Tanah Grumusol: Pengertian, Karakteristik, Jenis, dan Pemanfaatannya
Tanah Grumusol |
Pengertian Tanah Grumusol
Tanah grumosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan kapur dan tuffa vulkanik. Tanah grumosol umumnya bersifat basa sehingga tidak ada aktivitas organik di dalamnya. Hal inilah yang menjadikan tanah ini sangat miskin hara dan unsur organik lainnya.
Jenis tanah ini tidak cocok untuk media tanam tumbuhan. Sifat kapur itu sendiri yaitu dapat menyerap semua unsur hara di tanah sehingga kadar kapur yang tinggi dapat menjadi racun bagi tumbuhan. Tekstur tanah kering dan mudah pecah ketika musim kemarau dan berwarna hitam.
Karakteristik Tanah Grumusol
1. Tekstur Lempung
Karakteristik dari tanah grumusol yang pertama adalah tanah ini memiliki tekstur berlempung alias sedikit keras, mudah dibentuk namun mudah pecah juga. Lempung ini memiliki berbagai macam jenis dan ukurannya seperti lempung berliat yang memiliki ciri-ciri sedikit kasar, ketika ditekan tanah bisa digulung.
Lempung berliat ini kerap ditemukan pada tanah grumusol bagian dalam yaitu pada horizon A hingga horizon B. Sementara itu pada lapisan permukaannya sedikit berpasir sehingga tanah ini memiliki kemampuan menahan air yang baik.
2. Perbedaan Struktur Lapisan Atas dan Bawah
Tanah grumusol pada umumnya terdiri dari beberapa lapisan dari atas hingga bawah. Pada lapisan paling atas berbentuk seperti granuler dengan ukuran yang sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan pasir.
Bentuk dari granular tanah grumusol mirip dengan bentuk bunga kubis. Sementara itu pada lapisan bawah memiliki tekstur menggumpal atau bisa dikatakan pejal. Seringkali para pengolah menggunakan linggis untuk melunakkan lapisan ini.
3. Tidak Ada Eluviasi dan Iluviasi
Tanah grumusol memiliki sifat yang liat sehingga tidak memiliki lapisan yang bermanfaat sebagai tempat pencucian unsur-unsur tanah. Hal tersebut dikarenakan tanah grumusol memiliki daya ikat Ca dan Mg yang sangat kuat sehingga ketika air masuk, air kesulitan untuk melarutkan dan menghanyutkan unsur tersebut.
4. Tingkat Koefisien Pemuaian Tinggi
Tanah grumusol memiliki tingkat koefisien pemuaian yang tergolong tinggi. Pada saat musim hujan volume tanah grumusol normal namun ketika musim kemarau datang volume tanah ini meningkat. Pada daerah yang terdapat tanah grumusol dapat dilihat ketika musim kemarau yaitu tanahnya akan mengembang dan merekah.
5. Warnanya Kelabu Hingga Hitam
Warna dari tanah grumusol serupa dengan tanah endapan seperti tanah aluvial dan entisol yaitu kelabu hingga kehitaman. Hanya saja pada tanah grumusol memiliki permukaan yang berliat dan berpasir sedangkan tanah endapan lebih halus dan lembut. Selain itu warna grumusol bergantung pada kadar unsur yang dimiliki tanah tersebut.
6. Kandungan Organik yang Rendah
Sifat lempung yang dimiliki oleh tanah ini membuatnya rendah akan kandungan organik yakni hanya sekitar 0,06% hingga 4,5%. Kandungan organik semakin ke bawah akan semakin rendah sebab kandungan kapur yang dimiliki tanah ini semakin tinggi serta semakin mendekati batuan induk.
7. Tingkat PH netral hingga Alkali
Kita sudah membahas komposisi utama dari tanah grumusol adalah kapur sehingga tanah ini memiliki sifat basa. Namun apabila tanah ini bercampur dengan abu vulkanik maka kandungannya akan berubah menjadi netral karena abu vulkanik bersifat sedikit asam.
8. Tingkat Kapasitas Tukar Kation Tinggi
Tanah grumusol memiliki unsur smektit yang begitu dominan sehingga tanah ini memiliki Kapasitas Tukar Kation yang tergolong Tinggi. KTK dari tanah ini mencapai 36.13 hingga 77.38 cmol (+)kg-1. Sementara itu pada tanah grumusol dengan tekstur berliat bernilai 52 hingga 176.48 cmol (+)kg-1.
Jenis Tanah Grumusol
Berdasarkan faktor pembentuknya tanah grumusol dibagi menjadi beberapa jenis di antaranya,
1. Tanah Grumusol Bergaram
Tanah grumusol ini hanya dapat ditemukan pada kawasan dengan iklim kering dengan curah hujan mencapai 1000 mm per tahun dengan musim kemarau selama 6 bulan. Selain itu, tanah grumusol bergaram memiliki warna hitam dan terdapat tuff balistik kuarter, tingkat keasaman antara 7,2 hingga 8,7 pada kedalaman 50 cm.
2. Tanah Grumusol Batuan Kapur dan Bernapal
Tanah grumusol terbentuk akibat adanya susunan dan struktur batuan kapur berupa Ca dan Mg yang telah terakumulasi secara periodik, membentuk lapisan tanah dengan kadar lempung tinggi. Oleh karena itu, tanah ini mempunyai kadar lempung yang tinggi, bersifat plastisin, koefisien pemuaian dan pengerutan paling rendah.
3. Tanah Grumusol Alluvial
Tanah grumusol yang berada di kawasan alluvial atau banyak terdapat endapan. Biasanya banyak ditemukan di sekitar pinggir sungai besar dengan batuan induk kapur berkonsentrasi tinggi. Namun juga dapat dijumpai pada sekitar sungai yang memiliki batuan bernapal tekstur halus.
4. Tanah Grumusol Sedimen Tuff Tetier
Tanah grumusol ini dapat dicirikan dengan adanya horizon yang tersusun dari atas ke bawah, bertekstur lempung, berwarna kelabu, mengandung besi, rentan mengalami erosi, dan batuan induk mengalami pelapukan kecil. pH tanah ini mencapai 6 hingga 6,5 tanpa adanya konsentrasi kapur sehingga membuat tanah menjadi asam.
5. Tanah Grumusol Lahar
Tanah grumusol ini banyak ditemukan di sekitar gunung berapi, terbentuk oleh lahar yang telah mengendap, membeku akibat curah hujan tinggi sehingga mengalami pencucian ekstrem. Dengan begitu kandungan garam di dalam tanah akan larut, menurunkan kadar silika dalam kurun waktu lama sehingga membentuk lapisan lempung montmorilonit.
Pemanfaatan Tanah Grumusol
Meskipun memiliki sifat dan karakteristik yang tidak begitu menguntungkan, tanah grumusol masih menyimpan prospek salah satunya untuk areal persawahan. Namun sebelumnya harus memperhatikan aspek-aspek pendukung seperti drainase yang baik dan jaringan irigasi yang memadai dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dan kekurangan tanah grumusol ini.
Tanah grumusol memiliki koefisien pemuaian dan pengerutan yang begitu tinggi, sehingga apabila tidak ada irigasi maka tanah jenis ini akan mengering, mengembang dan merekah. Akar akar tanaman pun akan terputus terutama pada pergerakan akar menyamping, akibat yang akan terjadi yakni kegagalan panen.
Selain itu masalah dalam pemanfaatan tanah grumusol yakni memiliki kadar Nitrogen yang rendah sehingga berdampak pada pertumbuhan tanaman. Perlu dilakukannya penambahan pupuk seperti Urea dan NFK untuk hasil yang lebih baik.
Dengan memperhatikan semua aspek tersebut maka seorang petani akan lebih terbantukan dalam mengolah tanah grumusol. Pada musim hujan, grumusol dapat ditanami padi dan ketika musim kemarau lebih cocok ditanam palawija ataupun singkong, dengan catatan jika tidak ada sistem irigasi.
Selain itu pemberian pupuk dapat dilakukan ketika tanah dalam kondisi basah, karena pada kondisi seperti ini pupuk akan cepat tercampur bersama tanah.
Dari berbagai sumber
Post a Comment