini berasal dari sumber daya pribadi seseorang yang tingkat ketergantungannya dalam hubungan sangat rendah dan adakalanya dimiliki laki-laki ataupun perempuan.

2. Cinta Mampu Melakukan Penyikapan Diri dalam Cinta
Dimensi lainnya adalah ia mampu melakukan penyingkapan diri. Dalam dunia psikologi cinta, hal ini berarti kegiatan membagi perasaan dan informasi kepada seseorang secara akrab. Seseorang yang mencintai pasangannya akan lebih banyak menyingkap diri pada pasangannya.

Semakin banyak hal yang disingkapkan oleh pasangan dapat diartikan bahwa hubungan di antara kedua pasangan tersebut semakin dalam. Biasanya, penyingkapan ini terjadi tak hanya untuk hal yang bersikap umum saja, namun juga hal lainnya seperti kebiasaan buruk, perasaan yang dirasakan, peristiwa yang dialami, kisah masa lalu atau bahkan rahasia.

3. Cinta Memiliki Dimensi Komitmen
Ketika dihadapkan dengan psikologi cinta antara wanita dan pria, maka seseorang memiliki sebentuk emosi yang pada dasarnya mampu bertahan selamanya. Dari itulah, pada akhirnya lahir yang disebut dengan komitmen yang mengikat agar cinta melewati pasang surut emosi manusia. Adanya komitmen ini menjamin keberlangsungan hubungan cinta.

Jika tak ada komitmen, cinta pasti akan dihadapkan dalam sebuah konflik yang rawan adanya kegagalan dalam sebuah hubungan. Pasangan yang memiliki komitmen tinggi akan merasa sangat terikat dengan pasangan satu sama lain. Sementara yang tidak, akan menyepelekan keterikatan antara kedua belah pihak.

4. Cinta Memiliki Kelekatan
Dimensi psikologi cinta selanjutnya adalah perihal kelekatan yang merupakan sebuah konsep dasar mengenai bagaimana hubungannya dengan orang lain yang dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, kelekatan aman, kelekatan menghindar dan terakhir adalah kelekatan ambivalen.

5. Cinta Memiliki Kepuasan
Dimensi psikologi cinta yang kelima adalah kepuasan. Sebagai hasil dari hubungan percintaan, lahirlah yang namanya kepuasan dalam hubungan. Hubungan yang memuaskan akan berjalan seperti yang diinginkan, berlangsung selamanya.

6. Cinta Memiliki Konflik
Dimensi psikologi cinta yang terakhir adalah cinta memiliki konflik. Dalam sebuah cinta, konflik adalah hal yang biasa. Konflik ini sangat lumrah dan pasti dialami semua pasangan namun tentunya dalam skala yang berbeda.

Ciri Psikologi Cinta
James Drever, seorang ahli psikologi cinta mengungkapkan bahwa cinta memiliki ciri-ciri berikut di antaranya,
1. Perasaan dan pola perilaku kedua pasangan terus berkembang seiring dengan kedewasaan hubungan.
2. Semakin lama hubungan, semakin dilandasi kedekatan emosional (intimacy), gairah (passion), dan komitmen.
3. Bisa menerima pasangan dengan apa adanya.
4. Mampu menghormati privacy dan keputusan pasangan.
5. Mampu menerima penolakan dari pasangan (asalkan orang yang dia cintai bahagia meski tidak bersama dengan dia).

Teori Psikologi Cinta
1. Teori Antara Menyukai dan Mencintai
Teori psikologi tentang cinta yang pertama adalah antara menyukai dan mencintai. Teori psikologi cinta ini mengenai sekat antara perasaan menyukai dan mencintai yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan dan pakar psikologi dunia bernama Zick Rubin. Dalam teorinya, ia menjelaskan bahwa perasaan cinta yang dimiliki manusia memiliki 3 turunan.

Turunan tersebut yang pertama adalah perhatian. Seseorang yang mengalami keadaan di mana ada orang yang memiliki perasaan terhadap seseorang maka ia akan menghabiskan waktu dan pikirannya untuk orang tersebut. Turunan yang kedua adalah kasih sayang. Hal ini menunjukkan bahwa perasaan cinta sesungguhnya perasaan yang jauh lebih dalam dan kuat.

Hal ini terjadi apabila ada keinginan untuk selalu bersama orang yang disukai. Turunan yang ketiga adalah keintiman. Ini berhubungan dengan keinginan untuk menerima kontak fisik serta kasih terhadap orang yang dicintai.

2. Teori Antara Kasih Sayang dan Gairah
Teori selanjutnya datang dari Hatfield yang mengatakan bahwa cinta dibagi menjadi dua hal yakni kasih sayang dan gairah. Kasih sayang menjelaskan bahwa kisah cinta yang didasari pada perasaan dan tingkah laku saling menghormati, menghargai, keterikatan, kepercayaan, cinta dan lainnya antara satu sama lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan gairah adalah mengarah pada sesuatu yang didasari pada keadaan emosi yang kuat serta ketertarikan seksual. Ketika dasar emosi seperti ini membara, maka orang yang masuk dalam kategori teori psikologi cinta antara kasih sayang dan gairah ini baru bisa terpuaskan.

3. Teori Segitiga Cinta
Selanjutnya adalah teori psikologi segitiga cinta bukan yang melibatkan tiga orang dalam suatu hubungan percintaan yang dikemukakan oleh Robert Stemberg. Namun, pemahaman yang menjelaskan mengenai tiga perasaan yang menghasilkan cinta yakni keintiman (intimacy), gairah (passion) dan komitmen (commitment). Ketiganya berkombinasi untuk menghasilkan sebuah cinta.

Definisi dari teori psikologi segitiga cinta ini memiliki faktor-faktor kondisional yang sangat logis dan mudah dipahami pada sebuah hubungan percintaan dalam kehidupan sehari-hari di antaranya,
1. Intimacy. Kedekatan emosional, kepercayaan, keakraban, dan kemesraan.
2. Passion. Gairah, semangat, ketertarikan secara fisik dan seksual.
3. Commitment. Upaya sadar mempertahankan hubungan dan kemampuan mengikat diri dengan suatu alasan.

Walaupun dalam praktiknya bisa saja hanya cinta yang dimaksud terdiri dari satu perasaan saja. Namun, menurut Robert Stemberg, cinta yang didasari oleh dua perasaan atau lebih akan jauh lebih kuat dibanding satu perasaan saja.

Manfaat Belajar Ilmu Psikologi Cinta
1. Membuat Mengenal Diri Lebih Baik
Manfaat psikologi cinta untuk diri sendiri dan kehidupan adalah setiap individu jadi mampu mengenal dirinya lebih baik. Setiap indera dan anggota tubuhnya mampu ia hargai dan dijaga sebaik mungkin dan mampu memanjakan dirinya selayaknya orang lain. Dengan begitu, setiap individu jadi mengerti apa yang diinginkannya.

2. Membuat Lebih Menghargai Diri Sendiri
Mempelajari manfaat psikologi cinta yang ini akan membuat setiap orang mampu untuk lebih menghargai diri sendiri. Apa pun yang ia punya tentu akan lebih di syukuri dan tidak mengeluh serta merasa malu akan kelebihan atau kekurangan yang dimiliki.

3. Membuat Menghargai Ciptaan Tuhan
Dengan adanya manfaat psikologi cinta yang ketika ini juga membuat setiap orang paham dengan cinta yang dimilikinya sehingga ia bisa merasakan cinta kasih terhadap ciptaan Tuhan.

4. Membuat Diri Sendiri Semakin Bahagia
Di saat Anda memiliki pasangan pasti akan membagi penghasilan Anda dengan pasangan (baik itu pacaran, tunangan dan menikah). Tapi, saat Anda masih lajang, Anda bebas menggunakan semua penghasilan hasil kerja keras untuk membahagiakan dan memuaskan keinginan.

Ingatlah, cinta tidak memandang status sosial, materi, fisik dan lainnya sehingga bisa saling menghargai dan memberikan kasih sayang dengan penuh ketulusan hati.

5. Mudah Memberikan Kasih Sayang
Manfaat mempelajari psikologi cinta keempat yaitu Anda bisa lebih mudah memberikan kasih sayang kepada siapa pun. Ia akan memandang setiap orang dengan kebaikan, kebaikan yang benar-benar tulus dan penuh cinta.

6. Mampu Berbuat Tanpa Pamrih
Pada manfaat ilmu psikologi cinta yang kelima ini ialah setiap orang memiliki jiwa yang penuh dengan perasaan cinta dan mudah untuk menolong orang lain tanpa ada perasaan pamrih alias benar-benar ikhlas dan tulus.

Sebab, ia tahu dengan berbuat baik itu adalah salah satu tindakan nyata dari ungkapan cinta dan sayang.

7. Membuat Setiap Orang Memiliki Kelembutan Hati
Manfaat lain yang kita dapatkan saat mempelajari ilmu psikologi cinta adalah membuat setiap orang mampu memiliki kelembutan hati.

Hati yang begitu baik mampu ia berikan pada siapa saja baik sesama manusia ataupun makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Dengan begitu, ia akan lebih mudah memberikan maaf dan tidak memiliki rasa dendam.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Psikologi Cinta: Pengertian, Dimensi, Ciri, Teori, dan Manfaatnya"