Body Shaming: Pengertian, Aspek, Ciri, Jenis, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Pengertian Body Shaming
Body Shaming
Pengertian Body Shaming
Body shaming adalah tindakan mencemooh atau mengejek penampilan fisik seseorang. Body shaming juga dapat diartikan sebagai tindakan mencela dan mempermalukan seseorang dengan membuat ejekan atau komentar negatif tentang tubuh seseorang.

Body shaming menjadi salah satu bentuk bullying atau perundungan yang dapat dilakukan oleh siapapun, orang-orang terdekat korban seperti teman, keluarga, saudara, bahkan dapat dilakukan melalui komentar negatif yang diberikan oleh netizen melalui media sosial.

Berdasarkan survei ZAP dalam ZAP Beauty Index 2020, sebanyak 62,2 % wanita Indonesia mengaku pernah menjadi korban body shaming selama hidupnya. Responden survei berjumlah 6.460 wanita dengan rentang usia 13 sampai 65 tahun.

Sebanyak 47 % wanita melaporkan mengalami body shaming karena tubuh yang dianggap terlalu berisi. Sedangkan 36,4 % wanita mengalami body shaming karena kulit berjerawat dan 28,1 % karena bentuk wajah yang tembem.

Body shaming dapat terus terjadi selama masyarakat mengenal dan memercayai konsep cantik dan tampan dengan aspek-aspek tertentu seperti kulit yang berwarna putih, badan tinggi, hidung mancung, rambut yang lurus, tanpa jerawat, dan lain sebagainya.

Karena body shaming kerap dilakukan, akibatnya banyak orang berusaha untuk memenuhi standar kecantikan kebanyakan orang tanpa memedulikan efek serta risiko kesehatan yang akan dialami oleh seseorang.

Body Shaming Menurut Para Ahli
1. Chairani (2018), body shaming adalah tindakan seseorang yang mencela atau suatu bentuk tubuh individu lain di mana bentuk tubuh tersebut tidak ideal dan atau tidak seperti bentuk-bentuk tubuh pada umumnya.
2. Alawiyah (2019), body shaming adalah penilaian individu terhadap individu yang lainnya tentang tubuh mereka yang mengakibatkan akan timbul penilaian terkait bentuk tubuh yang tidak ideal dan tidak sesuai dengan pandangan orang lain mengenai bentuk tubuh mereka.
3. Fitriana (2019), body shaming adalah tindakan yang mengomentari atau mengeluarkan pendapat kepada seseorang ataupun diri sendiri mengenai tubuh yang dimilikinya.
4. Dolezal (2015), body shaming adalah tindakan mengkritik, mengomentari, atau membandingkan fisik orang lain maupun dirinya sendiri.
5. Damanik (2018), body shaming adalah perasaan malu akan salah satu bentuk bagian tubuh ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri tidak sesuai dengan diri ideal yang diharapkan individu.

Aspek Body Shaming
Tindakan body shaming ditandai dengan beberapa aspek menurut Chairani (2018) di antaranya,
1. Mengomentari diri sendiri serta membandingkannya dengan orang lain yang dianggap ideal. Misalnya seseorang yang melihat dirinya lebih gemuk daripada orang lain.
2. Mengomentari penampilan atau fisik seseorang di depan orang tersebut dan membandingkannya dengan orang lain. Seperti mengatakan bahwa orang tersebut memiliki kulit yang gelap sehingga harus memakai pemutih wajah.
3. Mengomentari penampilan atau fisik orang lain tanpa sepengetahuan orang tersebut. Seperti mengarsipkan penampilan teman yang pakaiannya terlihat kurang bagus atau tidak pantas.

Sementara menurut Gilbert dan Miles (2002), aspek-aspek body shaming di antaranya,
1. Komponen kognitif sosial atau eksternal. Komponen kognitif sosial mengacu pada pemikiran dari orang lain yang menilai sebagai seseorang yang rendah maupun kurang baik sehingga mengakibatkan memandang dirinya rendah.
2. Komponen mengenai evaluasi diri yang berasal dari dalam. Pada komponen ini mengacu pada pandangan buruk terhadap diri sendiri yang berasal dari pemikiran negatif mengenai diri. Hal ini juga didasari pada kritikan yang menyerang dengan kata-kata yang merendahkan diri sehingga hal tersebut mengakibatkan menurunnya kepercayaan diri dan menanamkan pemikiran malu dari dalam diri.
3. Komponen Emosi. Emosi yang terdapat dalam perasaan malu meliputi perasaan cemas, marah, dan muak terhadap diri sendiri. Hal ini disebabkan dari pemikiran negatif atas dirinya dan ketidakmampuan mengikuti standar yang ada dari lingkungan.
4. Komponen Perilaku. Perasaan malu memiliki kecenderungan untuk menghindar dari lingkungan sekitarnya karena terdapat perasaan tidak nyaman yang timbul dari pandangan rendah dari orang lain serta merasa terancam di lingkungannya

Ciri Perilaku Body Shaming
Akibat body shaming terhadap korban menurut studi yang dimuat dalam Journal of Behavioral Medicine tahun 2015, setidaknya ada banyak perubahan sikap yang akan terjadi, misalnya mudah tersinggung, pendiam, malas makan, hingga Depresi.

Perilaku body shaming sering kali tidak disadari, berikut beberapa ciri saat Anda melakukan body shaming di antaranya,
1. Menganggap tubuh diri sendiri atau orang lain paling gemuk, padahal kenyataannya tidak. Menurut psikoterapis Karen R. Koenig, M.Ed, LCSW, komentar ini bisa jadi akan sangat menyakitkan bagi orang lain. Jika Anda melakukannya, hal ini dapat mempermalukan teman Anda yang berat badannya berlebih.
2. Menyuruh orang lain untuk rajin olahraga. Anda mungkin mengira bahwa Anda hanya sekadar memberikan informasi penting soal olahraga yang patut dicoba oleh orang lain. Padahal, bisa jadi teman Anda malah tersinggung dan menganggap Anda menyuruhnya untuk olahraga karena tubuhnya gemuk.
3. Salah satu ciri Anda melakukan body shaming adalah menganggap tubuh sendiri paling ideal di antara yang lainnya.
4. Sering mengomentari makanan orang lain.

Jenis Body Shaming
Body shaming erat kaitannya dengan ukuran serta bentuk tubuh seseorang. Komentar negatif mengenai aspek-aspek lain di tubuh seseorang pun tergolong sebagai body shaming. Bullying terkait body shaming pun memiliki beberapa jenis di antaranya,
1. Berat badan
Kebanyakan orang mengalami body shaming karena berat badan. Seseorang kemungkinan akan merasa malu, ketika mereka memiliki bentuk tubuh yang dianggap terlalu besar atau bahkan terlalu kecil sehingga orang lain melakukan body shaming terhadap berat badannya.

Perilaku melakukan body shaming pada seseorang dengan berat badan yang terlalu besar dinamakan fat shaming. Menurut sebuah penelitian yang tercantum dalam Canadian Medical Association Journal, seseorang yang mengalami fat shaming biasanya akan memicu suatu perubahan fisiologis serta perilaku yang berkaitan dengan kesehatan metabolisme yang buruk hingga peningkatan berat badan.

Korban body shaming berat badan atau fat shaming juga kerap kali akan mengalami stres serta membuat hormon kortisolnya menjadi naik. Sehingga kontrol tubuh yang sebelumnya ia miliki akan menurun dan memunculkan risiko makan yang berlebihan.

Selain itu, fat shaming pun memiliki potensi yang dapat menyebabkan korban merasakan kecemasan, harga diri rendah, depresi, gangguan makan, hingga menghindari olahraga.

Tidak hanya fat shaming, seseorang yang melakukan body shaming kepada seseorang dengan badan yang lebih kecil atau kurus dinamakan skinny shaming pun akan mengalami dampak serupa. Akan tetapi, seringkali skinny shaming justru dianggap sebagai pujian dan tidak disadari bahwa itu adalah body shaming.

2. Rambut tubuh
Jenis kedua dari body shaming ialah mengomentari rambut tubuh yang dimiliki seseorang secara negatif. Rambut tubuh yang dimaksud seperti di kaki, lengan, area pribadi, hingga ketiak.

Standar kecantikan yang dipercayai banyak orang akibat stigma bahwa perempuan seharusnya tidak memiliki banyak rambut di tangan atau kaki. Rambut tubuh tersebut dinilai membuat seorang perempuan tidak terlihat anggun dan seperti laki-laki.

Namun, tentunya standar kecantikan dan stigma mengenai rambut tubuh tersebut salah, sebab memiliki rambut tubuh adalah hal yang normal.

Ternyata, body shaming pada rambut tubuh yang ditujukan ke perempuan berasal dari kebiasaan di zaman dahulu. Hal tersebut dijelaskan pada buku Encyclopedia of Body Adornment, bahwa pada zaman Mesir kuno, tubuh seorang wanita yang mulus dan tidak memiliki rambut tubuh dianggap sebagai standar kecantikan perempuan.

Lalu, orang-orang Romawi dan Yunani pun beranggapan bahwa kulit yang bersih dari rambut tubuh melambangkan tubuh yang awet muda. Standar kecantikan tersebut kemudian tumbuh serta berkembang di masyarakat, hingga menimbulkan suatu stigma pada perempuan yang memiliki rambut tubuh.

Stigma tersebut jugalah yang membuat bisnis perontokkan rambut atau waxing lebih diminati perempuan dibandingkan laki-laki. Di sisi lain, rambut tubuh yang dimiliki oleh laki-laki atau perempuan justru memiliki manfaat meskipun dipandang tidak estetis.

Menurut laman Live Science, rambut tubuh membuat manusia mampu mendeteksi parasit lebih mudah. Rambut tubuh juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh yang memfasilitasi tubuh agar mampu menguapkan keringat.

3. Model rambut
Tidak hanya mengomentari bentuk atau tubuh seseorang secara negatif saja, body shaming juga dapat berupa komentar terhadap model rambut seseorang secara negatif.

Padahal model rambut seseorang adalah pilihan pribadi yang tidak boleh dihina. Selain model rambut, tekstur pun menjadi incaran body shaming. Contohnya rambut yang ikal dan tidak lurus serta lain sebagainya.

4. Warna kulit
Standar kecantikan di Indonesia atau negara lainnya, membuat banyak perempuan maupun laki-laki memaksakan diri mengubah warna kulit aslinya. Hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki warna kulit yang dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan dinilai tidak cantik.

Contohnya di Asia, warna kulit putih cerah dan mulus merupakan standar kecantikan kulit yang ideal. Sehingga, orang-orang Asia yang cenderung memiliki warna kulit gelap seringkali mengalami body shaming. Beragam komentar negatif seperti, “gosong banget”, “kelihatan dekil” dan lain sebagainya sering kali ditujukan pada orang-orang Asia berkulit hitam atau coklat.

Seperti halnya rambut tubuh, body shaming pada warna kulit pun telah menjadi suatu kebiasaan yang terjadi sejak zaman dahulu, menurut sebuah artikel yang ditulis oleh Deborah Rodrigo Caldeira dalam Social Science Research Network, pada zaman dahulu orang-orang di Asia Tenggara menganggap bahwa warna kulit yang cerah merupakan penanda status sosial seseorang dan kulit cerah merupakan penanda seseorang memiliki keturunan bangsawan.

Kemudian menurut historis, orang yang memiliki warna kulit lebih gelap umumnya akan diasosiasikan sebagai tenaga kerja di pertanian, hal ini dikarenakan para pekerja sering kali melakukan aktivitas di bawah terik matahari dan berasal dari daerah yang miskin.

Selain itu, dampak dari kolonialisme orang negara Eropa yang kebanyakan memiliki kulit berwarna putih juga menimbulkan pandangan bahwa orang yang berkulit cerah berarti lebih baik.

Pandangan-pandangan mengenai kulit putih tersebut terus berkembang hingga sekarang. Terlihat banyak produk kecantikan yang bahkan ditargetkan dan diiklankan untuk memutihkan dan mencerahkan kulit.

Sehingga, banyak orang pula yang masih berkeinginan untuk merubah warna kulit menjadi lebih cerah, agar lebih cocok dengan standar kecantikan yang ada.

5. Wajah
Banyak orang menjadi korban body shaming karena bentuk wajahnya dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan yang ada seperti hidung mancung yang kecil, pipi tinggi tidak tembam, mata yang besar, hingga kulit mulus tanpa jerawat. Sehingga, beberapa orang mulai melakukan body shaming pada orang lain yang memiliki wajah dengan hidung pesek, memiliki jerawat, dan lain sebagainya.

Standar wajah cantik atau tampan pertama kali muncul pada zaman kolonialisme, di mana para penjajah yang berasal dari ras Kaukasia memiliki bentuk wajah yang berbeda dengan ras yang mereka jajah dan dianggap lebih baik.

Akan tetapi bentuk wajah seseorang, sebenarnya dipengaruhi oleh genetik serta iklim. Sehingga bentuk wajah seseorang tentu tidak dapat disamakan. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal berjudul Public Library of Science (PLOS): Genetics, dijelaskan bahwa orang dengan ras Kaukasia memiliki hidung yang mancung agar mereka mampu beradaptasi dengan udara yang kering serta sangat dingin di tempat tinggalnya.

Sementara orang dalam keturunan Afrika Barat, Asia Timur, serta Asia Selatan memiliki bentuk hidung yang lebih besar dibandingkan orang yang berasal dari keturunan Eropa. Bentuk hidung dengan ukuran yang lebih besar milik orang-orang Afrika dan Asia ini berfungsi agar mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan yang lembap dan panas.

Sehingga, tidak ada bentuk wajah yang lebih baik maupun lebih buruk. Sebab, bentuk-bentuk wajah tersebut memiliki makna dan fungsi masing-masing. Sedangkan standar kecantikan mengenai bentuk wajah yang cantik, hanya standar kecantikan belaka yang tidak masuk akal.

Dampak Body Shaming
Sebuah penelitian mengungkapkan, ketika seseorang merasa tidak puas dengan bentuk tubuh yang ia miliki, maka kualitas hidupnya pun akan menjadi lebih buruk. Hal ini dikarenakan seseorang mendapatkan dan merasakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan risiko perilaku makan hingga gangguan makan yang tidak sehat.

Selain itu, body shaming pun dapat memunculkan tiga dampak buruk pada kesehatan mental di antaranya,
1. Depresi
Efek pertama yang dapat dialami oleh korban body shaming ialah depresi. Dampak depresi ini dapat dialami terutama oleh anak-anak muda. Ketika seseorang mengalami depresi, ia dapat merasakan putus asa bahkan hingga membenci bentuk tubuhnya sendiri.

Sebelum korban merasa depresi, pada awalnya tindakan body shaming dapat melukai harga diri seseorang. Ketika seseorang memiliki emosi negatif dan hal tersebut dibiarkan terus-menerus, maka tidak menutup kemungkinan bahwa korban dari body shaming kemungkinan akan memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Sehingga, ketika seseorang mulai merasakan gejala atau orang sekitar mulai memiliki gejala depresi lebih baik untuk segera datang ke psikolog atau meminta pertolongan medis lainnya.

2. Gangguan makan
Salah satu jenis body shaming yang banyak dialami oleh korban adalah ketika seseorang mengomentari bentuk tubuh. Entah itu fat shaming maupun skinny shaming, keduanya dapat berdampak buruk pada korban.

Apabila korban terus-menerus mendengar komentar negatif dan menerima body shaming, maka korban dapat mengalami gangguan makan seperti anoreksia maupun bulimia. Gangguan makan tersebut, bisa muncul karena korban merasa bahwa ada yang salah dengan tubuhnya sehingga ia menerima body shaming.

Selain itu, body shaming yang dilakukan oleh seseorang,\ dapat mendorong korban secara psikologis enggan menjaga berat badan yang sehat. Entah itu menjadi terlalu gemuk hingga obesitas maupun terlalu kurus.

Ketika seseorang melakukan skinny shaming, korban bisa mengubah pola makannya dengan ekstrem dan makan berlebihan tanpa mempertimbangkan gizi maupun porsi yang baik. Di sisi lain, ketika korban menerima fat shaming, maka korban dapat melakukan diet berlebihan hingga mengalami malnutrisi atau kurang gizi dan gangguan kesehatan lainnya.

3. Gangguan kecemasan hingga serangan panik
Dampak ketiga yang dapat disebabkan oleh body shaming ialah gangguan kecemasan hingga serangan panik. Korban yang mengalami body shaming secara terus menerus, maka akan merasa tidak percaya diri. Selain itu ia akan merasa kasihan pada diri sendiri, karena sering kali merasa kurang sempurna dengan standar kecantikan di masyarakat.

Tak jarang korban juga dapat memandang dirinya sebagai sosok yang tak berharga, tidak layak merasakan kebahagiaan serta tidak memiliki penghormatan hingga membuat korban menari dirinya dari lingkaran sosial serta lebih memilih untuk menyendiri.

Perasaan-perasaan yang muncul tersebut, harus segera ditangani, agar korban body shaming tidak mengalami gangguan kecemasan atau serangan panik.

Cara Mengatasi Body Shaming
Memiliki tubuh yang sempurna tentu menjadi dambaan setiap orang, terutama bagi seorang wanita. Tubuh sempurna menjadi salah satu daya pikat dan pesona yang banyak didambakan tidak hanya oleh lawan jenis namun juga sesama jenis.

Namun sayangnya tidak semua itu dimiliki banyak wanita, karena bentuk tubuh yang tidak sempurna banyak yang berbicara negatif atau mencibir. Agar hal tersebut tidak mengganggu, berikut ini beberapa contoh cara menghadapi body shaming di antaranya,
1. Upayakan untuk menutupi kekurangan dengan menonjolkan sisi lain
Salah satu hal penting yang patut Anda hindari dalam menghadapi cibiran body shaming adalah dengan berusaha menutupi kekurangan itu dengan menonjolkan kelebihan yang Anda miliki. Seperti jika Anda memiliki kaki yang pendek, maka usahakan untuk menutupinya dengan menggunakan busana yang panjang atau lebih pantas.

Atau dengan memberikan sisi lebih Anda seperti Anda memiliki kaki yang kuat sehingga Anda cukup lincah untuk berjalan dengan menggunakan hak tinggi.

2. Tidak menghiraukan setiap ejekan orang lain
Cara menghadapi body shaming lainnya Anda bisa saja tidak menghiraukan dan mengacuhkan setiap cibiran dari orang lain, dengan cara membalasnya dengan kata-kata positif dan mampu bersikap masa bodoh. Anggap saja mereka iri dan merasa cemburu atas kelebihan yang Anda miliki, dan jangan dijadikan sebagai beban.

3. Bergaul dengan orang yang berbeda
Usahakan agar Anda tidak terlihat takut dan gentar atas omongan orang mengenai diri Anda, maka sebaiknya Anda mulai mencari dan bergaul dengan orang yang memiliki perbedaan dengan Anda. Cobalah untuk membuka diri dan sebelum Anda memutuskan dengan siapa Anda bergaul pastikan mereka layak dijadikan sebagai teman baru.

Hal ini akan mudah bagi Anda beradaptasi dan melupakan tentang kekurangan diri, karena lingkungan yang menerima Anda apa adanya.

4. Memiliki perspektif tentang arti kecantikan dan kesempurnaan
Berikutnya dalam mencari cara menghadapi body shaming  yaitu Anda juga harus memiliki penilaian dan perspektif mengenai arti kecantikan juga kesempurnaan versi berbeda. Jangan karena fisik yang tidak sempurna Anda beranggapan maka Anda tidak layak dibilang cantik.

Buka wawasan Anda mengenai arti cantik yang sesungguhnya, setelah Anda tahu maka Anda akan merasa lebih percaya diri dan yakin Anda tidak seburuk yang orang katakan.

5. Berpikir positif dengan kekurangan yang dimiliki
Setiap kekurangan yang Anda miliki jangan dijadikan sebagai penghalang bagi Anda untuk menikmati hidup. Ingat hidup itu hanya sekali, jadi pikirkan hal lain yang lebih menyenangkan. Jangan hanya karena cibiran orang lain Anda begitu mudah menyerah, setiap yang diciptakan Tuhan memiliki hal yang baik.

Begitupun Anda harus bisa berpikir positif atas apa yang Anda miliki, jadikan kekurangan Anda sebagai penyemangat hidup untuk mencapai yang lebih baik lagi.

Selagi Anda sehat dan kuat maka perbanyaklah melakukan kegiatan yang Anda sukai, daripada memikirkan hal yang tidak penting contoh Anda bisa travelling, bekerja dengan layak dan sebagainya, jadi nikmati hidup Anda.

6. Tinggalkan orang yang berpikiran buruk
Cara menghadapi body shaming yang bisa Anda lakukan adalah dengan meninggalkan orang yang berpikir buruk tentang Anda. Jangan biarkan mereka berlama-lama di kehidupan Anda, selagi bisa menjauhlah, dan kalaupun tidak bisa maka sibukkan diri Anda dengan kegiatan yang bermanfaat dan menghibur.

Carilah teman lain yang mampu menerima Anda dengan baik dan apa adanya. Cukup balas mereka dengan senyuman dan kata-kata positif, dan yang penting Anda harus memiliki prinsip serta sikap tegas, jangan biarkan ucapan mereka menjadi emosi bagi Anda.

7. Cintai diri sendiri
Jika Anda tidak menghargai diri Anda sendiri, maka orang lain pun tentu juga tidak. Oleh sebab itu cintailah diri Anda selayak yang Anda inginkan. Manjakan diri Anda untuk mendapatkan hal-hal yang baik, jangan biarkan kekurangan Anda menjadi penghalang Anda untuk bahagia.

Temukan dunia baru dengan teman dan pasangan baru yang lebih mewarnai kehidupan Anda. Sehingga Anda akan merasa nyaman dan bahagia menghadapi kehidupan setiap harinya.

8. Sibukkan dengan hal yang bermanfaat
Selain dari hal di atas, satu lagi hal yang bisa Anda lakukan dalam mengisi hari-hari Anda adalah dengan mencari kesibukan dengan berbagai kegiatan. Ada banyak cara untuk membuat Anda menikmati waktu Anda, seperti mengikuti kursus, bergabung bersama dengan komunitas, mengikuti kegiatan sosial dan banyak lagi lainnya.

Salurkan hobi dan minat Anda dalam berbagai kegiatan, sehingga Anda akan melupakan masalah body shaming yang terjadi. Dengan begitu hidup akan terasa lebih berharga dan juga bernilai di mata orang lain yang membutuhkannya.  

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Body Shaming: Pengertian, Aspek, Ciri, Jenis, Dampak, dan Cara Mengatasinya"