Palinologi: Pengertian, Sejarah, Pengelompokan, dan Manfaatnya
Table of Contents
Palinologi |
Pengertian Palinologi
Palinologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu tentang serbuk sari. Palinologi merupakan ilmu yang mempelajari benda alami atau partikel yang sangat kecil. Ahli palinologi mempelajari polinomorf yang ada saat ini dan fosilnya, di antaranya serbuk sari, sepura, dinoflagelata, kista, acritarchs, chitinozoa, dan scolecodont, bersama dengan partikel material organik dan kerogen yang terdapat pada sedimen dan batuan sedimen. Sejarah Palinologi
Istilah palinologi diperkenalkan oleh Hyde dan Williams pada tahun 1944, berdasarkan surat-menyurat dengan ahli geologi Swedia yang bernama Antevs, dalam Pollen Analysis Circular (salah satu jurnal yang mengkhususkan pada analisis serbuk sari, yang diproduksi oleh Paul Sears di Amerika Utara).Hyde dan Williams memilih palinologi berdasarkan kata dalam Bahasa Yunani paluno yang berarti 'memercikan' dan pale yang berarti 'debu' (sehingga mirip dengan kata dalam Bahasa Latin pollen). Dengan palinologi, para ilmuwan dapat mengetahui temperatur, dan kondisi lingkungan tempat sampel ditemukan.
Pengelompokan Palinologi
Palinomorf secara umum mencakup tiga sub kelompok besar yaitu sporomorf (polen, spora dan spora jamur); zoomorf (Foraminifera Test Lining, Chitinozoa dan Scelodont) serta fitoplankton (Dinocysts, Meroplankton, Acritarch, Rhodofita, Sianobakteria). Polen atau serbuk sari merupakan bagian bunga berupa kantung yang berisi gametofit jantan pada tumbuhan berbunga Anthophyta, baik Gymnospermae maupun Angiosperma.Sedang spora biasanya dihasilkan tumbuhan non vaskuler seperti alga, jamur, lumut serta tumbuhan vaskuler tingkat rendah lain yaitu tumbuhan lumut (Bryophyta), paku (Pteridophyta) dan sebagian Thallophyta. Sel induk mikrospora membelah melalui pembelahan meiosis menjadi empat sel haploid yang disebut mikrospora atau sering disebut sebagai butir polen (serbuk sari) dan spora.
Polen dan spora berasal dari tumbuhan atau flora yang tumbuh dan membentuk vegetasi pada suatu habitat atau lingkungan tertentu sehingga dapat digunakan untuk merekonstruksi flora dan vegetasi yang berada di sekelilingnya. Bukti palinologi ini merupakan representasi dari tumbuhan yang dapat menggambarkan bagaimana pola vegetasi beserta kondisi lingkungan habitatnya.
Analisis fosil polen dan spora yang terendapkan pada suatu sedimen dapat mengungkap latar belakang perubahan vegetasi dan lingkungan suatu daerah pada satu periode waktu tertentu pada masa lampau. Selain kelompok palinomorf yang umum digunakan dalam analisis palinologi, juga terdapat palinomorf lain yang dikelompokkan sebagai palinomorf non polen-spora atau Non Pollen Palynomorphs (NPPs).
Non Pollen Palynomorphs atau NPPs didefinisikan sebagai suatu objek mikroskopis organik dengan ukuran berkisar 10-250µm. Karakter umum dari NPPs adalah morfologi tubuh yang resisten terhadap proses pembusukan sehingga membutuhkan proses preparasi standar dalam laboratorium palinologi.
Manfaat Palinologi
Palinologi memiliki banyak manfaat yang dapat diaplikasikan ke dalam berbagai disiplin ilmu, seperti dalam geologi: geokronologi, biostratigrafi, sedimentologi dan stratigrafi. Ekologi: perubahan iklim, evolusi tumbuhan, paleoekologi dan paleoklimatologi. Bidang arkeologi hingga forensik.Fosil polen dan spora menyimpan berbagai informasi unik, dengan beragam konsep analisis Palinologi dapat diterapkan secara luas, karena:
1. Memiliki jumlah yang melimpah dalam suatu batuan sedimen, dan umumnya terawetkan dengan baik.
2. Hanya diperlukan jumlah sampel batuan/substrat yang sedikit untuk studi palinologi, karena ukuran palinomorf yang mikroskopis dan keberadaannya yang melimpah.
3. Resisten terhadap kerusakan baik oleh asam, kadar garam, suhu dan tekanan lain sehingga dapat tersimpan pada berbagai keadaan.
4. Dapat diidentifikasi dengan bantuan mikroskop sehingga secara taksonomi dapat diketahui taksa penghasilnya.
5. Polen dan spora berasal dari kumpulan vegetasi yang membentuk suatu ekosistem secara spesifik. Sehingga fosil polen dan spora dapat digunakan untuk memperoleh informasi mengenai paleoekologi baik secara lokal maupun regional.
Dari berbagai sumber
Post a Comment