Tanah Gambut: Pengertian, Ciri, Proses Pembentukan, Kandungan, Jenis, dan Fungsinya
Tanah Gambut |
Pengertian Tanah Gambut
Tanah gambut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tanah lunak dan basah, terdiri atas lumut dan bahan tanaman lain yang membusuk (biasanya terbentuk di daerah rawa atau di danau yang dangkal). Tanah gambut terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi.
Dengan kata lain, tanah gambut merupakan tanah yang terbentuk dari penumpukan sisa dari tumbuhan yang setengah membusuk atau mengalami dekomposisi yang tidak sempurna. Tanah gambut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi karena bahan bakunya tersebut adalah sisa- sisa dari tumbuhan, seperti lumut dan pepohonan serta sisa- sisa dari binatang yang telah mati.
Ciri Tanah Gambut
Beberapa ciri yang dimiliki oleh tanah gambut di antaranya,
1. Merupakan tanah basah atau banyak terdapat pada lahan basah
2. Memiliki warna gelap
3. Memiliki sifat asam yang tinggi
4. Kurang subur
5. Lembek atau lunak
6. Banyak terbentuk di wilayah rawa
Proses Terbentuknya Tanah Gambut
Secara umum gambut terbentuk ketika bagian-bagian tumbuhan berguguran tetapi mengalami pembusukan yang terhambat. Proses ini biasanya terjadi di daerah dengan kadar keasaman yang tinggi atau akibat pengaruh kondisi anaerob di sekitar perairan.
Karena pembusukan yang terhambat itulah tanah gambut terbentuk dengan susunan berupa serpihan dan kepingan sisa tumbuhan, dedaunan, ranting, kayu, dan lain-lain. Tidak hanya itu saja, sisa-sisa bangkai binatang yang masih awet sering kali ditemukan di antara lapisan gambut karena terhambat proses pembusukan.
Lahan gambut terbentuk pertama kali sekitar tahun 9,600 sebelum Masehi. Gambut ini sebenarnya termasuk gambut pedalaman, tapi seiring dengan permukaan laut yang semakin meningkat, lama-kelamaan terbentuklah gambut di daerah sekitar sungai dan pantai. Gambut di daerah perairan ini memiliki kandungan mineral yang berasal dari sungai dan pantai.
Tanah gambut juga memiliki karbon yang lebih tinggi dari hutan tanah mineral di seluruh dunia. Jadi, ketika lahan ini terganggu atau mengering, karbon yang ada di dalam lapisannya akan terlepas ke udara dan menimbulkan emisi gas rumah tangga. Itulah mengapa lahan gambut tidak bisa diolah dengan sembarangan.
Kandungan Tanah Gambut
Tanah gambut merupakan tanah yang kaya akan bahan- bahan organik, bahkan sangat kaya. Hal ini karena tanah gambut sendiri terbentuk karena sisa- sisa dari makhluk hidup baik tumbuhan maupun binatang, seperti sisa pepohonan, lumut, rerumputan dan binatang- binatang yang telah mati.
Sisa- sisa makhluk hidup tersebut telah diuraikan oleh dekomposer atau pengurai. Kendati dalam proses pelapukan tersebut ada sesuatu kekurangan dalam bahan, yakni kekurangan oksigen, maka proses penguraian tersebut menjadi tidak sempurna.
Karena proses penguraian yang tidak sempurna inilah yang membentuk suatu tanah gambut. Jika mengetahui dan memahami proses pembentukan tanah gambut maka kita dapat mengatakan bahwa tanah gambut ini bukan merupakan tanah yang subur.
Tanah gambut merupakan jenis tanah yang mampu menyimpan banyak sekali karbon. Sehingga tidak jarang kita temukan di hutan- hutan gambut mengandung banyak karbon. Selain karbon, tanah gambut juga dapat menyimpan air dalam jumlah yang besar atau berkali- kali lipat dibandingkan dengan jenis tanah lainnya.
Karena kemampuannya menyimpan banyak air berkali- kali lipat, maka tanah atau hutan gambut ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya bencana banjir. Maka tidak mengherankan apabila di daerah yang dekat dengan aliran air banyak kita jumpai lahan- lahan gambut. Hal ini ternyata bertujuan untuk mencegah terjadinya bencana banjir sehingga tidak merugikan orang- orang yang berada di dekatnya.
Jenis Tanah Gambut
1. Berdasarkan Kedalamannya
a. Dangkal (Kedalaman 50 cm sampai 100 cm)
b. Sedang (Kedalamannya 100 cm hingga 200 cm)
c. Dalam (Kedalaman antara 200 cm sampai 300 cm)
d. Sangat dalam (Kedalaman yang lebih dari 300cm)
2. Berdasarkan Posisi Pembentukannya
a. Gambut pedalaman yang terbentuk pada daerah yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
b. Gambut pantai dengan lokasi pembentukannya dekat pantai laut dan dipengaruhi oleh mineral air laut.
c. Gambut transisi dengan posisi pembentukan antara gambut pedalaman dan gambut pantai serta mendapat pengaruh secara tidak langsung oleh air pasang laut.
3. Berdasarkan Lingkungan Pembentukan
Jenis ini membagi menjadi 2 jenis lahan. Salah satunya adalah ombrogen yang mendapat pengaruh hanya dari air hujan serta topogen yang terbentuk pada lingkungan dengan pengaruh air pasang. Hal tersebut menyebabkan jenis topogen lebih subur dan kaya mineral apabila dibandingkan dengan jenis ombrogen.
4. Berdasarkan Kesuburan
a. Eutrofik. Eutrofik kaya mineral dan basa-basa juga unsur hara lainnya sehingga tergolong subur dan termasuk dalam gambut yang tipis serta mendapat pengayaan oleh air laut atau air sungai.
b. Mesotrofik. Jenis ini memiliki tingkat kesuburan agak subur dengan kandungan basa serta mineralnya tergolong sedang.
c. Oligotrofik. Jenis yang tidak tergolong subur dan miskin mineral serta senyawa basa lainnya biasanya memiliki ciri-ciri kubah gambut yang tebal dan tidak mendapat pengaruh dari air laut atau lumpur sungai.
5. Berdasarkan Tingkat Kematangannya
a. Matang atau Saprik. Jenis gambut yang telah melapuk lanjut serta tidak dikenali lagi bahan asalnya dengan ciri-ciri warna cokelat tua hingga hitam dan kandungan seratnya apabila diremas kurang dari 15%.
b. Setengah Matang atau Hemik. Jenis ini mengalami setengah pelapukan dengan warna cokelat dan masih bisa dikenali bahan asalnya dan kandungan serat apabila diremas adalah 15 sampai 75%.
c. Jenis mentah atau Fibrik. Jenis yang bahan asalnya masih lebih bisa dikenali daripada jenis hemik dan belum mengalami pelapukan sehingga kandungan seratnya apabila diremas masih tersisa lebih dari 75%. Ciri-ciri lainnya yaitu memiliki warna cokelat yang lebih muda.
Fungsi Tahan Gambut
1. Menjaga lingkungan dari perubahan iklim
Dari area daratan yang begitu luas di seluruh dunia, hanya 3% yang merupakan wilayah gambut. Meski demikian, area tanah yang terbilang kecil ini memiliki kemampuan tinggi untuk menyerap karbon. Bahkan, lahan tersebut mampu menyerap sebanyak 550 gigaton karbon atau sekitar 30% karbon yang berada di tanah di seluruh dunia. Sedangkan lahan gambut di Indonesia mampu menyimpan hingga 57 gigaton karbon atau kurang lebih 20 kali lebih banyak dari yang bisa disimpan jenis hutan dan tanah lainnya.
Itulah mengapa pengolahan hutan gambut harus sangat hati-hati. Pasalnya, mengeringkan satu hektar hutan gambut di daerah tropis dapat mengeluarkan 55 metrik ton karbon dioksida setiap tahun atau setara dengan pembakaran lebih dari 6 ribu galon bensin.
2. Mengurangi dampak buruk banjir dan kemarau
Hutan gambut memiliki daya serap yang sangat tinggi, bahkan mampu menampung air hingga sebanyak 450 sampai 850 persen dari bobot keringnya atau kurang lebih 90% dari volumenya. Tidak hanya itu saja, tanah gambut yang sudah terdekomposisi mampu menahan air antara 2 hingga 6 kali lipat berat keringnya.
Karena kemampuan itu, gambut bermanfaat besar dalam mengurangi dampak buruk banjir maupun kemarau. Lahan ini mampu menahan air dalam jumlah yang sangat besar sehingga mencegah banjir saat musim hujan, dan melepaskannya pada musim kemarau.
3. Menunjang perekonomian
Berbagai jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi dapat tumbuh dengan baik di tanah gambut. Bahkan, tanah gambut merupakan habitat alami beberapa tanaman tersebut. Beberapa di antaranya termasuk rotan, karet, nanas, rumbia, tebu, sagu, kalapapa, kapur naga, dan lain-lain.
Selain baik bagi berbagai jenis tanaman, lahan ini juga sangat cocok dikelola sebagai tempat pengembangbiakan berbagai jenis ikan. Beberapa di antaranya adalah ikan patin siam, nila, dan lele dumbo.
Karena manfaatnya yang kaya inilah area gambut bisa dikelola untuk menunjang perekonomian warga di sekitarnya. Pengelolaan yang baik akan meningkatkan sumber penghidupan masyarakat sehingga keberlangsungan perekonomian mereka juga terus terjaga.
4. Habitat alami berbagai keanekaragaman hayati
Berbagai jenis binatang dan tumbuhan tinggal dan berkembang biak di area gambut. Beberapa di antaranya memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat dan lingkungan sehingga penting untuk dijaga kelestariannya.
Beberapa jenis binatang yang tumbuh dengan baik di lahan ini antara lain adalah buaya sinyulong, beruang madu, macan Sumatra, tapir, beruang madu, angsa sayap putih, dan lain-lain. Selain itu, berbagai tanaman termasuk pulai, durian, jambuan, getah sundi, jelutung, pala, kayu hitam Sulawesi dan berbagai tanaman lainnya juga bisa ditemukan di sini.
Dari berbagai sumber
Post a Comment