Disgrafia: Pengertian, Karakteristik, Penyebab, dan Tipenya

Table of Contents
Pengertian Disgrafia
Disgrafia

Pengertian Disgrafia

Disgrafia adalah gangguan belajar yang berpusat pada kemampuan menulis anak. Menurut The Dyslexia-SPELD Foundation, karakteristik utama anak penderita disgrafia adalah kesulitan dalam menerjemahkan ucapan lisan menjadi tulisan. Tulisan tangan anak dengan gangguan ini sering kali sulit dibaca.

Disgrafia berasal dari bahasa Yunani 'dys' (terganggu) dan 'graphia' (menulis kata dengan tangan). Meski terlihat sepele, menulis sebenarnya membutuhkan kemampuan motorik, memproses informasi, serta mengatur dan mengekspresikan ide.

Anak dengan disgrafia memiliki gangguan neurologis yang membuatnya sulit menggenggam dan menggerakkan alat tulis untuk merangkai kalimat atau membuat tulisan dengan benar.

Anak dengan disgrafia dianggap sebagai murid yang malas dan ceroboh karena memiliki tulisan tangan yang tidak rapi. Hal ini dapat menurunkan self-esteem dan kepercayaan diri mereka sehingga bisa menimbulkan perasaan cemas dan memiliki sikap yang buruk di sekolah.

Karakteristik Disgrafia

Anak dengan digrafia dapat dikenali melalui beberapa karakteristik di antaranya,
1. Lambat dalam pelajaran menulis
Karakteristik anak dengan kondisi disgrafia sebagai salah satu jenis gangguan belajar pada anak yang pertama adalah seringnya anak memiliki masalah terhadap aktivitas menulis namun komunikasi secara verbalnya sangat lancar dan baik. Anak dengan disgrafia akan sangat sulit mengikuti pembelajaran menulis dan merangkai kata.

2. Sulit merangkai dan mengeja kata
Sulit dalam merangkai dan mengeja kata merupakan bentuk karakteristik anak disgrafia sebagai salah satu hambatan psikologi dalam belajar lainnya yang dapat dengan mudah dikenali ketika sedang mendapatkan tugas untuk menulis.

Kesulitan mengeja tersebut berbanding terbalik dengan kemampuannya untuk berbicara. Anak disgrafia lebih mudah mengeja dengan berbicara dibandingkan menulisnya.

3. Menulis dengan lambat
Karakteristik lain yang juga dimiliki oleh anak-anak dengan kondisi ketidakmampuan untuk menulis adalah lambatnya mereka dalam menulis hanya beberapa kalimat saja.

Kondisi lambat dalam menulis ini sering kali menjadi keadaan yang tidak baik ketika anak mengikuti ujian yang mengharuskannya menjawab pertanyaan dengan cara menjabarkan jawabannya sendiri dalam tulisan.

4. Sering mengulang kalimat yang sama
Kondisi anak disgrafia juga kerap kai mengulang kalimat dan perkataan yang sama dalam tulisannya. Selain itu, ketidaktauan akan tanda baca dan struktur kalimat juga akan terlihat dengan jelas pada anak dengan kondisi gangguan disgrafia tersebut.

5. Sulit memahami pertanyaan
Anak anak dengan kondisi disgrafia memang harus mendapatkan cara belajar yang khusus agar perkembangan kecerdasannya tetap terjaga. Salah satu karakteristik yang dapat ditujukan oleh anak dengan disgrafia adalah kesulitan memahami pertanyaan dengan baik sehingga jawaban yang diberikan tidak sesuai pertanyaannya.

6. Sering typo saat menulis
Typo atau menulis secara tidak lengkap dalam satu kata sehingga ada satu atau beberapa hurup yang salah posisi maupun tidak ada merupakan kebiasaan dalam menulis. Namun untuk anak dengan kondisi disgrafia kerapkali melakukan typo terlalu sering dalam tulisannya.

7. Sering berbicara sendiri saat menulis
Kondisi lain yang kerap kali terjadi pada anak disgrafia sebagai bagian dari karakteristiknya adalah sering berbicara sendiri saat menulis untuk membantunya menghasilkan tulisan yang benar. Selain sering berbicara saat menulis, biasanya anak disgrafia juga akan sangat serius dalam memperhatikan tangannya ketika menulis.

Penyebab Disgrafia

Penyebab disgrafia tidak diketahui secara pasti, namun apabila disgrafia terjadi secara tiba-tiba pada anak maupun orang dewasa, dapat diduga bahwa penyebabnya karena trauma kepala, baik disebabkan oleh kecelakaan, penyakit, atau lainnya.

Penyebab yang paling umum adalah neurologis, yaitu adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis.

Dan mungkin juga karena gangguan neorologis, yaitu berupa kurangnya kecakapan koordinasi mata dan tangan untuk menulis huruf balok, menulis indah dan menulis bersambung, dan membuat gambar.

Penyebab disgrafia menurut para ahli
Beberapa faktor menyebabkan disgrafia, yaitu: a) gangguan motorik anak; b) gangguan perilaku yang dialami anak; c) gangguan persepsi pada anak; d) gangguan memori; e) gangguan tangan pada anak; f) gangguan anak pada saat memahami intruksi; dan g) gangguan kemampuan melaksanakan cross modal. (Lerner, 2000).

Kemungkinan ada kesalahan pada pembelajaran menulis permulaan, yaitu ketika pembelajaran menulis dengan tangan (handwriting), yaitu ketika belajar memegang pensil atau alat tulis. (Abdurrahman,1998).

Kesulitan belajar menulis dengan tangan (handwriting), disebabkan oleh faktor 1) motorik; 2) perilaku ketika menulis; 3) persepsi; 4) memori atau ingatan; 5) kemampuan cross modal; 6) penggunaan tangan (kidal); dan 7) kelemahan dalam memahami instruksi. (Sunardi dan Sugiarmin, 2001).

Tipe Disgrafia

Gangguan belajar anak jenis ini bisa dikelompokkan ke dalam beberapa tipe sesuai gejala dan dampaknya. Setiap tipe disgrafia memiliki karakter yang berbeda dan perlu ditangani dengan cara yang berbeda pula.

Berikut beberapa tipe disgrafia di antaranya,
1. Disgrafia Disleksik
Gangguan belajar anak ini mempengaruhi kemampuan anak dalam menulis kata serta mengeja secara lisan maupun tulisan. Untungnya, tipe disgrafia pada anak ini tidak mempengaruhi kemampuannya dalam meniru bentuk atau menggambar.

2. Disgrafia Motorik
Anak dengan kondisi motor disgrafia mengalami gangguan motorik yang mempengaruhi kemampuannya dalam menggambar dan meniru bentuk, tapi masih cukup baik dalam mengeja kata.

3. Disgrafia Spasial
Tipe disgrafia pada anak yang terakhir ini berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memahami ruang. Walau dapat mengeja dengan baik, tulisan dan gambar anak sulit untuk dibaca dan dipahami.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment