Disleksia: Pengertian, Penyebab, dan Cirinya

Table of Contents
Pengertian Disleksia
Disleksia

Pengertian Disleksia

Disleksia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah gangguan pada penglihatan dan pendengaran yang disebabkan oleh kelainan saraf pada otak sehingga anak mengalami kesulitan membaca. Disleksia ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja.

Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat. Disleksia tergolong sebagai gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa. Kondisi ini dapat dialami oleh anak-anak atau orang dewasa.

Meskipun disleksia menyebabkan kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan penderitanya. Diperkirakan 5-15% anak-anak memiliki disabilitas dalam pembelajaran. 80% di antara mereka memiliki kesulitan membaca, yaitu disleksia.

Disleksia Menurut Para Ahli
1. Abigail dalam Sidiarto (2007), disleksia adalah salah satu kesulitan belajar yang berhubungan dengan kegiatan baca tulis, seperti: membaca, menulis, mengeja, ataupun kesulitan dengan angka (yang ini langka). Disleksia bisa diturunkan/diwariskan dalam sebuah keluarga.
2. Benasich dan Thomas, disleksia adalah kesulitan yang dialami oleh seseorang dalam menguraikan, membaca, dan memahami teks sehingga mengalami penderitaan hebat di sebuah masyarakat yang sangat memprioritaskan kefasihan membaca.
3. Partowisastro (1986:50), disleksia adalah seorang anak yang mengalami gagal belajar membaca yang diakibatkan karena fungsi neurologis (susunan dan hubungan saraf) tertentu, atau pusat saraf untuk membaca tidak berfungsi sebagaimana diharapkan.
4. Bryan & Bryan, disleksia adalah suatu bentuk kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, yang secara historis menunjukkan perkembangan bahasa yang lambat dan hampir selalu bermasalah dalam menulis dan mengeja serta kesulitan dalam mempelajari sistem representasional misalnya berkenaan dengan waktu, arah, dan masa.

Penyebab Disleksia

Otak utamanya punya tiga bagian: otak besar, otak kecil, dan otak besar. Berikut fungsi utamanya (Gazzaniga, Heatherton, & Halpern, 2016):
1. Otak Besar (Cerebrum). Mengatur kemampuan bergerak, berbahasa, berpikir, dan menyimpan ingatan.
2. Otak Kecil (Cerebellum). Agar Anda tidak jatuh (otot, postur tubuh, keseimbangan, dll).
3. Batang Otak (Brainstem). Mengendalikan fungsi utama tubuh (gerakan mata dan mulut, meneruskan perasaan sensori, bernafas, kesadaran, dan lain sebagainya)

Setelah itu, di otak besar itu ada dua bagian besar: kiri dan kanan. Di setiap bagian ini ada beberapa bagian lagi yang punya berbagai fungsi dan kegunaan (Gazzaniga, Heatherton, & Halpern, 2016):
1. Frontal Lobe. Pemikiran, perencanaan dan gerakan
2. Temporal Lobe. Pendengaran dan ingatan
3. Parietal Lobe. Sentuhan dan Spasial/tata ruang,
4. Occipital Lobe. Penglihatan

Salah satu teori penyebab dari disleksia di antaranya teori Phonological Processing Impairment Theory. Menurut teori tersebut, proses membaca itu dibagi menjadi dua bagian: decoding dan comprehension (Shaywitz, 1998).

Dalam artian kalau kita perlu memahami “suara” dari kata itu dan memahami artinya. Pengidap disleksia kesusahan dalam bagian ini. Mereka kesusahan dalam memahami arti dari kata itu, serta kesusahan dalam “menyuarakan” kata itu.

Torgesen dkk., dalam Shaywitz (1998) menemukan bukti kalau Phonologic Deficiency dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam membaca. Jadi mereka tidak menyadari kalau ketika membaca, kita bisa memecah sebuah kata menjadi beberapa suku kata. Perbedaan aktivitas otak seorang pembaca yang memiliki disleksia dengan pembaca yang efisien.

Penemuan yang menggunakan fMRI (tes yang melihat aktivitas otak) juga mengungkap hal baru. Mereka menemukan kalau seseorang yang menderita disleksia itu lebih mengandalkan Temporal Lobe dan tidak menggunakan bagian otaknya yang lain secara efektif (Whitaker, 2010). Ketergantungan ini membuat mereka kurang efisien dalam membaca, sehingga mereka menjadi lebih lambat dalam membaca, maupun memahami bacaan.

Ciri Disleksia

Pada anak yang mengidap penyakit disleksia akan mengalami ketidakmampuan dalam membedakan dan memisahkan bunyi dari kata-kata yang diucapkan. Dan juga anak yang mengidap disleksia mempunyai kesulitan dalam permainan yang dengan diucapkan bunyi-bunyi yang mirip.

Adapun ciri-ciri anak yang mengidap disleksia menurut Fanu (2007:60) di antaranya,
1. Dalam membaca sangat lambat dan terlihat tidak yakin terhadap apa yang dia ucapkan.
2. Memakai jaring untuk mengikuti pandangan mata yang beranjak dari satu teks ke teks lainnya.
3. Ada beberapa suku kata, frasa atau baris-baris kata yang terlewatkan
4. Menambahkan kata-kata atau frasa-frasa yang tidak ada dalam teks yang dibaca.
5. Membolak-balikkan susunan huruf atau suku kata dengan memasukkan huruf-huruf yang lain.
6. Salah dalam pelafalan kata-kata dengan kata lainnya, meskipun kata yang diganti tidak mempunyai arti yang penting dalam teks yang dibaca
7. Merangkai kata-kata sendiri yang tidak mempunyai arti
8. Mengabaikan tanda-tanda baca

Terdapat bentuk-bentuk kesulitan membaca anak yang mengidap disleksia menurut Subini (2011) di antaranya,
1. Melakukan penambahan pada suatu suku kata “addiction” seperti batu menjadi baltu
2. Menghilangkan huruf pada suku kata “omission” seperti masak menjadi masa
3. Membalikkan huruf kata atau angka pada arah terbalik kiri kanan “Inversion/mirring” seperti dadu menjadi babu
4. Membalikkan bentuk huruf, kata atau angka dengan arah terbalik atas bawah “reversal” seperti pap menjadi qaqa
5. Mengganti huruf atau angka “substitution” seperti lupa menjadi luga, 3 menjadi 8.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment