Narsisisme: Pengertian, Ciri, Jenis, dan Perbedaannya dengan Narsistik

Pengertian Narsisisme
Narsisisme
Pengertian Narsisisme
Narsisisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narkissos, yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam.

Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia.

Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis. Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, di mana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal.

Seseorang yang narsis biasanya terlihat memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, tetapi apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya sebagai yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain.

Selain itu, seseorang dengan sifat narsis yang berlebihan memiliki kecenderungan untuk meninggikan dirinya di hadapan orang lain, menjaga harga dirinya dengan merendahkan orang lain saat orang lain memiliki kemampuan atau hal yang lebih baik darinya, bahkan tidak segan untuk mengasingkan orang lain untuk memperoleh kemenangan.

Narsisisme Menurut Para Ahli
1. Erich Fromm, narsisisme merupakan kondisi pengalaman seseorang yang dia rasakan sebagai sesuatu yang benar-benar nyata hanyalah tubuhnya, kebutuhannya, perasaannya, pikirannya, serta benda atau orang-orang yang masih ada hubungan dengannya. Sebaliknya, orang atau kelompok lain yang tidak menjadi bagiannya senantiasa dianggap tidak nyata, inferior, tidak memiliki arti, dan karenanya tidak perlu dihiraukan. Bahkan, ketika yang lain itu dianggap sebagai ancaman, apa pun bisa dilakukan, melalui agresi sekalipun.
2. Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid (2000), orang yang narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian.
3. Freud (Alwisol, 2011) menjelaskan narsisisme adalah cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narsisme menjadi mementingkan diri sendiri.
4. Santrock (2011), narsisisme adalah pendekatan terhadap orang lain yang berpusat pada diri (self-centered) dan memikirkan diri sendiri (self-concerned). Biasanya pelaku narsisme tidak menyadari keadaan aktual diri sendiri dan bagaimana orang lain memandangnya. Ketidaktahuan ini menimbulkan masalah penyesuaian pada mereka. Pelaku narsisme sangat berpusat pada dirinya, selalu menekankan bahwa dirinya sempurna (self-congratulatory), serta memandang keinginan dan harapannya adalah hal yang penting.
5. Kartono (2000), narsisisme adalah cinta diri yang ekstrim, menganggap diri sendiri sangat superior dan sangat penting, ada extreem self importancy. Perhatian yang sangat berlebihan kepada diri sendiri, dan kurang adanya perhatian pada orang lain. Jadi, menganggap diri sendiri paling pandai, paling cantik, paling hebat, paling berkuasa, paling bagus, dan paling segalanya.
6. Sadarjoen (2003) yang mengutip Mitchell JJ dalam bukunya, The Natural Limitations of Youth, ada lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus, kurang bisa berempati sama orang lain, sulit memberikan kasih sayang, belum punya kontrol moral yang kuat, dan kurang rasional. Kedua aspek terakhir inilah yang paling kuat memicu narsisme yang berefek gawat.

Ciri Narsisisme
Menurut Papu (2002) yang mengutip DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) orang yang narsistik akan mengalami gangguan kepribadian, gangguan kepribadian yang dimaksud adalah gangguan kepribadian narsisistik atau narcissistic personality disorder.

Gangguan kepribadian ini ditandai dengan ciri-ciri berupa perasaan superior bahwa dirinya adalah paling penting, paling mampu, paling unik, sangat eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki empathy, angkuh dan selalu merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan berbeda dengan orang lain.

Berikut beberapa ciri sifat narsisisme yang cukup mudah ditemukan di antaranya,
1. Merasa dirinya lebih spesial dari orang lain
Orang narsis merasa hanya orang spesial yang mampu mengerti mereka. Hal ini terjadi karena mereka merasa dirinya unik sehingga lebih “spesial” dibanding orang lain yang ada di lingkungannya. Selain itu, mereka juga merasa lebih penting daripada orang lain sehingga mereka jadi arogan dan sombong.

Dengan pola pikir seperti itu, orang narsis sering merasa tidak pantas jika mendapatkan hal yang biasa saja. Dia merasa hal-hal biasa saja atau sederhana yang ada di sekitarnya sangat tidak cocok dengan dirinya sendiri yang spesial dan luar biasa.

Bahkan dia menganggap orang lain yang dapat menjalin hubungan dengannya sebagai orang yang beruntung. Di lingkungannya, dia juga sering merasa memiliki pengorbanan dan kontribusi lebih besar dari orang lain ketika melakukan sesuatu.

2. Hidup di dalam dunia yang dia ciptakan sendiri
Ciri selanjutnya dari orang narsis adalah dia senang menciptakan dunianya sendiri di dalam pikirannya. Dengan kata lain, ketika dia sadar bahwa realitas tidak menganggap mereka sebagai orang yang spesial, maka dia akan membuat dunia khayalan yang lebih sesuai dengan pola pikirnya.

Di dalam dunia khayalan ini, dia menganggap bahwa dia adalah seseorang yang sempurna, sukses, kuat, menarik, dan brilian. Padahal, pada kenyataannya, dunia khayalan ini hanya membuat dia terhindar dari perasaan malu dan kosong yang ada di dalam lubuk hatinya.

Tidak jarang orang narsis dengan ciri ini membenci orang lain yang tidak memiliki pikiran yang sama dengannya. Akibatnya dia jadi sangat defensif terhadap orang lain.

3. Selalu ingin mendapatkan pujian
Pemikiran tentang dirinya yang lebih spesial dibanding orang lain membuat orang narsis selalu ingin mendapatkan pujian. Bahkan jika dia tidak melakukan hal yang luar biasa sama sekali. Hal ini terjadi karena dia membutuhkan validasi dari orang lain bahwa dirinya memang spesial.

Oleh sebab itu, jika Anda berhubungan dengan orang narsis, hubungan yang ada biasanya cenderung sepihak dan terpusat pada dia sendiri. Tidak ada “kita” di dalam hubungan tersebut karena segala sesuatu adalah tentang dirinya.

4. Merasa harus mendapatkan semuanya
Orang narsis selalu berpikir bahwa dia harus mendapatkan semua yang diinginkan karena dia adalah orang yang spesial. Dia juga memiliki standar yang sangat tinggi untuk perlakuan orang lain kepadanya. Karena itu dia merasa bahwa orang lain harus memperlakukannya sesuai standar tersebut. Akibatnya orang lain menganggap siapa pun yang tidak bisa melakukan hal tersebut sebagai orang yang tidak berguna.

5. Tidak memikirkan perasaan orang lain
Orang narsis juga cenderung tidak memiliki empati dan tidak bisa menempatkan diri di posisi orang lain. Hasilnya, dia menjadi tidak peka terhadap perasaan orang-orang di sekitarnya. Bahkan dia sering menganggap orang lain hanyalah objek saja.

Kehadiran orang lain, baginya, hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Karena itu dia tidak akan berpikir dua kali ketika ingin mengambil keuntungan dari orang-orang di sekitarnya. Apalagi dari orang yang bisa membantunya mendapatkan apa yang dia inginkan.

Yang lebih parah lagi, dia sering tidak menyadari perilaku buruknya ini karena dia tidak pernah memikirkan dampak yang akan terjadi nantinya.

6. Senang memberikan intimidasi ke orang lain
Orang narsis biasanya senang mengintimidasi, mengecilkan nilai orang lain, atau merundung orang lain. Khususnya jika orang lain ternyata punya sesuatu yang tidak dia miliki. Orang narsis akan merasa sangat benci saat melihat orang lain bahagia tapi dia tidak.

Untuk melindungi harga dirinya sendiri yang tinggi, orang narsis lantas mengintimidasi orang lain. Sehingga dia yakin bahwa tidak ada yang bisa lebih baik dari dirinya sendiri.

Jenis Narsisisme
Terdapat beberapa jenis narsisisme yang bisa ditemukan di lingkungan masyarakat di antaranya,
1. Grandiose Narcissism
Orang dengan kepribadian satu ini biasanya diperlakukan sebagai orang yang superior dari orang lain saat kecil. Kebiasaan ini kemudian terbawa sampai dewasa, dia jadi selalu berekspektasi bahwa setiap orang akan memperlakukan dirinya dengan cara yang sama.

Biasanya pengidap grandiose narcissism cenderung merasa agresif, merasa dominan, dan merasa dirinya sangat penting, terlalu self-confident, dan tidak sensitif pada lingkungan sekitarnya.

2. Vulnerable Narcissism
Kepribadian yang kedua ini muncul dari kebiasaan diabaikan dan diperlakukan secara kasar saat kecil. Orang yang memiliki vulnerable narcissism cenderung lebih sensitif. Dalam kasus yang kedua, narsisme menolong mereka untuk tetap terlindungi dari perasaan tidak mampu.

Sering kali orang dengan kepribadian ini merasa kebingungan antara perasaan inferior atau superior terhadap orang lain, namun mereka juga merasa tersinggung ketika orang lain tidak memperlakukan mereka sebagai seseorang yang spesial.

3. Malignant Narcissism
Pengidap malignant narcissism akan menggunakan berbagai cara untuk menyerang orang lain untuk menopang kerapuhan yang dia miliki. Dikatakan bahwa jenis narsisme yang satu ini cenderung mendekat kepada psikopat daripada jenis yang lainnya. Meskipun tentu saja ada perbedaan antara keduanya.

Orang yang mengidap malignant narcissism masih bisa merasa malu atau bersalah saat melanggar aturan, sementara psikopat tidak merasakan apapun.

4. Covert Narcissism
Jenis terakhir ini sedikit sulit dikenali dibanding jenis yang lain karena ciri-cirinya kadang tidak sejelas yang lain. Pengidap covert narcissism merupakan seorang yang memiliki lapisan tersembunyi di balik topeng narsismenya.

Ciri utamanya adalah sangat mementingkan diri sendiri dan merasa dunia tidak bisa mengenali keistimewaannya sama sekali. Dia juga memiliki sifat pasif agresif, cenderung hipersensitif pada kritik.

Perbedaan Narsisisme dan Narsistik
Sifat narsisisme cukup sering tertukar dengan gangguan kepribadian narsistik (narcissistic personality disorder). Padahal dua hal ini memiliki perbedaan signifikan yang perlu diketahui. Secara garis besar, perbedaan utamanya adalah narsisme bukan merupakan penyakit mental, tidak memiliki gangguan kepribadian, dan lebih tertarik dengan mendapatkan kekuasaan, uang, dan prestise.

Orang yang memiliki sifat narsisisme biasanya dipandang sebagai orang yang menjengkelkan karena sering merasa lebih superior daripada orang lain. Lebih jauh lagi, mereka tidak merasa hal ini sebagai sebuah kesalahan.

Mereka juga memiliki empati yang sangat sedikit terhadap perasaan, kondisi, atau situasi orang lain. Tak jarang orang dengan sifat narsisisme merasa berhak mendapatkan yang terbaik untuk dirinya sendiri dan memandang rendah orang-orang yang merasa kagum padanya.

Jika dibutuhkan, mereka bahkan bisa dengan mudah memanfaatkan orang lain demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tanpa merasa malu atau bersalah sama sekali. Sejarah mencatat adanya pemimpin yang narsis, karena umumnya sifat ini dibarengi dengan keinginan mendapatkan kekuasaan.

Sementara gangguan kepribadian narsistik (Narcissistic personality disorder) merupakan gangguan mental di mana pengidapnya ingin orang lain merasa kagum pada dirinya sendiri dan mendahulukan kepentingan dirinya sendiri.

Namun di balik topeng kepercayaan diri yang tinggi tersebut, mereka nyatanya sangat rentan terhadap kritikan dan memiliki harga diri yang sangat rapuh. Sering kali hal ini menimbulkan kesalahpahaman untuk orang lain.

Contohnya, pengidap gangguan kepribadian ini akan terlihat penuh percaya diri dan cenderung sombong. Namun sebenarnya, jauh di dalam diri si pengidap tersebut ada rasa malu dan hina yang sangat besar dan merasa rendah diri.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Narsisisme: Pengertian, Ciri, Jenis, dan Perbedaannya dengan Narsistik"